KH. Ja’far Shodiq, sosok energik yang terkenang bagi setiap angkatan santri Al-Amien Prenduan. Suaranya menggelegar, menunjukkan ketegasan beliau. Berdisiplin pada setiap sunah pondok, mulai dari kegiatan yang sederhana sampai pada kegiatan penting. Wabilkhusus masalah sholat jamaah, tanpa toleran beliau akan mengobrak-abrik setiap ruangan di pondok agar setiap santri bergegas menuju masjid untuk melaksanankan sholat jamaah.

Tahun 2000-an awal, pondok menerapkan sunah baru yaitu pemberlakuan jam tidur malam tepat jam 21.00 WIB. Seluruh kegiatan santri harus berhenti di jam tersebut. Berbagai pertimbangan yang mendasari sunah baru pondok tersebut, diantaranya yang dapat saya tangkap dari penjelasan Kiai Idris saat itu adalah, sebagai upaya untuk menghidupkan sepertiga malam (ihyaul lail) dengan melaksanakan sholat tahajud dan mengamalkan sunah-sunah Nabi lainnya. Menurut beliau, ihyaul lail adalah jalan para orang sholeh menuju kemuliaan yang juga harus menjadi tradisi bagi setiap santri.

Tidak mudah untuk menerapkan program tidur lebih awal, terutama bagi kalangan santri kibar (senior). Dalam kesempatan dialog santri dan kiai yang digelar setiap ba’da shubuh di hari Jumat sempat muncul tawar-menawar mengenai penerapan jam tidur tersebut. Muncul opini bahwa jam tidur yang terbilang sangat awal akan mengurangi daya kreatifitas santri. Namun kiai Idris mempunyai alasan yang lebih dari sekedar pertimbangan akademik. Beliau lebih meyakini bahwa jalan yang ditempuh para salafus sholeh lewat sujud di sepertiga malam dan semangat juang di siang hari akan mengantarkan pada capaian kepribadian yang seimbang, tidak hanya menjadi pribadi yang cerdas dan terampil tetapi juga pribadi yang taat, khusyuk dan tunduk kepada Allah.

Dalam hal ini Kiai Ja’far Shodiq mengambil peran di lapangan. Setiap setelah kumandang “ayyuhal ikhwan qod hana mau’idur rohati wan naum” dari pengeras suara di masjid, kiai Ja’far akan mengelilingi pondok yang saat itu tahun 2000-an awal luas pondok masih sekitar 23 hektar. Setiap ruangan yang dicurigai tempat sembunyi para santri tidak pernah luput dari grebekan beliau. Hampir setiap malam beliau melakukan sweeping di tahun-tahun awal penerapan sunah pondok tersebut.

Begitu masuk pukul 03.00 WIB dini hari, beliau jugalah yang keliling ke setiap asrama santri, membangunkan para santri untuk bergegas ke masjid menunaikan sholat tahajud. Speaker kecil yang menggantung di motor beliau melekat menjadi ikon yang terkenang pada setiap santri. Suaranya menghentak memanggil-manggil setiap santri agar bergerak cepat. Santri yang mendengar pun tidak sedikit yang terbirit-birit lari menuju masjid. Situasi pondok saat itu sunyi di pukul jam 21.00 tapi ramai di sepertiga malam.

Sepotong cerita ini adalah di antara dari sekian kenangan proses pembudayaan yang ada di Al-Amien. Terserap pelan pada setiap sanubari santri dan alumninya. Bermula menjadi situasi yang dirindukan, beranjak menjadi sikap yang dibudayakan dan puncaknya berharap menjadi profil yang melekat pada setiap alumni, menjadi pejuang dan pekerja keras pada siang hari dan menjadi hamba-hamba yang bersujud di malam hari. Di antara sosok yang mengantarkan budaya tersebut adalah kiai Ja’far Shodiq.

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Kini kiai Ja’far Shodiq telah dipanggil oleh Allah SWT. Semoga kedisiplinan untuk menjadi hamba yang taat dan sujud kepada Allah terus terpatri kuat di setiap santri beliau, sekaligus menjadi jalan yang lapang menuju Allah SWT. Selamat jalan kiai, semoga Allah menempatkan beliau di tempat yang mulia. Al-fatihah…

14 thoughts on “Kiai Ja’far Shodiq dalam Kenangan

  1. Abdul Waris Alumni TMI 2003 says:

    Ustadz Ja’far, memang sosok yg multi talent… Kegalakannya, tidak mengurangi rasa senang kami murid-muridnya, selain galak beliau juga sosok yg pandai membuat kami terpingkal-pingkal dengan lelucon-lelucon yg disampaikan…. Selamat Jalan guru, semoga Sorga tempat terakhirmu….. Namamu selalu terpatri dalam dalam dada kami

  2. Hasan Basri says:

    tak kenal kompromi untuk urusan sunnah pondok, tapi tetap jenaka dan dekat dengan siapapun tanpa pilah pilih. Semoga benderang amal jariahmu. KH. JA’FAR SHADIQ

  3. Hasan Basri says:

    tak kenal kompromi untuk urusan sunnah pondok, tapi tetap jenaka dan dekat dengan siapapun tanpa pilah pilih.

