1985

Aku diterima di kelas I-C TMI Al-Amien Prenduan seusai Ujian Tes Masuk. Masih teringat saat bapak mengantar ku mendaftarkan aku dan sepupuku – Abu Mas’ab- yang diterima di kelas Syu’bah Tamhidiyah. Bapak ku, aku dan sepupuku naik becak bertiga. Becak yang biasa mangkal di depan pintu gerbang pondok. Semua berjalan lancar. Aku dan sepupu ku mendapat kamar No. 2 di Rayon Al-Kamil, tepat di depan Musholla dan di seberang rayon Ar-Rahman, rayon yang hanya dipergunakan untuk ruang kelas serta kantor Tata Usaha di ujung bangunannya. Saat itu ketua Rayon Al-Kamil Ust. Aminullah Tsamud konsulat Kepulauan/Masalembu. Kami diterima dan dibimbing dengan baik di Rayon tersebut. 

Hari-hari pertama mondok adalah hari-hari yang menyenangkan karena lama-kelamaan kami bertemu dengan teman-teman di TK dan SDN Pragaan Laok I. 

Tidak ada perasaan tidak kerasan waktu itu. Serasa kami masih bersekolah di SD. Justru awal-awal menjadi santri itulah aku mengenal “Kabur” dari pondok. Padahal itulah pelanggaran yang cukup berat bagi santri dan sanksi nya bisa digundul, (sanksi yang sangat ditakuti selain diusir). Aku sangat menikmati masa-masa menjadi santri baru. 

1986

Tibalah moment penerimaan raport. Kami menyebutnya dalam bahasa Arab: كشف الدرجات. Walau selembar, namun raport di TMI Al-Amien Prenduan sangatlah “keramat”. Dan aku salah satunya yang mengalami kekeramatannya. Setelah aku menerima selembar kertas itu, dengan PeDe nya aku pulang menaiki becak ke arah timur desa Prenduan menuju kampung Tapsiun rumahku. 

Bapak dan ibuku sudah menunggu di depan rumah. Setelah aku cium tangan bapak ibuku aku disuruh istirahat. Aku terlelap hingga adzan ashar membangunkan aku. 

Sore hari sambil duduk di ruang tamu, bapak ku menanyakan perihal apakah aku naik kelas atau tidak? Dengan bangganya aku bilang “Naik Kelas”. Padahal di raport tertulis: راسب (Rosib). Dengan yakinnya bapakku menerima jawabanku yang ekstra percaya diri. Maklumlah karena bapak ku tidak paham bahasa Arab sama sekali. 

Keesokan harinya pamanku Ust. Irham Mu’iedz, – Guru Bahasa Inggris di TMI Al-Amien Prenduan – memberitahu bapakku bahwa arti dari راسب itu adalah Tidak Naik Kelas. Bapak ku hanya tersenyum setelah tau bahwa aku tidak naik kelas. Ternyata setelah pamanku menanyakan ke wali kelas I-C saat itu – Alm. Ust. Hizib Maulana – sebab ketidak naikan kelasku bukan karena nilai nya yang jelek, tapi karena aku lebih tiga kali kabur dari pondok. Disinilah bahwa TMI Al-Amien Prenduan menunjukkan bahwa Adab lebih diprioritaskan diatas nilai. Ada hikmah dan pelajaran yang bisa aku petik dari “Rosib” ini. Hikmah yang menyertaiku dan aku tularkan di dalam keluarga serta lingkungan tempat bekerja ku hingga kini. Finally, si “Rosib” inilah yang mengantarkan ku bersama teman-teman yang selalu mendapat predikat “MUMTAZ” di kelas ber-gengsi -Kelas B- hingga kelas akhir di TMI Al-Amien. 

