Suatu waktu, ketika berkunjung ke kantor polisi untuk membuat SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian), secara tidak sengaja saya melihat jargon yang cukup menarik. Jargon yang terpampang di dinding kantor polisi itu berbunyi, “ Kerja Ikhlas, Kerja Cerdas, Kerja Keras, Kerja Tuntas.”
Kalimat tersebut mungkin terdengar biasa saja. Akan tetapi, bagi saya itu adalah kalimat yang luar biasa. Sebab, dengan 4 hal itulah pekerjaan dapat diselesaikan secara sempurna. Hal itu saya rasakan ketika saya diamanahi dengan berbagai tugas dan kewajiban. Kala itu, tugas yang menumpuk membuat saya bingung mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Pada akhirnya, banyak pekerjaan yang tidak terselesaikan atau hanya sampai setengah jalan saja.
Setelah itu, saya mulai merenung dan bertanya-tanya pada diri sendiri mengapa banyak pekerjaan yang menggantung dan tidak selesai. Jika bisa selesaipun itu membutuhkan waktu yang lama. Lantas saya menemukan bahwa dalam mengerjakan suatu tugas, saya masih suka berleha-leha dan bahkan seringkali suka menunda-nunda pekerjaan. “Ah, masih besok deadlinenya!” gumam saya di hati. Hal itu menandakan bahwa kerja saya belum keras, kerja saya tidak cerdas, kerja saya tidak dilandasi rasa ikhlas dan kerja saya tidak tuntas.
Oleh karena itu, penting kiranya bagi kita untuk memperhatikan 4 falsafah dalam bekerja. Pertama, kerja ikhlas. Ikhlas bisa artikan melakukan sesuatu tanpa pamrih. Orang yang ikhlas dalam bekerja, tentu hati dan pikirannya akan tenang. Ketenangan itu didapat lantaran dia sudah tidak memikirkan dapat apa dan berapa setelah mengerjakan ini itu. Dia legowo dalam bekerja. Tak ada rasa keluh kesah dalam dirinya saat bekerja.
Beda halnya, jika seseorang itu tidak ikhlas. Setiap kali mengerjakan sesuatu seringkali menggerutu. Tidak terima dan suka mengeluh atas apa yang dikerjakan. Bahkan, terkadang orang seperti itu suka berandai-andai tentang jumlah dan bentuk upah yang akan ia terima. Dan bagaimana seandainya itu tidak sesuai dengan ekspektasinya. Tentunya, ia akan merasa kecewa dan down. Itulah mengapa kita harus belajar kerja dengan ikhlas.
Kemudian yang kedua, kerja cerdas. Kerja cerdas yang dimaksud adalah bagaimana seseorang dapat bekerja dengan didasari ilmu dan pengetahuan. Sehingga dengan ilmu itu, seorang pekerja tidak mungkin bekerja secara sembarangan dan serampangan. Bahkan, pekerja cerdas akan selau mencari inovasi untuk menyelesaikan pekerjaannya secara efektif. Berbeda dengan orang yang bekerja tanpa ilmu. Dia hanya akan kerja asal kerja. Hasil dari pekerjaannya tak mungkin sempurna. Waktu yang ditempuh untuk menyelesaikan pekerjaannyapun juga akan lama.
Ketiga, kerja keras. Kerja keras bisa diartikan dengan kerja yang sungguh-sungguh. Sungguh-sungguh itu tidak malas dan tidak suka menunda-nunda. Karena, orang yang malas dan suka menunda-nunda pekerjaan tidak akan pernah menuntaskan pekerjaannya. Pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan hari ini, malah dia tunda ke esok hari dan begitu seterusnya. Ujung-ujungnya pekerjaan itu tidak diselesaikan. Maka benarlah sebuah mahfudzat yang berbunyi: لاتأخر عملك إلى الغد إن تقدر أن تعمله اليوم
“Janganlah kamu tunda pekerjaanmu sampai esok hari, jika bisa kamu kerjakan hari ini.”
Jika kita seorang alumni TMI atau KMI, pastinya mahfudzat ini tidak asing lagi ditelinga kita. Sebab, mahfudzat ini telah diajarkan semenjak kelas 1. Pada dasarnya, jika kita mau mengamalkan mahfudzat satu in, niscaya kita akan selalu bekerja keras dan bersegera mengerjakan pekerjaan tersebut. Hingga tak ada lagi pekerjaan yang tak tuntas.
Keempat, kerja tuntas. Tuntas artinya selesai dan tak ada yang tersisa. Jika masih ada yang tersisa, maka itu belum dapat dinamakan tuntas. Oleh karena itu, dalam bekerja kita harus benar-benar merampungkannya hingga tuntas. Kerja tuntas sendiri adalah bukti kalau seseorang itu telah bekerja dengan keras. Kalau tuntasnya lebih cepat dari waktu yang diminta, itu tanda dari kerja cerdas. Dan jika pekerjaan itu tuntas tanpa ada keluhan itulah hasil dari kerja ikhlas.
Demikianlah empat falsafah kerja yang saya pahami. Mohon maaf, kalau tulisan ini terlalu subjektif. Mungkin, jika teman-teman memiliki pemahaman lain terkait falsafah kerja, bisa disampaikan dikolom komentar.
Maa syaa allah, jazaakallahu khoir sudah sharing ilmunya Ustadz