Angin Malam

Angin berembus kencang
Menerpa wajahku dalam malam
Lalu pergi membawa rasa
Meninggalkanku dalam sepi


Hati dan pikiranku ruang hampa
Entah apa yang kurasakan
Dan apa yang kupikirkan
Selain merenung bersama angin malam


Kembalikanlah rasa yang kau ambil
Hilangkanlah rasa sepi ini
Terasa terkurung dalam jeruji besi seorang diri


Apa yang kumiliki hilang
Hanya rasa sakit yang tersisa
Kembalikan rasa yang kau ambil
JIka tidak katakanlah ini hanya mimpi

*Lukman Hakim, Santri Kelas V Asal Majalengka

Pecahnya Kaca Zaman

Kami dianiaya bertahun-tahun
Ramai-ramai dibunuh dan disiksa tanpa ampun
Dihiasi darah yang mengalir tiada henti
Akibat perebut tanah orang
Ketika kami mundur atau menyerah
Kehancuran tiba di depan mata
Semua hak milik kami
Direbut paksa oleh mereka yang tak tahu adab
Mengambil harta, tanah, istri, dan rumah
Telah berganti tangan menjadi benda mereka
Hanya satu cara yang kami punya
Kita harus berjalan terus
Dengan panah dan pedang
Sudah cukup melawan senjata mereka
Kami mundur atau menyerah
Berarti hancurlah harapan kami
Inilah negeri yang dibawa
Oleh dua bapak proklamator
Berpecah tidak ada yang sesuai
Dengan harapan leluhur mereka
Teknologi dan perubahan
Zaman bersama waktu
Membuat semua terlena
Pecah termakan zaman
Hancur diikat waktu
Tidak ada harapan
Untuk mereka berjalan terus
Memang hancur sudah
Negri yang kami bangun
Sadar atau tidak
Kami telah kalah berperang
Kami berhenti di tengah jalan
Kaca yang kami jaga
Bagaikan diterpa palu
Dan sisa-sisa serpihannya
Menghiasi malam kekalahan
Negeri kami ini

*Fadhil Imthiyaz, Santri Kelas IV A Asal Jakarta

Larik kesedihan

Terbaring lelah di atas dipan sengsara
Aku terkelabui mimpi wanita cantik
Parasnya saja yang mengundang hasrat
Sekadar bukti, malah mengunyah ceker katak
Tidak kawan, kau tak bermimpi
Hanya dunia sudahlah
Biar ia memanjat tebing pesonaku
Kemudian terjun pada dahan lapuk
Tunggu! Tengoklah di sana ia memanggilmu
Dia menunggumu, ayo turuti langkahku!
Aku hilang sadar
Kemudian kupu-kupu datang membawakanku larik kesedihan

*Tan Nu’man Bey Qomarullah, Santri Kelas V DIA A Asal Lubuk Linggau

Penjara Kebosanan

Hai teman teman…
Maaf hari ini aku bosan ke sekolah
Matematika penyebabnya
Pelajaran yang menbuat otakku melilit bagaikan ular sawah

Aku ingin pergi ke warnet
Untuk main Fornite, ML, FF, dll
Menghilangkan ular yang melilit
Di otakku

Hai teman teman…
Maaf hari ini aku bolos
Karena semua yang kubutuhkan tidak ada di sini
Aku butuh hiburan, permainan
Dan sekolah ini adalah penjara dari semua itu

Aku bisa belajar
Tapi, tanpa dibelenggu, tanpa dipaksa, dan dengan cara lembut
Bagaikan saat kau bermain dangan anak kecil

*Fikri Ahmad Azzami, Santri Kelas III C Asal Medan

Jatuh Cinta

Aku ingin cinta kita seperti sumber mata air yang tak pernah hilang dan tak pernah putus untuk mengalir.

Dan aku tak ingin cinta kita seperti pelangi yang ada hanya sementara, lalu hilang entah kemana.

*Idham Maulana, Santri Kelas III X E Asal Sumenep