Al-Amien Prenduan itu layaknya lautan ilmu, tetapi perlu disadari bahwasannya untuk mendapatkan ribuan mutiara di dalam  lautan itu memerlukan kelihaian dalam berenang.

Jangan sampai kalah dengan ikan laut………

Al-Amien Prenduan,  salah satu pondok pesantren muadalah yang dikenal memiliki sistem pendidikan yang terbilang banyak diminati oleh ribuan santri dari berbagai macam daerah, baik dalam  maupun luar negeri, hal tersebut dibuktikan dengan adanya database jumlah keseluruhan santri Al-Amien Prenduan yang mencatat bahwasannya semenjak awal berdirinya sampai saat ini  lebih dri 10 ribu santri telah lahir dari rahim ponpes Al-Amien Prenduan ini.

Sistem pendidikan dalam pondok ini tidak diragukan lagi dalam mencetak para santrinya menjadi santri yang  terampil, pintar, serta berguna bagi orang lain di sekitarnya. Seperti yang sudah penulis rasakan sendiri ketika masih menjadi santri di pondok ini, saya paham betul bagaimana pondok Al-Amien ini mendidik, membimbing, serta mengarahkan seluruh santrinya dalam mengarungi berbagai macam ilmu, segala macam bentuk  keilmuan dan keterampilan-keterampilan disiapkan guna untuk menggali minat dan kemampuan yang terpendam dalam jiwa setiap santri.

Sebut saja keterampilan-keterampilan berbahasa, pondok ini menyediakan berbagai jenis kelompok-kelompok kebahasaan yang dapat diikuti oleh seluruh santri di antaranya kita kenal dengan kelompok Firtalia, Alghorizma, PEC, GEM, dll. Selain itu di bidang olahraga pun tak kalah menarik, terdapat sekian banyak macam kelompok olahraga di pondok ini, seperti bola basket, voli, takraw dll. Di samping itu masih banyak lagi berbagai bidang keterampilan yang pondok ini siapkan guna menggali bakat para santrinya, seperti keterampilan kesenian, bela diri, tulis menulis, dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, pada intinya para santri hanya tinggal memilih bidang apa yang menjadi minat dan hobinya.

Bagi saya, pondok psantren Al-Amien Prenduan ini layaknya lautan ilmu, semua jenis keilmuan dan keterampilan telah tersedia di pondok ini, hanya tinggal kitanya saja mau atau tidak mengambil semua itu, bisa atau tidak kita mendapatkan hal tersebut, atau setidaknya menekuni satu bidang atau beberapa bidang dari sekian banyak pilihan yang ada, semua itu tergantung bagaimana kita memanfatkan sebaik mungkin berbagai fasilitas pembelajaran tersebut.

Akan tetapi meskipun demikian, pondok pesantren Al-Amien Prenduan tidak jauh beda dengan pondok-pondok di luar sana, masih banyak santri yang gagal dalam belajarnya, masih banyak santri yang tidak maksimal dalam belajarnya, serta masih banyak santri yang belum bisa menemukan bakatnya sampai ujung usahanya, bahkan masih banyak santri yang memilih mundur, berhenti dan tidak melanjutkannya usahanya lagi

Hal tersebut tidak jarang kita temui di berbagai pondok pesantren, lalu apakah dalam kejadian ini pondoklah puncak dari kesalahan? TIDAK, saya katakan hal demikian karena setiap hal yang diberikan, diajarkan, dan dicurahkan oleh pondok pesantren kepada para santrinya adalah hal-hal kebaikan,  hal-hal yang bermanfaat, dan hal-hal yang memang dibutuhkan para santri bagi dirinya dan masa depannya, oleh karena itu dalam hal ini pondok bukanlah puncak dari kesalahan tersebut, melainkan orang orang yang berperan di dalamnyalah yang berpotensi terjerumus dalam kesalahan, sehingga ketika ada santri yang gagal dalam belajar di suatu pondok pesantren, maka hal itu murni bukan kesalahan pondok sepenuhnya, karena pondok tidak pernah memberikan ataupun mengajarkan suatu keburukan, dan  juga perlu disadari bahwasanya tidak semua santri gagal dalam belajarnya.

