Menjadi seseorang yang berhasil tentu saja menjadi impian setiap orang. Tentu saja sebuah keberhasilan harus diusahakan, bukan diperoleh dengan diwariskan. Banyak literasi yang memberikan saran atau kunci untuk mencapai keberhasilan. Dan saya ingin berbagi mengenai satu pencapaian yang akhirnya dapat saya raih walaupun dengan berkali-kali jatuh: kuliah di luar negeri.
Ketika duduk di kelas akhir, setiap santriwati memikirkan kemana nantinya mereka akan melanjutkan pendidikan. Tentu saja setelah masa pengabdian selama satu tahun. Banyak dari mereka berkata “peringkat tidak menjamin seseorang diterima atau tidak dalam perguruan tinggi” didukung dengan realita yang mereka temukan. Ucapan mereka menjadi virus – bagi diri saya- yang saat ini dikenal dengan kata insecure dan overthinking. Parahnya menjadi bad mindset untuk beberapa bulan setelahnya.
Tak terhitung jumlah pendaftaran seleksi masuk perguruan tinggi yang saya usahakan dan hasilnya nihil. Mulai dari SPAN PTKIN-ternyata untuk Angkatan tahun 2021 tidak bisa mendaftarkan diri. Kemudian Jalur rapot UNTAR, yang dihari ketiga setelah pendaftaran seleksi jalur rapot ini saya mendapatkan email bahwa saya diterima di fakultas Psikologi seperti keinginan saya dengan mendapatkan beasiswa 60%, namun tidak diizinkan oleh orangtua karena terlalu jauh. Dari hal tersebut saya diajarkan untuk merelakan dan menerima. Di hari lainnya, dibuka pendaftaran Beasiswa Santri Pondok Pesantren yang dikelola LPPD Jawa Timur untuk melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar Kairo. Dalam fikiran saya, bila Jakarta Barat terlalu jauh, bagaimana mungkin saya diizinkan untuk kuliah di luar negeri. Dari sini saya belajar bagaimana cara yang baik dan tepat untuk berani mengutarakan keinginan kepada orangtua tanpa menyakiti hati mereka hingga akhirnya berhasil. Jarak antara pendaftaran, seleksi tahap 1 dan seleksi tahap 2 sangat jauh. Sehingga disela-sela menunggu pengumuman seleksi BPSPP saya tetap harus berusaha mendaftarkan diri ke perguruan tinggi lainnya.
Tak lama setelah itu dibuka pendaftaran Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri, saya didaftarkan les khusus untuk mempelajari materi SBMPTN. Bahkan saat mendaftarkan diri customer servis di tempat itu menjatuhkan semangat belajar saya dengan mengatakan bahwa lulusan pondok memang sulit diterima di perguruan tinggi negeri terutama perguruan tinggi yang saya inginkan. Dan benar, setelah merepotkan orangtua dengan harus membayar uang les – yang tergolong mahal untuk kurun waktu yang tak seberapa- ternyata saat pengumuman saya tidak lolos seleksi sedangkan teman-teman di pondok dan di tempat les banyak yang diterima. Hal tersebut membuat saya semakin percaya ucapan yang pernah dilontarkan teman saat kelas akhir dulu dan rasa ingin menyerah semakin besar.
Selanjutnya, Seleksi Universtas Al-Azhar Kairo oleh Kedutaan Mesir secara online. Seleksinya dengan membuat formulir pendaftaran dan insya’ berbahasa arab dengan tema “Nilai toleransi dalam Islam”. Hasilnya masih sama, tidak lolos. Tapi tetap saja tidak boleh putus asa dan menyerah, lantas saat pendaftaran PCNU Mesir dibuka saya bersegera mendaftarkan diri. Seleksi berkas terlewati namun gugur kembali dikarenakan tes tulis insya’ dengan tema “Saya Sebagai Nahdiyyin”. UMPTKIN, kesempatan seleksi satu ini tidak bsa saya ikuti karena tidak mendapat izin dari orangtua. Mandiri prestasi UINSA, untuk seleksi yang satu ini, alhamdulillah saya diterima di fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial program studi Hubungan internasional. Dikarenakan jarak pendaftaran ulang yang sangat dekat dari pengumuman, mau tidak mau orangtua saya kembali mengeluarkan uang untuk pendaftaran ulang sekaligus membayar UKT.
Tidak berhenti hanya di situ, walaupun sudah diterima di UINSA tidak membuat saya lantas melepaskan keinginian untuk belajar di luar negeri. Saya tetap belajar kitab dan materi yang mungkin diujikan saat seleksi nanti kepada guru di pondok saat saya kecil. Hari libur tidak seperti libur, hanya ada belajar, memahami dan berlatih agar hasilnya bisa maksimal. Barulah setelah sekian lama, pelaksanaan seleksi tahap kedua BPSPP dan pengumuman hasil akhir. Kembali saya diajarkan untuk memilih dan merelakan satu diantara dua hasil pencapaian saya selama setahun terakhir. Yaitu saya memilih untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri, Al Azhar Kairo dan merelakan kuliah di UINSA. Satu bukti lain bahwa usaha tidak akan mengecewakan hasil. Bahwa saat hendak menyerah kira hanya butuh bangkit, butuh dukungan dan semangat dari orang yaang percaya akan mimpi kita.
Pingback: Membanggakan, Santri TMI Kembali Sabet Gelar Juara di IAIN Pamekasan |