Banyak hal yang terjadi dalam kehidupan, mulai dari hal menyenangkan hingga menyedihkan. Setiap langkah yang terjadi pun tak bisa kita rencanakan, karena semua jalan yang kita lalui telah ditentukan oleh yang Maha Kuasa. Begitu juga ketika kita memiliki harapan, keinginan, dan target dalam hidup. Kita akan kecewa saat realita tidak sesuai dengan impian dan harapan selama ini. Rasa kecewa hadir jika kita terlalu berharap, terlalu bermimpi. Namun, jangan takut dengan kekecewaan, karena kita perlu merasakannya untuk memiliki mimpi dan harapan agar hidup kita lebih baik lagi. Ketika mimpi dan harapan datang dalam kehidupan kita, dua hal itu bagaikan keinginan yang tak bisa disembunyikan dan bagaikan sebuah janji yang harus ditepati. Dalam hidup, pasti kita mempunyai sebuah impian atau mimpi, mimpi ini dibagi dalam dua hal :

  1. Mimpi tidur, dimana kita bermimpi dan bisa saja terjadi ataupun tidak bisa terjadi
  2. Mimpi hidup atau cita-cita, dimana kita menargetkan sebuah tujuan dengan upaya berusaha   agar mimpi tersebut digapai.

Saat seseorang memiliki impian atau sebuah mimpi, belum tentu ia mampu berharap untuk mewujudkannya. Apalagi kalau mimpinya adalah bunga tidur, jangankan berharap jadi kenyataan. Setelah bangun tidur saja keseringan lupa dengan apa yang baru diimpikan. 

Di sisi lain, banyak juga orang yang memiliki harapan dalam hidupnya, tapi kurang berusaha untuk menggapainya. Maka sama saja ia masih terus bermimpi dan berangan-angan belaka. Impian dan harapan menjadi awal mula tujuan masing-masing manusia menjalani hidupnya. Mimpi hadir menciptakan harapan, dan harapan ada untuk mewujudkannya ke dunia nyata. Namun, tidak sedikit pula orang yang mampu bermimpi dan berharap, tapi belum dapat mewujudkannya. Karena saat keduanya datang, mungkin saja mereka belum siap sepenuhnya jika impian dan harapannya menjadi kenyataan.

Dulu waktu saya masih duduk di sekolah dasar saya adalah seseorang yang pemalu, tidak pernah berani untuk maju dan tampil di depan. Lalu, wali kelas saya berkata waktu saya duduk di bangku SD kelas 5 kepada murid di kelas saya, “kalian harus berani, berani untuk bertanya kalau tidak tahu, dan berani menjawab kalau kalian memahami”. Waktu itu seluruh teman saya menjawab dengan serentak; “baik bu”. Keesokan harinya, wali kelas saya memberikan tugas kepada kami, yaitu “menentukan impian atau cita”. Waktu itu, saya tidak mempunyai target ataupun cita-cita dalam hidup saya. Karena menurut saya, menjadi orang yang biasa saja itu menyenangkan. Saat hari semua teman-teman saya mempresentasikan cita-citanya banyak sekali yang ingin menjadi dokter, polisi, dll. Akhirnya karena takut terkena hukuman kalau tidak bisa menjawab apa cita-cita saya, maka saya memutuskan cita-cita saya ketika saya di bangku SD yaitu ingin menjadi “seorang guru”. 

Dari ketidaksengajaan atau asal sebut cita-cita tadi, ternyata saya memang benar-benar tertarik menjadi seorang guru. Karena setelah saya pikir “tidak ada di dunia ini yang tidak mempunyai guru” semuanya pasti mempunyai seorang guru. Dalam otak saya waktu itu, menjadi seorang guru itu harus pintar, rapi, tegas dan sopan. Maka dari itu saya mulai giat dan rajin dalam belajar agar nanti saya bisa menjadi seorang guru, dan mengajari banyak orang. 

Setelah lulus dari sekolah dasar, saya berpikir keras, bahwa saya tidak hanya mau ingin menjadi seorang guru, namun saya juga ingin menjadi “gurunya guru”. Saya pulang sekolah sampai di rumah bertanya pada ibu saya; “mah, kalau gurunya guru itu apa namanya mah?”. Lalu ibu saya menjawab “Itu namanya dosen”. Seketika senyum saya sumringah, mendengar kata dosen. Pasti hanya orang hebat yang menjadi dosen, ia bisa mengajari seorang guru. Tak lama dari itu ketika saya masuk SMP, ada salah satu kakak OSIS bertanya kepada saya “apa impianmu?”, lalu dengan tegas dan berani saya jawab “menjadi seorang dosen”. Selanjutnya, jika saya ditanya oleh seseorang pada hal yang berkaitan dengan cita-cita dan impian, saya menjawabnya “ingin menjadi dosen”.

