Islam menganjurkan kepada manusia untuk mencari ilmu sebagai bekal mengatasi segala permasalahan hidup dan juga membimbing umatnya supaya berakhlak mulia serta berilmu pengetahuan. Menuntut ilmu merupakan kewajiban di mana saja dan kapan saja, karena ilmu merupakan penyelamat di dunia dan bekal di akhirat kelak. Jika manusia belum memiliki ilmu, dalam Islam dianjurkan untuk bertanya kepada mereka yang memiliki ilmu tersebut.

Firman Allah Swt. dalam surat an-Nahl ayat 43 yang artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, (Q.S. An-Nahl : 43)

Dengan itu, tak ada satu orangpun yang berhak menghentikan atau melarang seseorang dalam mencari ilmu (belajar). Setiap individu berhak mendapatkan pendidikan dan tak ada kata akhir dari suatu proses belajar. Bahkan, Islam sangat menganjurkan, Sebagaimana sabda Nabi Saw; “Menuntut ilmu itu fardu atas setiap muslimin dan muslimat”

Berdasarkan alasan dan ajaran Islam tersebut, para ahli pendidikan Islam sejak dahulu sehingga sekarang secara serius melaksanakan proses pendidikan dalam upaya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut Aminuddin Rasyad, bahwa Islam menginginkan manusia individu (guru dan murid) dan masyarakat menjadi orang-orang yang berpendidikan. Berpendidikan berarti berilmu, berketerampilan, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, pandai bermasyarakat dan bekerjasama untuk mengelola bumi dan alam beserta isinya untuk kesejahteraan umat di dunia dan akhirat serta dekat dengan Khalik-nya.

Suatu hal yang penting diketahui oleh seorang pendidik atau calon pendidik adalah sikap dan karakter peserta didik. Peserta didik di sekolah yang dihadapi guru sudah membawa karakter yang terbentuk dari lingkungan rumah tangga atau lingkungan masyarakat yang berbeda. Ada yang baik dan ada yang buruk, ada yang patuh dan ada juga yang tidak patuh, dan seterusnya. Mengetahui latar belakang dan karakter peserta didik menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan alat pembelajaran, pendekatan dan metodenya yang akan dilakukan oleh seorang guru sehingga tujuan pendidikan akan tercapai dengan mudah. Sikap dan karakter peserta didik ini dapat diubah dan dibentuk sesuai dengan keinginan dan tujuan pendidikan. Di sinilah peran guru, orang tua dan masyarakat yang amat penting dalam membentuk lingkungan peserta didik yang baik dan saling mendukung.

Terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang erat kaitannya dengan pembahasan diatas yang artinya, “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu ‘Amir Al Asy’ari serta Muhammad bin Al ‘Allaa lafazh ini milik Abu Amir mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Buraid dari Abu Burdah dari Abu Musa dari Nabi ﷺ beliau bersabda, “Perumpamaan agama yang aku diutus Allah ‘Azza wa Jalla dengannya, yaitu berupa petunjuk dan ilmu ialah bagaikan hujan yang jatuh ke bumi. Diantaranya ada yang jatuh ke tanah subur yang dapat menyerap air, maka tumbuhlah padang rumput yang subur. Diantaranya pula ada yang jatuh ke tanah keras sehingga air tergenang karenanya. Lalu air itu dimanfaatkan orang banyak untuk minum, menyiram kebun dan beternak. Dan ada pula yang jatuh ke tanah tandus, tidak menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Seperti itulah perumpamaan orang yang mempelajari agama Allah dan mengambil manfaat dari padanya, belajar dan mengajarkan, dan perumpamaan orang yang tidak mau tahu dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku di utus dengannya.”

Pada Hadis di atas ada tiga karakter manusia sebagai anak didik dalam menerima ilmu atau petunjuk yang diumpamakan seperti ragam tanah atau Bumi ketika menerima siraman hujan dari langit, sebagai berikut:

Pertama, Bagaikan Bumi subur.

Karakter anak didik diumpamakan seperti Bumi subur ketika disiram dengan air hujan. Bumi itu dapat minum atau menyerap air, menumbuhkan tanaman-tanaman, tumbuhan-tumbuhan, dan rumput hijau yang subur.

Karakter anak didik pertama ini karakter yang terbaik di antara tiga karakter yang ada nanti, karena karakter inilah yang menjadi tujuan pendidikan, yaitu membentuk pribadi anak yang baik dan memiliki ilmu pengetahuan yang bermanfaat yakni diamalkan dan diajarkan. Alangkah manfaatnya jika tanah yang subur itu dapat menumbuhkan berbagai buah buahan dan sayur mayor yang mengandung vitamin yang amat penting bagi kesehatan manusia. Alangkah manfaatnya jika ilmu seseorang yang diamalkan dan diajarkan kepada orang lain dapat menerangi dirinya dan masyarakat di sekitarnya. Orang pertama ini disebut sebagai orang alim yang mengamalkan ilmunya untuk dirinya dan mengajarkannya kepada orang lain

Kedua, Bagaikan Bumi Tandus dan Gersang

Bumi tandus ini hanya dapat menampung air belakang, tetapi tidak dapat menyerap untuk menumbuhkan tanaman-tanaman atau tumbuhan tumbuhan. Memang ia dapat memberi manfaat kepada manusia seperti untuk minum, untuk menyirami dan untuk bercocok tanam, tetapi ia tidak dapat mengambil manfaat untuk dirinya. Ini sebuah perumpamaan karakter anak didik yang pandai, cerdas, dan pintar semua buku sudah dibaca dan seolah-olah semua ilmu dikuasai. Tetapi ilmu itu sebatas di ajarkan dan diinformasikan kepada orang lain, sementara ilmu itu tidak diamalkan untuk dirinya.

Karakter anak didik kedua ini bagaikan lilin yang menerangi benda disekitarnya, tetapi membakar dirinya. Karakter kedua ini kurang etis, seharusnya ilmu yang telah didapatkan untuk kepentingan diri sendiri terlebih dahulu, kemudian keluarga dan baru untuk orang lain. Otang kedua ini hanya memindahkan berita, hanya meriwayatkan, hanya menyampaikan, dan hanya menceritakan kepada orang lain.

Ketiga, Bagaikan Bumi licin mendatar

Bentuk karakter anak didik ketiga diumpamakan seperti bumi licin mendatar tidak dapat menyerap dan tidak dapat menampung air. Karakter sebagaian anak didik ketiga ini tidak dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Mereka tidak dapat menyerap ilmu dan tidak dapat menampung ilmu. Tidak ada ilmu yang menempel di otak mereka, tidak ada ilmu yang dapat menumbuhkan buah amal nyata untuk dirinya dan tidak ada orang lain yang mendapat pengajaran daripadanya. Mereka tidak mau mendengarkan ilmu atau mendengar tetapu tidak memelihara ilmu itu, tidak untuk diamalkan dan tidak untuk diajarkan.

Karakter ketiga ini yang terendah di antara tiga karekter di atas, karena keberadaannya kurang berfungsi sebagai anak didik, keberadaannya kurang bermanfaat dari berbagai arah. Orang ketiga ini tidak mau mengambil manfaat dari petunjuk dan ilmu yang dibawa Nabi dan tidak memberi manfaat kepada orang lain bahkan tidak menerima petunjuk atau ilmu dari Nabi. Kalau demikian halnya bisa jadi tergolong orang kafir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.