1987-1988

Di awal-awal tahun inilah bakat dan potensiku di bidang Kepramukaan mulai nampak, semua berawal ketika Ust. Uzeir Hamdan – putra pimpinan Pondok Modern Wali Songo Ngabar Ponorogo – merintis Pramuka Garuda Penggalang dan Penegak. Aku menjadi salah seorang yang terpilih dan dilantik menjadi Wakil Ketua Regu Pramuka Garuda Penggalang. Sejak dilantik menjadi Pramuka Garuda Penggalang otomatis menjadi utusan KOORD GUDEP Khusus Islam IX-09 Pondok Pesantren Al-Amien di setiap kegiatan pramuka, baik di tingkat Kwarran Pragaan, Kwarcab Sumenep, bahkan Kwartir Nasional. Tidak terhitung giat Pramuka yang telah aku ikuti sebagai utusan Pesantren. Hampir di setiap event giat Pramuka kami lah yang mendominasi dan menjuarainya. Gladian Pintu di Mojokerto, LT II di Sumenep, 8 Windu di Gontor, Jambore Daerah di Madiun bahkan Jambore Nasional di Cibubur Jakarta. Semua aku ikuti dan kami juarai. Ada momen yang sangat kami ingat hingga kini, saat pertama kali kami akan dilantik menjadi anggota Pramuka Garuda Penggalang oleh Allahu Yarhamhu Kiai Idris Djauhari, betapa tidak karena kami lah satu-satunya Pramuka Garuda Penggalang dan Penegak di Madura – mewakili Kwarcab Sumenep – bahkan kami adalah urutan ke dua setelah Surabaya. Yang sangat terkesan hingga kini yaitu Al-Irsyadat wa At-Taujihad nya Allahu Yarhamhu Kyai Idris Djauhari ketika kami Pramuka Garuda Penggalang dan Penegak akan dilantik di Kwartir Daerah Jawa Timur: 

“Anak-anakku semuanya, Kalian adalah Pioneer Pramuka Garuda dan menjadi kebanggaan Kwartir Cabang Sumenep, maka tancapkan lah tonggak Gerakan Kepramukaan ini dan gaungkan lah hingga ke level Internasional. Berpikirlah seluas samudera namun jangan lupa kalian juga adalah Mundzirul Qoum, kiprah kalian ditunggu umat. “Li ‘Izzil Islam wal Muslimin

Katakan: Saya Pramuka tapi saya Muslim.”

1989-1990

Kata-kata itulah yang menjadi tonggak awal kami mengabdi di Kepanduan. Dan di tahun 1989 kami – Pramuka Garuda Penggalang – mewakili Kwarcab Sumenep mengikuti Jambore Daerah (JAMDA) di Bumi Perkemahan Desa Kresek Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Sungguh sangat menyenangkan dan mengesankan. Di sana lah kami mengaplikasikan segenap kemampuan kepramukaan kami hingga kami benar-benar dikenal oleh beberapa Kwartir Cabang se-Jawa Timur. Di sana pulalah kami menjadi “Scout Setter” se-Jawa Timur dalam Penampilan Drama MADURA, Akulah Darahmu yang ter-inspirasi oleh Puisi karya D. Zawawi Imron. Sehabis dari JAMDA 1989 kami langsung menuju 8WINDU Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Kami membersamai Pramuka Garuda Penegak di sana menggebrak hingga kami memperoleh predikat JUARA UMUM. Kami bangga karena kami mampu menjaga kepercayaan yang diamanahkan oleh Pondok. Lelah kami terbayar dengan Prestasi. 