Seiring berjalannya waktu, impian menjadi seorang dosen itu melekat pada hati dan pikiran saya, oleh karenanya saya belajar dengan keras untuk mencapai tujuan itu. Ketika saya berusaha, saya kerahkan semua tenaga saya, dan mengoptimalkan apa yang saya usahakan. Kerja keras, belajar dengan giat, disiplin, merupakan bentuk dari proses saya untuk mencapai suatu keinginan. Sebagai seorang pemudi saya harus bisa memanage waktu saya sebaik-baiknya. 

Di tahun 2017 saya melanjutkan SMA di Pondok PesantrenAl-Amien Prenduan Sumenep Madura, dan perjalanan hidup saya di sini dimulai. Di pesantren ini saya dilatih menjadi anak yang ambisius, mandiri, tidak malas, dan berani. Berpikir kritis terhadap apa yang saya observasi itu saya temukan dalam diri saya ketika saya berada di lingkup pesantren. Di pesantren saya sangat gemar mengikuti seminar-seminar kebahasaan yang mendorong diri saya untuk lebih baik. Setelah saya kembangkan lagi, saya mawas diri lagi ternyata saya adalah seseorang yang mempunyai personal branding yang baik dalam tampil dan mengemukakan pendapat. Saya menemukan skill saya ini di pesantren. Mengikuti berbagai lomba yang berhubungan dengan public speaking dan Bahasa Arab serta Bahasa Inggris mewakili pesantren itu adalah hobi saya dulu di pesantren. Dan cita-cita saya menjadi seorang dosen saya tetapkan namun saya tambah lagi ingin menjadi Duta Besar Republik Indonesia. Dari sinilah saya mulai rajin menuliskan keinginan-keinginan dan jadwal kegiatan setiap hari saya. 

Kalian pernah dengar “to do list?”, saya adalah orang yang menerapkan itu. Saya menuliskan dalam buku khusus saya, dulu saya punya buku khusus, saya namakan itu “one thousand one dreams”, yaitu buku 1001 mimpi-mimpi saya. Di dalam buku tersebut terdapat list-list keinginan dan mimpi serta cita-cita saya sekecil apapun itu saya tulis di list tersebut. Saya targetkan kapan itu harus dicapai, saya shalawatin itu dan jika sudah tercapai saya contreng. Seiring berjalannya waktu, hari berlalu begitu cepat dan tak terasa saya ada pada penghujung kelas. Saat kelas akhir saya mempunyai hobi baru, yaitu menulis sebuah sajak. Hal ini saya lakukan karena berawal dari “curhat” atau curahan hati saya pada sebuah buku. Lalu saya kembangkan hobi saya ini dengan baik, saya ajukan karya pada buletin-buletin pesantren untuk mengekspresikan hobi saya tersebut. Setelah itu semakin banyak tulisan yang saya buat dalam buku saya, sampai saya harus membeli buku lagi. Lalu saya berpikir panjang akan menjadikan karya-karya yang saya tulis ini kedalam sebuah buku. Saya ajukan pada guru Bahasa Indonesia saya di pesantren dulu, saya minta bantuan beliau, dan berkat rahmat Allah yang maha kuasa buku pertama saya dengan judul ”SENJA” diterbitkan oleh Publisher Surabaya. Selain itu untuk tetap menulis saya membuat blog pribadi lailatulmnwwrhdialy.blogspot.com  dengan tujuan tetap bisa menulis dan berkarya.

Setelah lulus dari pesantren begitu banyak sekali hal yang saya dapatkan untuk mempersiapkan diri saya dalam pengabdian masyarakat, setahun lalu saya mengabdi pada masyarakat di dua tempat lembaga pendidikan di Madura. Lembaga pertama saya mengajar anak TK, SD, dan MTs. Di lembaga yang kedua saya mengajar di Paud, TK, MTs, dan SMA. Dan kalian tahu? Tanpa disadari cita-cita saya waktu SD menjadi seorang guru ternyata sudah tercapai. Kadang Allah itu akan mengabulkan permintaan hambanya di waktu yang tepat, sampai dia lupa bahwa dia pernah meminta hal itu. 

Selesai pengabdian, saya dikontrak mengajar di salah satu pesantren yang terletak di Bogor dan pesantren ini merupakan rintisan, dimana tanggung jawab saya sangat besar. Karena adanya waktu yang lumayan luang, pengasuh pesantren saya mengizinkan saya untuk kuliah di daerah Bogor dan bebas saya mau memilih dimana. Dan saya memilih di Universitas Ibn Khaldun Bogor (UIKA). Jika ditanya alasannya kenapa? Maka jawaban saya tidak ada alasan, karena memang ini merupakan jalan terbaik dari Allah. Dan saya juga yakin bahwa kehidupan adalah perjalanan. 

