Al-Amien Prenduan,TMI – Panitia Pelaksana Program Niha’ie (P3N) yang mengantarkan perjalanan santriwati kelas akhir menuju unit usaha milik Pondok Pesantren Al-Amien Jum’at (24/12). Satu persatu unit usaha dikunjungi sesuai shift setiap grup dan waktu yang sudah ditentukan agar bisa berjalan dengan tertib dan teratur.

Salah satu unit usaha yang dikunjungi ialah pabrik tahu dan tempe yang telah berdiri sejak tanggal 15 Januari 2015. produksi tahu dan tempe di pabrik ini hanya diprioritaskan untuk lingkup pondok, namun terkadang pemesanan diluar lingkup pondok juga bisa menambah perolehan keuntungan pabrik ini. Walaupun pemesanan di luar lingkup pondok tidak menentu jumlah pesanan disetiap harinya.

Berita Terkait: Edukasi Enterpreneur Bersama Pengusaha Alumni

“Jika pemasaran untuk produksi dari luar dan lingkup pondok menghasilkan produksi kisaran 1 kwintal setengah. Namun kondisi normal berkisar hingga 2 kwintal bahkan lebih. Jika pemesanan dari luar lingkup pondok banyak, biasanya produksi akan lebih dari 2 kwintal” tutur salah satu pekerja saat diwawancarai oleh Tim Media Center TMI.

Selain itu, para santriwati juga diperkenalkan dengan produksi Roti Bariklana. Unit usaha yang berdiri pada tanggal 28 Agustus 2018.  Dalam proses pembuatannya, Roti Bariklana akan melalui proses mixer adonan terlebih dahulu, lalu proses penimbangan, setelah adonan hasil timbangan, beralih ke proses pemotongan.

“Jika adonan sudah seperti ini (ungkap beliau sembari menunjuk kedalam adonan yang sudah terpotong), proses selanjutnya ialah pembentukan adonan sesuai kriteria bentuk yang sudah ditentukan. Jika adonan sudah terbentuk, maka adonan siap melalui proses pengembangan. Dan proses terakhir sebelum roti dioven adalah memberi toping pada roti,” jelas Mbak Faizah mengenai proses pembuatan roti.

Dalam produksi Roti Bariklana ini, terdapat kurang lebih 8 varian rasa. Dan 8 varian rasa ini adalah produksi roti yang setiap harinya dibuat. Produksi roti bariklana ini mampu menghasilkan laba bersih hingga Rp. 32.000.000-,/Bulan. Dan pemasaran roti ini pun sudah sampai ke kota Surabaya. Semakin luas jangkau pemasarannya, maka tingkat penghasilan juga akan semakin meningkat.

Berita Terkait: Ma’had TMI Berangkatkan 42 Kafilah Studi Ekonomi ke UMKM Sumenep-Pamekasan

Selain itu santriwati kelas akhir juga mengunjungi pabrik tempat produksi Mie. Kunjungan santriwati kelas akhir ini disambut dengan senang hati oleh para karyawan di pabrik pengolahan Mie tersebut. Pabrik Mie ini dalam satu kali produksi membutuhkan 50 kg atau setara dengan 2 sak tepung.

Pada dasarnya Mie ini sama saja dengan mie yang diproduksi oleh pabrik Mie diluar sana. Namun yang istimewa dari Mie Bariklana ini adalah Mie dengan berbagai varian rasa yang terbuat dari bahan pewarna alami dan Mie yang awet hingga 2 bulan bahkan lebih tanpa adanya bahan pengawet. Jadi, Mie Bariklana ini tidak perlu diragukan lagi dari segi kesehatannya. Varian rasa yang terkandung pada mie juga terbuat dari sayuran dan buah. Jika berwarna hijau, maka terbuat dari pewarna alami sayur Sawi. Jika berwarna merah keunguan, maka terbuat dari pewarna alami buah Naga. Jika berwarna Orange, maka terbuat dari bahan alami sayur Wortel dan jika berwarna kuning, maka varian rasa tersebut adalah original.

Bahan pokok dalam proses pembuatan Mie ini adalah tepung. Dan bahan penolongnya adalah telur, garam, air dan pewarna makanan alami dari sayur dan buah. Untuk menjadi mie sehat, maka adonan sebelum pemotongan menjadi Mie akan melalui proses pencampuran adonan terlebih dahulu, lalu jika adonan sudah tercampur, maka proses selanjutnya adalah penggilingan adonan.

“Lalu setelah adonan sudah tercampur dan tergiling, maka proses selanjutnya adalah pemotongan adonan menjadi mie. Jika adonan sudah terpotong, maka adonan mie siap untuk dikukus. Untuk mie kering, setelah pemotongan dan pengukusan, maka mie dicetak dan dijemur untuk menghasilkan mie kering,” jelas Mbak Rokis saat diwawancarai mengenai proses pembuatan mie bariklana.

Produksi Mie di pabrik ini, para karyawan dominan menyediakan Mie dalam keadaan kering untuk dipasarkan. Karena Mie kering bisa awet hingga 2 bulan bahkan lebih. Lain halnya dengan Mie yang diproduksi basah. Jadi, pabrik ini hanya akan membuat Mie basah jika mendapatkan pesanan dari luar. (Pi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.