Sesekali, seseorang memiliki pemikiran negatif baik untuk dirinya sendiri ataupun sekelilingnya. Tak banyak pula hal yang baik bagi diri seseorang, dipikirnya adalah hal yang buruk. Sebagai salah satu tenaga pendidik di TMI Al-Amien Prenduan yang lebih banyak berinteraksi dengan santriwati baru, pertanyaan kepada mereka tentang bagaimana pondok diterima dengan jawaban “mondok itu membosankan” begitulah ringkasnya jawaban mereka.
“Pikiran manusia mempengaruhi perasaannya, dan perasaan mempengaruhi gambar dan kata-kata dikepalanya, kata-kata mempengaruhi tindakannya begitulah seterusnya”.
Jawaban semacam itu tentunya karena banyak faktor, baik dari diri santri khususnya yang memang tidak ingin memahami kehidupan pondok sehingga beranggapan negatif tentang pondok pesantren atau dari penduduk pondok pada umumnya yang kurang membawa mindset santri berkenaan dengan kehidupan di pondok pesantren. Musykilah seperti ini akan terus menghantui dan mengganggu mindset para santri dan akan terus berlanjut kepada generasi selanjutnya.
Anggapan bahwa mondok itu membosankan harus lebih kita perhatikan kembali. Setiap kita bersama kepedulian kita bersama tentang itu, perlunya memulai dari; membaca, melihat, memperhatikan, meneliti, mengamati apa yang terjadi di sekeliling santri, sehingga mempunyai peluang untuk mencoba, mengulang, belajar dari pengalaman sebelumnya maupun berguru pada masa lalu untuk memecahkan musykilah tersebut.
“Jangan berhenti berfikir untuk sebuah harapan!” karena inilah kekuatan sebuah harapan yang harus terus mengalir. Belajarlah dari seorang petani. “kalau bukan karena harapan, tak seorang petani mau menanam”. Menanam penuh kesungguhan, merawat dengan penuh kesabaran, menanti panen dengan telaten yang pada akhirnya bibit itu akan berbuah. Rasa lelah berganti segar penuh gairah. Kaki yang penat menemukan obat. Di ujung perjuangan panjang, kelelahan itu hilang, saat memetik buah dan menikmati hasil kerja kerasnya. Ketika kita mampu menyamai bahkan mengungguli dari jihad seorang petani, sehingga sebuah harapan yang menjadi tujuan akan kita dapatkan dari kita rasakan kepuasannya.
Transfer ilmu lebih mudah dilakukan jika dibandingkan dengan transfer pemikiran positif kepada para santri. Pendidikan di TMI Al-Amien Prenduan bukan hanya mengajarkan bagaimana menjadikan santri itu pintar, namun bagaimana mengubah pola pikir dan pola kehidupan menjadi lebih positif. Memberikan pemahaman kepada setiap mereka bukanlah hal yang mudah. Namun, pastinya kita akan menemukan solusi setelah beberapa percobaan. Baiknya, ketika transfer pemikiran positif berhasil dilakukan oleh seorang guru, tentu pikiran positif masing-masing mereka akan mengendalikan langkahnya, sehingga kesenangan dan kebahagiaan akan timbul dalam diri mereka karena hati dan pikiran mereka terhibur oleh kebenaran yang dijalaninya.
Sangat menarik tulisan ini, aku suka.