1991

‌Tahun demi tahun bergulir dengan serangkaian prestasi di Kepanduan. Tibalah waktunya Pondok mengadakan “Pesta Demokrasi”. Semua santri bergembira menyambut nya. Aku yang sejak kelas IV-B sudah menjadi staf pengurus ANKUTRAMP -Andalan Koordinator Urusan Ketrampilan- seketika kaget saat dini hari sekira jam 01:30 WIB ada yang membangunkan tidurku lalu menyuruh ke Midyafah – sebutan ruang tamu di kediaman Kiai Idris. Setelah bergegas ambil wudhu’ aku menuju rumah Kiai. Di sana sudah berkumpul teman-teman yang lain: Harits AlHaq (Medan), Heri Hilmansyah (Bandung), dan Zul Efendi (Riau) setelah bergabung dengan mereka, kami hanya saling tatap satu dengan yang lain, karena kami memang sama sekali tidak mengerti tujuan kami dipanggil ke Midyafah. Tidak beberapa lama Kiai Idris menemui kami berempat. Dengan rona wajah berseri beliau menjelaskan maksud dan tujuan mengumpulkan kami. Kami diplot menjadi Calon Formatur Ketua dan Wakil Ketua Koordinator Gugus Depan Khusus Islam IX-09 Pondok Pesantren TMI Al-Amien Prenduan. Antara percaya dan tidak kami harus menerima amanah itu. Sebab santri Al-Amien Prenduan “Siap Dipimpin dan Siap Memimpin”. Ditutup dengan do’a oleh Kyai Idris, pertemuan itu selesai. Disanalah aku sangat paham ” Demokrasi ala Pesantren” yang dishare oleh Kiai Idris. Ke-Bhinneka Tunggal Ika-an yang sebenarnya, tidak ada Nepotisme dan Kongkalikong. Semua based on Kompetensi dan Kemampuan. Kami hanya diberikan tenggat waktu seminggu untuk mempersiapkan Kampanye. Yang pasti saat berkampanye dan menyampaikan visi misi harus dengan bahasa Arab atau bahasa Inggris. Dan waktupun terus bergulir, tibalah momen “Hamlah Intikhabiyah” yang sangat menegangkan. Bertempat di aula pertemuan, kami berempat menyampaikan visi misi dihadapan Kiai, para Asatidz, Mudabbirin dan para Santri. Riuh rendah para hadirin menyemangati para pilihan nya masing-masing. Hari itu penuh selaksa kenangan. Dengan sistem BELADEJUR: Bebas, Langsung, Dewasa dan Jujur. Sahabat kami Heri Hilmansyah (Bandung) dan aku A.Hidayat Ms (Prenduan) terpilih menjadi Ketua dan Wakil Ketua Koordinator Gugus Depan Khusus Islam IX-09 Pondok Pesantren TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Madura Masa Bhakti 1991-1992. Rangkaian Pesta Demokrasi telah usai, semua Pengurus baru sedang menjalankan tugas nya masing-masing dengan penuh amanah. “Siap Memimpin dan Siap dipimpin”. Begitulah kata sakti yang selalu kami ingat di benak kami para Pengurus Organisasi Santri serta para santri TMI Al-Amien Prenduan. Selama menjadi Waka Koord 1992 suka duka datang silih berganti. Namun yang sangat menginspirasi aku hingga saat ini adalah PRAMUKA. Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Aku hingga saat ini aktif di bidang Kepramukaan bahkan masih menjabat sebagai Andalan Kwartir Ranting Cipayung dan Andalan Kwartir Cabang Kota Depok serta masih aktif di Kepanduan International: 

IYAP (International Youth Ambassador Programme) yang bermarkas di Maroko dan ISVG (International Scout Volunteer Group) home base nya di England. Dan yang terbaru aku dilantik menjadi Ketua Pramuka Peduli se-Kota Depok. Semua berkat Nasehat dan Do’a Para Kiai terutama Kyai Idris Jauhari. “Allahummaghfirlahu Warhamhu wa ‘Aafihi wa’fu ‘anhu.”

Semua menjadi kenangan terindah selama menjadi santri di almamater tercinta TMI Al-Amien. Mengkristal di relung hati yang paling dalam hingga saat ini teraplikasi di Andalan Kwartir Ranting Cipayung Kwarcab Depok Jawa Barat bidang Orgakum (Organisasi dan Hukum).

One thought on “TMI Al-Amien Awal Perkenalan ku Dengan Pramuka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.