Munjid Berjalan itu kini telah menerima surat cinta dengan istimewa, tak dapat kita saksikan keberadaannya secara fisik, namun kisahnya takkan pernah habis. Siapakah Munjid berjalan? KH. Marzuki Ma’ruf adalah sosok familiar dengan julukan tersebut, bagi yang nyantri kisaran di bawah atau ke atas tahun 2000-an maka takkan asing dengan sosok low profile satu ini.

Beliau bisa dibilang sangat cermat dan teliti dalam mengenali tiap kesalahan yang ada. Jika ada yang penasaran dengan Khotbah Jum’at yang berada di Masjid berjuluk Kubah Hijau dan ingin tahu apakah ada kesalahan ataupun tidak ketika menyampaikan khotbah maka anda cukup menanyakan hal tersebut kepada satu orang bernama KH. Marzuki Ma’ruf. Bagi seorang santri nihaíe bisa berkhotbah di Masjid Jami’ Al-Amien adalah suatu hal yang istimewa, oleh karenanya segala kemampuan dikerahkan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak membuat khotbah pertama dan kedua merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari santri kelas akhir, tak ada yang mendapatkan perlakuan khusus semuanya harus membuat dan menyetorkan kepada Kiai/Ustad pembimbing.

Sayangnya membuat khutbah tidaklah mudah, terlebih membacakannya di depan Kiai/Ustad yang telah ditunjuk sebab ia akan diperhatikan secara cermat. Setidaknya harus melewati tiga tahap untuk bisa membacakan khutbah di Masjid Jami’ dari sekian santri akan diseleksi dan hasil seleksi tersebut akan diseleksi ulang. Kendati sudah mendapatkan nilai Mumtaz maka ada tahap terakhir yang membuat ketar-ketir karena ketika sudah menjadi Khotib Jum’at masih bisa ditemukan apakah terdapat kesalahan atau tidak semasa berkhotbah.

Orang yang paling memegang kendali bisa menemukan kesalahan tersebut adalah KH. Marzuki Ma’ruf, yangmana semua mengakui keilmuan beliau. Sosok istimewa ini, juga sangat lama menjabat Ketua Yayasan Al-Amien. Yang pernah berada di dekat beliau akan sepakat bahwa beliau adalah orang baik. Pengayom dan pribadi yang menyenangkan. Mudah ditemui jika dibutuhkan, tidak suka mempersulit. Yang ingin belajar akan dibimbing.

Saya juga berada di bawah kepemimpinan beliau sejak tahun 2007. Saya merasakan betapa KH. Marzuki Ma’ruf sangat baik dan sangat mencintai segala yang diamanahkan dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh ketelatenan.

Menatap wajah KH. Marzuki Ma’ruf serupa menatap rekah bunga. Ia bisa menjadi pengobat lara. Raut wajahnya yang begitu teduh dan sangat mengasyikkan. Senyumnya bisa menjadi pengobat lelah kembara.

Setidaknya KH. Marzuki Ma’ruf telah menjadi mutiara di zamannya. Keilmuan yang dimiliki adalah thoriqah serunduk padi. Berlama-lama duduk dengan KH. Marzuki membahas ilmu maka anda akan lupa sudah berapa jam duduk bersama dimulai. Anda akan disergap rindu dan ingin selalu bertemu.

Saya tak bisa memberikan kado yang istimewa namun rasanya tidak lengkap bisa orang istimewa yang telah tiada tak diabadikan sosoknya. Sebagaimana Imam Syafi’i berkata dalam syi’irnya, “sesungguhnya manusia adalah cerita bagi generasi berikutnya, maka jadilah cerita yang baik bagi berakal.” Maka sayapun menulis dalam sebentuk puisi;

KH. MARZUKI MA’RUF

Akhirnya kaupun pulang dengan begitu istimewa
Setelah mengabdikan diri begitu purna
Pada almamater tercinta

Kisah-kisah tentangmu
Obat bagi pilu pencari ilmu

Tangan-tangan doa
Berebut mengantarmu ke pemakaman

Munjid berjalan
Adalah namamu abadi dalam ingatan

Terimakasih pejuang
Yang telah pulang pada sajadah panjang

Ketapang, 16 Januari 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.