  4. Ust. Suhairi, S.Th.I says:

    Terimakasih Atas Kebersamaannya Selama Ini Gurunda, Ayahanda. Semoga Allah SWT Menerima Amal Kebaikan Beliau.

    Alhamdulillah Al-Faqir Bersama Beliau Kurang Lebih 22 Tahun (2000-2022 M)

    Saya Bersaksi Bahwa Beliau Termasuk Orang-Orang Yang Sholeh..

    Teruntuk Alm. Drs. KH. Jakfar Sohdiq, MM. Al Fatihah …

  5. Iswan Humaidi says:

    Msh teringat bagaimana sabetan surban beliau menebar berkah tatkala mengajak kami yg waktu itu kls 5 TMI untuk selalu menghidupkan mlm kami dgn aktifitas qiam lail, kami yakin pengabdian yg tulus dan ikhlas belaiu untuk almamater tercinta akan menjdi saksi beliau di hadapan sang Khaliq bahwa belaiu adlah minal muhsinin, mukhlisin dan shobirin…
    Selamat jalan guru, Tuhan amat menyayangimu sehainga Ia memanggilmu untuk memberimu maqom qurbah di sisi-Nya…

  6. Abdul Aziz Alumni tahun 2018 says:

    Barisan syuhada kini telah bertambah satu dari kiyai kita. Semoga amal ibadah beliau senantiasa menjadi penerang dan pembimbing menuju syurgaNya. Semoga wafat beliau dalam membawa Iman dan Islamnya. Aamiin

  7. Abdul Aziz Alumni tahun 2018 says:

    Innalillahi… Kini beliau telah benar-benar meninggalkan kami. Barisan syuhada kini telah bertambah satu dari kiyai kita. Semoga amal ibadah beliau senantiasa menjadi penerang dan pembimbing menuju syurgaNya. Semoga wafat beliau dalam membawa Iman dan Islamnya. Aamiin

  8. Nabila Rd says:

    Teringat waktu masa kuliah di Madura, siang itu penat rasanya seluruh badan, capek juga tidak dipungkiri lagi habis begadang semalaman karena hafalan pelajaran lalu harus bangun pagi-pagi untuk tahajud dan kegiatan menghafal mufradat di pagi hari, dilanjutkan masuk kelas pelajaran pondok lagi dan pada siang itu dengan semua kepenatan entah kenapa selalu ada semangat baru ketika ingin memulai kuliah dengan beliau (kyai Ja’far) beberapa bulan terakhir kami disuruh belajar ke rumah beliau karena beliau sakit jadi tidak bisa untuk berjalan terlalu jauh. Seperti diberi jamu kami yang lelah terjangkit semangat beliau kemudian lupa akan kepenatan hari ini. Dengan cerita-cerita beliau kami lupa sudah terbawa kemana saking asyik nya. Terimakasih kyai.
    Hari ini kami kirimkan Yasin dan tahlilan bersama dari langit Mesir.

  9. Ahsan says:

    Kami bersaksi bahwa beliau orang baik, dan semoga selalu ditempatkan bersama sama orang sholeh amien ya roobbal alamien

  10. Firda says:

    Subhanallah, membaca artikel ini seperti merasakan semangat juang beliau. Jelas menggambarkan karakter beliau. Sedih,saat satu persatu orang baik dipanggil. Semoga Allah tempatkan di tempat terbaikNya

  11. Dzikry says:

    Tidak ada seorangpun yg saya kenal ketika pertama kali merantau ke Madura. Hanya bermodal nomor hp yg diberikan seorang alumni. Yang ternyata nomor Kyai Ja’far: sosok yang menjadi menjadi orangtua saya ketika mondok.

    Terimakasih pak Kyai, saya bersaksi engkau orang paling baik yg pernah saya temui. Semoga Allah menempatkanmu di tempat yg terbaik di dalam surga.

  12. Hamzah says:

    Adalah beliau saat mengajar materi Tarbiyah, kami kls 3 intensif, kalau mengajar bak banteng marah siap nyeruduk mangsanya, beliau menambagkan bahwa الطفل ينمو و يترقي حسب البيءة kalimat itu diulang ulang
    Dan ucapan benar benar menempel dihati setiap murudnya, dus bila pingin punya generasi sukses, kumpuljan dia bersama lingkungan dan tempat yang baik insya Allah sukses, lahul faatihah

  13. HM. Ruslani Sa'dullloh says:

    Saya bersaksi beliau adalah orang yg shalih dan Muslih…semoga Allah mengumpulkan beliau bersama Rasulullah Saw. Amin… Alfatihah

  14. Rahmad Nasrun Youneral 91 says:

    Al i’timadu a’lan nafsi asasun najah..,
    Mengimplementasikannya.,munjid yg amat tebal itu mendarat mulus diantara pipi dan alis di ruang ujian tahriri nihai oleh KH Ja’far Shodiq…
    Terima kasih Guru ku atas didikanmu saat itu…Kini kepercayaan ku pada kemampuan diri ku menjadi lebih meningkat..
    Allah menempatka guruku ini ditempat Nya yg terbaik…..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.