Al-Amien Prenduan, TMI—Senin (14/02), telah menjadi salah satu momentum para alumni untuk turut berkontribusi dalam rangka memacu semangat santri dalam melaksanakan kiprah pengabdian masyarakat melalui dunia politik.
Masih dalam rentetan agenda kesyukuran setengah abad Ma’had TMI, Talkshow dan Sharing Alumni kembali digelar di Aula Lt. 2 Gd. Al-Wathan dan mengangkat tema “Politik Santri Vs Politisi Santri” setelah Jumat lalu (04/02), digelar acara yang sama dengan tema yang berbeda, yakni kiprah alumni di bidang kebahasaan.
Dalam acara talkshow kali ini, panitia kesyukuran mendatangakn tiga alumni sukses di bidang politik. Diantaranya Ust. Moh. Aziz, SH., MH. yang berkiprah sebagai Anggota Komisi A DPRD Provinsi Jawa Timur, Ust. Hatta Kunaifi, S.Pd yang berkiprah sebagai Anggota Komisi B DPRD Bangkalan, dan Ust. Wazirul Jihad yang berkiprah sebagai Politisi Partai Asal Pamekasan.
Baca Juga: Pacu Motivasi Santri, TMI Datangkan Dua Alumni Sukses di Bidang Kebahasaan
Di sesi awal acara ketiga narasumber ini berkisah secara singkat tentang biografi dan kenangan mereka semasa mondok dan kiprahnya di masyarakat terutama di dunia politik. Dalam sesi ini, mereka sama-sama menyuarakan dua hal penting yang seringkali pondok canangkan ketika mereka hendak melakukan pengabdian masyarakat, yakni menjadi alumni yang Munżīr al-Qaum dan Mudīr al-Qaum di samping sebagai alumni yang berjiwa guru (mu’allimīn).
“Politik itu kan, salah satu teori untuk menyusun, menata pemerintah ataupun negara. Di pondok pesantren kita diajarkan teori-teori berorganisai, teori kepemerintahan, dan teori-teori kenegaraan. Dulu itu, ketika saya nyantri kita berkiprah di dunia keorganisasian bernama ISMI. Kita belajar berorganisasi di sana, ditempa menjadi manajer,” kenang Ust. Wazirul Jihad, narasumber alumnus TMI tahun 1997.
Menurutnya, hidup dan berkiprah di dunia politik adalah perintah agama sekaligus perintah pesantren. Sebab sejak awal ia menyantri hingga lulus selalu dibekali dasar pemahaman bahwa diantara tujuan pendidikan di pondok pesantren ini ialah terciptanya generasi yang Munżīr al-Qaum dan Mudīr al-Qaum.
“Sejak saya belajar hingga lulus pesan KH. Idris Jauhari mengatakan, saya mencetak santri-santri ini sebagai Munżīr al-Qaum. Ada Munżīr al-Qaum, ada Mudīr al-Qaum. Mungkin kalian boleh menjadi kepala sekolah, kepala pemerintahan bahkan hanya jadi pemimpin-pemimpin musholla kecil sekalipun.” Lanjutnya, mengenang pesan-pesan masyayikh semasa ia menyantri.
Hal demikian relevan dengan apa yang disampaikan oleh dua narasumber lainnya. Seperti Ust. Hatta Kunaifi, misalnya, yang menuturkan bahwa diantara motivasinya untuk sampai ke tangga kesuksesannya di dunia politik adalah pesan-pesan luar biasa para masyayikh tersebut. Di sisi lain, alumnus yang hidupnya terinspirasi dari Moh. Hatta (Wapres Pertama RI) ini menuturkan bahwa kultur kenegaraan sudah banyak sekali diajarkan oleh pondok ini.
Baca Juga: Berbagi Kisah; TMI Hadirkan Alumni Sukses di Bidang Kewirausahaan
“Saya sangat setuju sekali dengan falsafah pondok kita yang berbunyi ‘Al-Amien Berdiri di Atas dan untuk Semua Golongan’ itu. Falsafah yang mengajarkan kenegaraan, falsafah yang sangat Indūnīsī sekali,” tuturnya.
Selain itu Ust. Moh. Aziz, selaku narasumber alumnus TMI tahun 2000 yang juga alumnus perguruan tinggi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini turut menegaskan bahwa sebagai politisi yang santri, kita diharapkan bisa mengimplementasikan visi dan misi pondok sebagai ‘khairu ummah’. “Apa itu? Khairu al-Nāsi anfa’uhum li al-Nās. Kita sebagai politik santri, itu adalah (pertama) memberikan manfaat, yang kedua, adalah memperjuangkan nilai-nilai keislaman di kursi pemerintahan,” tegasnya. (Az)