mereka para santri yang  pandai dan lihai mengambil kebaikan-kebaikan yang ada dalam pondok ini maka kebaikan itu akan menjadi titik cahaya kesuksesan dalam dirinya, yang akan menerangi dirinya dan masa depannya, mereka yang pandai bergaul dengan waktu, keadaan, dan diri sendiri untuk mengatur berbagai kesibukannya akan menuai banyak kebaikan dari kesibukannya tersebut, begitu pula mereka yang kurang pandai dalam mengambil dan menerima kebaikan tersebut, mereka yang tidak cukup pandai dalam mengambil hikmah dari setiap keadaan, mereka yang lebih memilih jalan pintas ketika dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan, maka kegagalan, penyesalan serta keluguan yang akan ia dapatkan, oleh karena itu, kebaikan itu akan sangat berguna bagi kita jikalau kita pandai mengambil kebaikan tersebut.

sama halnya di pondok ini, dapat saya katakan bahwasanya,  pondok pesantren Al-Amien Prenduan ini layaknya “lautan ilmu” tetapi perlu di sadari bahwasannya untuk mendapatkan ribuan mutiara di  lautan Al-Amien ini, memerlukan kelihaian dalam berenang, dalam artian kepandaian memilih cara dalam belajar sangat penting untuk mendapatkan ilmu yang kita cari di pondok ini, begitupula  sebaliknya jikalau kita tidak cukup pandai dalam memilih cara dalam belajar, maka kita akan tenggelam di lauatan Al-Amien ini, atau bahkan dihempas oleh  ombak yang besar, sehingga  tidak memungkinkannya lagi untuk memperoleh mutiara dari lautan ini, oleh karena itu maka memilih cara yang tepat dalam belajar berbagai ilmu itu sangat menentukan dalam menguasai ilmu tersebut.

Seperti yang  disampaikan oleh KH, Imam Az Zarnuji dalam kitab Ta’limu Al Muta’allim Thoriqota At Ta’allum;

مَنْ أَخْطَأَ الطَّرِيْقَةَ فَقَدْ ظَلَّ وَلَا يَنَالُ اْلمَقْصُوْدَةَ قَلَّ أَوْ جَلَّ

Barang siapa salah dalam memilih cara (dalam belajar) maka ia akan tersesat

Oleh karena itu dari sini saya katakan bahwasanya kegagalan santri dalam belajar bukanlah murni kesalahan pondok pesantren ataupun lingkungan pondok pesantren sepenuhnya, melainkan faktor utamanya adalah dari dalam diri mereka sendiri dalam memilih cara belajar, serta tidak cukup pandai dalam bergaul dengan keadaan, maka, bagi saya, memilih pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan alasan karena tidak berhasil dalam pembelajarannya di tempat yang pertama sehingga lebih memilih tempat lain, itu bukanlah solusi, karena tempat manapun, dan pondok apapun semuanya sama, keilmuannya sama, lingkungannya pun tidak akan jauh berbeda, justru langkah yang harus di ambil adalah belajar bergaul dengan keadaan apapun serta pandai pandai dalam memilih cara untuk mendapatkan ilmu di tempat kita belajar. Bukan malah pergi agar terhindar dari masalah tersebut, karena setiap tempat pasti memiliki permasalahan, jadi janganlah meninggalkan permasalahan dengan mencari permasalahan baru.

Kita bisa belajar dari seekor ikan yang hidup di laut, jikalau kita amati bersama, ikan laut itu hidup di lingkungan air yang asin semenjak menetas dari telur sampai besar, tapi apakah daging ikan laut itu asin? TIDAK, daging ikan laut itu tetap segar dan tidak asin sama sekali, karena ikan di laut itu tidak terpengaruh oleh lingkungannya, hal ini membuktikan bahwasannya ketika kita tidak terpengaruh dengan keadaan (keadaan buruk) maka kita akan menjadi orang yang berkualitas sama halnya dengan ikan laut yang banyak diminati semua orang.

Sekali lagi saya katakan, Al-Amien Prenduan itu “lautan Ilmu” akan tetapi kita harus pandai berenang untuk mendapatkan ribuan mutiara yang ada di lautan ini, kalau tidak kita akan tenggelam, dihempas ombak sampai ke tepi laut. Jangan pernah terpengaruh dengan keadaan sekitar, seburuk apapun keadaan sekitar, jikalau kita tidak terpengaruh maka keberhasilan yang akan kita dapatkan.

Jadi masak kita mau kalah dengan ikan laut?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.