Di Universitas Ibn Khaldun ini saya memilih program studi Perdagangan Internasional yang merupakan program studi baru. Namun saya tak pernah berkecil hati, saya terus berproses, saya terus bekerja keras, karena untuk mencapai suatu tujuan dan impian itu perlu kualitas. Maka dari itu saya tidak mudah menyerah dan tidak mudah sedih, saya harus menumbuhkan rasa optimisme dan semangat tinggi serta menyalurkan energi positif kepada diri saya dan orang sekitar saya. 

Menurut saya masuk pada jurusan Perdagangan Internasional ini merupakan langkah saya untuk menjadi dosen dan Duta Besar Republik Indonesia, karena dalam perdagangan Internasional ini saya belajar bagaimana menjadi speaker yang baik, menyusun bahasa bisnis dengan baik, mengetahui ekonomi global. Dan beberapa langkah saya dalam mencapai apa yang saya inginkan tersebut, antara lain:

  1. Motivasi diri
  2. Konsisten
  3. Aksi atau Action

Motivasi diri itu sangatlah penting dalam kehidupan individual manusia, karena motivasi itu merupakan dorongan agar kita mau melakukan sesuatu. Jika dia pintar, dia mempunyai kecepatan, dia mempunyai bakat, dia mempunyai kekuatan, tapi jika tanpa didorongi dengan motivasi dalam diri dan tidak adanya gairah untuk mengimprovisasi dirinya, semuanya akan sia-sia. Maka dari itu hal yang terpenting agar kita dapat mencapai apa yang kita inginkan, cari kekuatan motivasi dari dalam diri kita. Jika ditanya motivasi saya bekerja keras dan belajar dengan giat karena apa? Saya jawab dengan seksama, alasan lain dan tak bukan adalah “karena saya menyayangi kedua orang tua saya, dan saya anak pertama contoh dari semua adik-adik saya”. Berbicara mengenai orang tua, mereka tidak pernah menuntut saya untuk menjadi seseorang yang harus seperti mereka inginkan, saya dibentuk oleh kemauan dan keinginan saya sendiri. Orang tua saya membebaskan saya untuk berekspresi seperti yang saya suka.

Jika kita sudah mempunyai motivasi diri, kita harus konsisten untuk melakukannya. Dan ini merupakan suatu hal yang sulit karena biasanya manusia akan mengalami fase jenuh, ataupun malas dan bosan. Dan konsisten ini hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang memang berkemauan sangat keras dalam mencapai sesuatu. Seluruh tenaga dia kerahkan dan menjadi yang terbaik dalam setiap harinya yang selalu dia usahakan. Cara untuk selalu konsisten ini adalah motivasi atau dasar pertamanya harus sangat kuat, agar ketika dalam prosesnya kita melakukan hal-hal baik dan sama di setiap prosesnya.

Setelah motivasi, dan konsistensi dalam mencapai suatu target kita harus melakukan aksi atau upaya-upaya tertentu dalam mencapai hal yang kita tuju. Jadi aksi ini adalah bukti nyata dari seseorang dalam melakukan suatu hal. Dan aksi ini adalah hal yang nampak, ataupun jelas. Seperti Alm. Bapak Bacharudin Jusuf Habibie mengatakan “satu ons aksi lebih baik dari pada satu ton teori”, karena teori itu adalah ilmu dan gagasan namun yang dibutuhkan sesungguhnya adalah tindakan dan aksi nyata dalam mencapai tujuan.

Jadi jika kita ingin mencapai keinginan, kita harus melakukan beberapa tahapan-tahapan. Gagal kita coba lagi, salah kita perbaiki lagi. Kerja keras dan sungguh-sungguh adalah kunci pertama dalam mencapai sebuah mimpi. 

Seperti yang dikatakan oleh tokoh revolusioner Indonesia, Tan Malaka “terbentur, terbentur, terbentuk”. Pemilik nama asli Sutan Ibrahim ini mengingatkan kita untuk tidak menyerah dalam perjalanan mencapai sebuah tujuan.

“Practice like you never win, and show like you never lose”

Kehidupan itu tentang siapa yang berani dan bekerja keras. Selagi hari ini kesempatan masih banyak, badan masih sehat, maka kita harus menggunakan kesempatan dengan baik. Jangan membuang-buang waktu dengan hal-hal yang sia-sia dan membuat kita menjadi seseorang yang rugi. Seperti yang dikatakan oleh tokoh dunia Steve Jobs “Waktumu terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain. Jangan terjebak oleh dogma – yaitu hidup dengan hasil pemikiran orang lain. Ciptakan tujuanmu, dan susun rencanamu, usaha dan keberanian tidak cukup tanpa tujuan dan arah perencanaan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.