Al-Amien Prenduan, TMI – Alumni TMI Al-Amien Prenduan tahun 2013, Ach. Fatayillah Mursyidi, berhasil diterima menjadi mahasiswa di University of Edinburgh untuk program PhD Jurusan Islamic Studies and Christian-Muslim Relations. Hal ini membuatnya menjadi lulusan TMI Pertama yang menginjakkan kaki di universitas yang berada di Skotlandia itu.
Baca Juga: Santri dan Ustadz TMI Al-Amien Prenduan Raih Juara 1 Lomba Bahasa Arab Nasional
Alumni yang pernah mengajar Bahasa Inggris di TMI Al-Amien Prenduan itu mengaku senang sekali serta bersyukur tiada henti setelah pengumuman kelulusan. Ia mengungkapkan bahwa ia merupakan seseorang yang sangat praktikal yang mana rasa syukur tidak cukup disampaikan dengan ungkapan verbal. Hal itulah yang kemudian melatar belakanginya membuat platform untuk anak-anak di daerah pedalaman yang ingin belajar namun terhalang problematika ekonomi. “Saya ingin apa yang saya dapatkan juga bisa dinikmati oleh setiap anak yang punya mimpi dan kemauan tinggi untuk belajar,” ungkapnya.
Alumni kelahiran 15 Januari 1994 itu bercerita bahwa kabar kelulusannya disambut gembira oleh banyak orang. Momen yang paling ia ingat ialah ketika ia memberitahukan kabar itu pada kedua orang tuanya. Ketika itu, berkali-kali didengarnya ungkapan hamdalah spontan terdengar dari suara mereka yang setengah bergetar.
“Saya memahami perasaan itu sebab hanya mereka yang sejak awal tahu apa yang saya mimpikan sejak kecil,” imbuh alumni yang pernah menempuh S1 di UIN Sunan Kalijaga itu. Ia bercerita, beberapa hari setelah kabar itu terdengar, sebuah acara syukuran kecil-kecilan dilaksanakan di rumahnya, di Longos, Sumenep, sebagai bentuk syukur.
Alumni yang pernah menempuh S2 di UGM itu mengungkapkan, bahwa mimpi belajar ke luar negeri sudah ada sejak ia di pondok. Selama nyantri, ia memang hobi bermimpi. “Kalau waktu itu ada yang lihat saya merem sambil mendengarkan musik, itu berarti saya sedang melakukan ritual rutin; bermimpi,” ucapnya.
Baca Juga: Membanggakan, Santri TMI Kembali Sabet Gelar Juara di IAIN Madura
Presenter dalam International Conference on Interdisciplinary Gender Studies itu mengungkapkan bahwa selepas lulus S2 di UGM pada tahun 2020, ia sudah mulai melakukan ancang-ancang. Ia mulai mempersiapkan diri dari segi kualifikasi bahasa, proposal riset, surat rekomendasi, serta hal-hal lainnya. Ia menghabiskan waktu dua tahun untuk melakukan persiapan itu.
Selama dua tahun persiapan, alumni yang pernah menjadi Instruktur Nasional dalam Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC) itu tinggal di pinggiran kota Sleman. Dalam kurun waktu itu, ia membuat timeline belajar super ketat dengan target yang mungkin tampak mustahil bagi sebagian orang. Menurutnya selama ada keinginan, usaha dan doa, segalanya itu mungkin. “Saya meyakini ungkapan bahwa hasil takkan mengkhianati hasil sebab Allah selalu melihat setiap usaha kita,” terangnya.
Usahanya tidak sia-sia. Proposalnya diterima oleh dua kampus terkemuka Eropa, yaitu University of Edinburgh (Skotlandia) dan KU Leuven (Belgia). Ia memilih Edinburgh. Ada dua alasan yang mendasari pilihannya itu. Pertama, berdasar QS World University Rangkings 2023, rangking Edinburgh jauh di atas Leuven, dimana Edinburgh berada di rangking 15 dunia, sementara Leuven rangking 76 dunia. Kedua, Edinburgh menyediakan lingkungan riset yang lengkap dan maju.
Baca Juga: Delegasi Al-Amien Prenduan Raih Juara Umum Festival Dunia Arab Tingkat ASEAN 2022 di UNIDA Gontor
Menurut peraih IPK 4.00 di UGM itu, tantangan paling berat selama belajar di sana adalah cuacanya, yang terkadang menyentuh angka minus. Beruntung sang istri membekalinya dengan berbagai macam peralatan untuk menjaga suhu tubuh tetap hangat. Selain itu makanan juga memiliki problematika tersendiri. Ia bercerita bahwa untuk menemukan makanan yang sesuai dengan lidahnya, ia harus memasak sendiri. “Pada umumnya, restoran di sini menyediakan menu yang tampak aneh di lidah kampung saya,” tuturnya.
Ke depannya, alumni yang pernah menjadi asisten peneliti di CRCS UGM itu berencana menyelesaikan studi tepat waktu, agar bisa pulang dan berkumpul bersama keluarga. Ia juga akan memperluas jejaring akademik di kancah internasional karena itu akan penting untuk pengembangan karir di masa depan. Selain itu, ia juga ingin berkunjung dan melibatkan diri di banyak lembaga riset terkemuka.(ZEAL)
Alhamdulillah.
Barokallah.
Semoga Menjadi Anak Yang Sholeh, Hafidz Al Qur’an Dan Al Hadits, Pejuang Islam, Bermanfaat Bagi Kedua Orang Tua, Islam, Kaum Muslimin Serta Orang-Orang Di Sekitarnya.
Amien Yaa Rabbal ‘Alamin.