Ahmad Nawaf Murtadho, remaja kelahiran Sumenep, 28 Desember 2002 merupakan salah satu alumni TMI Al-Amien Prenduan tahun 2021 yang saat ini tengah mengenyam masa pengabdian di Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum desa Sindang Mekar, Kecamatan Dukupunyang, Cirebon, Jawa Barat.
Selama menjadi santri, Nawwaf aktif mengembangkan potensi dan bakatnya sebagai anggota hingga menjadi pengurus kelompok Marching Band Al-Amien. Sebagaimana yang kita tahu, Marching Band merupakan salah satu ekstrakurikuler yang banyak diminati oleh santri. Berkreasi dengan alat musik, membuat ekstrakurikuler ini menjadi salah satu hal yang menarik. Memainkan alat musik dalam Marching Band adalah hal yang tidaklah mudah, harus terus belajar dan berlatih agar kualitas lagu yang dimainkan semakin baik dan dapat menemukan nada baru dalam sebuah lagu yang sedang trending.
Baca Juga: Bergerak Mengabdi, Memulai dari Diri Sendiri
Sebagai alumni TMI yang wajib melaksanakan tugas pengabdian di suatu lembaga, Nawwaf memanfaatkan potensi yang ia miliki untuk diterapkan selama masa pengabdiannya di Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum. Sebagai salah satu pondok yang biasa meminta Alumni TMI setiap tahunnya untuk mengabdi di pondok tersebut. Pada tahun ini, Nawwaf mendapatkan kesempatan mengabdi di pondok tersebut dan dia telah berhasil untuk fokus mengembangkan Marching Band yang telah dibina oleh alumni sebelumnya.
Kesempatan pengabdian ini menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi Nawwaf, karena selain melaksanaka tugas edukasional di lembaga tersebut, ia juga bisa menerapkan hobi yang dia miliki selama menjadi santri di TMI Al-Amien. Berbagai proses hingga tantangan ia jalani dan berusaha untuk tetap mencurahkan sepenuhnya kemampuan yang ia miliki.
Meskipun sering kali megalami beberapa kendala dalam mengurus Marching Band karena hanya dia sendiri yang meng-handle semuanya sedangkan teman-temannya disana tidak adalagi yang bisa dan paham tentang Marching Band selain Nawwaf, namun Nawwaf terus semangat dan tidak putus asa sehingga seiring berjalannya waktu dia mampu beradaptasi dengan tantangan tersebut dan mampu meng-handle semuanya sendiri.
“Pada awal-awal, saya agak sulit untuk mengurus semua nya , dan teman saya disini nggak ada lagi yang bisa marching band, tapi lama kelamaan udah terbiasa denganitu dan alhamdulillah beriringan jalannya waktu, saya cukup belajar dan memperloeh pengalaman yang luas dari hal tersebtu,” Ujar Nawwaf.
Bukan hanya itu saja, Nawwaf juga mengalami kendala yang lain yaitu kurangnya fasilitas berupa kantor khusus untuk Marching Band karena kantor Marching Band masih ditempatkan di suatu tempat yang bisa dinilai kurang memadai, namun saat ini kantor telah dipindahkan ke tempat yang sudah memadai.
“Kendala kedua, awal-awal disini diwan atau kantor Marching Band masih kurang memadai yang mana waktu itu di tempatkan di gudang barang-barang pondok, sehingga perawatan alat-alat Marching Band tidak berjalan dengan baik, tapi alhamdulillah beriring jalannya waktu kantornya sudah dipindahkan ke tempat khusus yang lebih lebar,” jelas Nawwaf. Dia juga menjelaskan bahwa Marching Band yang berjumlah 65 orang itu sudah lumayan bagus karena sejauh ini telah dibimbing oleh orang-orang yang sudah berpengalaman dan dia hanya menambahkan apa yang masih kurang di dalamnya. Dalam proses pengembangan Marching Band, Nawwaf telah menganggarkan untuk beberapa inventaris peralatan Marching Band seperti barithon, mellophone, quintom dan dia berencana untuk mencapai target sebelum pengabdian selesai yaitu menambahkan kostum dan bendera. Tidak hanyaitu, selama mengabdi Nawwaf telah menambahkan 4 lagu dalam Marching Band tersebut. (Sy/Oz)
Pingback: Kiai Didik, Raih Predikat Mumtaz di King Abdul Aziz University | TMI Al-Amien Prenduan