Di awal bulan R.Tsani, kegiatan santri TMI adalah pelaksanaan MUSTA (Musyawarah Tahunan) yang mana pada rentetan acaranya diawali dengan pengkajian LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) dari setiap pengurus sebelum mengakhiri masa jabatannya di organisasi ISMI/ISTAMA. Kemudian dilanjutkan dengan kampanye formatur DPP (Dewan Pengurus Pusat) dan DPS (Dewan Perwakilan Santri) serta dialog interaktif  bersama para mudir dan guru-guru yang berisi penyampaian rencana dan langkah-langkah mereka dalam menjadikan disiplin para santri lebih baik. Lalu dilanjutkan dengan pemilihan ketua dan wakilnya, proses staffing formasi kepengurusan, pelantikan pengurus baru dan puncak acara diakhiri dengan serah terima jabatan dari pengurus lama (santri kelas 6) kepada pengurus baru (santri kelas 5)

Pergantian posisi jabatan bukan hanya terjadi di masa kini, namun hal ini telah terjadi sejak zaman Rasulullah SAW dan sahabat. Berikut kami ulas kisahnya, salah satu sahabat yang terkenal di medan perang ialah Khalid bin Walid bin Mughirah. Khalid adalah panglima perang yang sangat gagah, hebat, cerdas dan tangkas. Dia diangkat menjadi panglima perang sejak zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq sampai zaman Khalifah Umar bin Khattab. Kemampuannya dalam strategi serta penaklukan suatu wilayah tidak diragukan lagi. Khalid hampir tidak pernah kalah dalam peperangan sehingga ia mendapat gelar “pedang Allah” yang selalu terhunus. 

Keberhasilannya dalam perang membuat dirinnya dipuja umat Islam, namanya terkenal di mana-mana hingga rakyat mulai menyanyikan lagu pujian selain memuji Allah. Khalifah Umar sangat khawatir kejadian tersebut akan berkembang menjadi keyakinan seolah-olah hanya Khalid satu-satunya orang yang sanggup memenangkan seluruh perjuangan tanpa pertolongan Allah. Lalu Khalifah Umar mencopot jabatan Khalid dan menyerahkannya kepada Abu Ubaidah bin Al-Jarrah yang merupakan anak buah Khalid. Khalifah Umar sangat paham bahwa tauhid lebih penting dari segalanya dan Khalid menerima keputusannya dengan ikhlas dan rendah hati.

Saat menjadi bawahan Abu Ubaidah, Khalid tetap setia mendampingi Khalifah Umar hingga akhir hayatnya membela kaum muslimin dan membantu rekan-rekannya di medan perang. Dia tetap maju sebagai prajurit biasa demi kejayaan Islam, Ketika ditanyakan kepadanya mengapa dia terus berjuang meskipun dilengserkan oleh Khalifah Umar. Khalid menjawab tegas “Saya berjuang bukan karena Khalifah Umar, saya berjuang semata karena Allah”.

Saat ini, santri Nihaie memasuki tahapan baru dalam proses pendidikannya di pondok. Kini tinggal hitungan bulan status mereka sebagai santri, beberapa bulan berikutnya mereka akan menyandang status sebagai guru karena mereka calon alumni. Merujuk dari kisah Khalid bin Walid, hendaknya para santri Nihaie kembali meluruskan niat dalam mempertahankan kejayaan pondok di bidang disiplin. Hendaknya mereka memikirkan beberapa langkah bagaimana melukiskan kesan baik di benak para guru dan santri sebelum mereka menjadi alumni. Program Nihaie ke depan sangatlah padat dan akan menguras tenaga serta pikiran tentunya. Hendaknya mereka berniat dengan sungguh-sungguh karena Allah dalam menjalankan setiap tugas dan aktivitas sehari-hari agar Allah meridhoi dan memudahkan setiap urusannya. Maka tidak ada alasan untuk melanggar bahkan meremehkan aturan dan pengurus hanya karena mereka lebih tinggi ilmunya, lebih tua umurnya dan lebih banyak pengalaman dibandingkan adik-adik kelasnya. Hendaknya mereka punya rasa malu untuk menampakkan pelanggaran di hadapan semua penghuni pondok.

Hendaknya mereka istiqomah dalam kebaikan dengan tetap mengamalkan kebiasaan-kebiasaan baik yang telah mereka terapkan saat menjadi pengurus seperti shalat jama`ah menempati shof terdepan, qiyamul lail lebih awal, berbahasa resmi, berpakaian islami tarbawi dan ma`hadi, bertutur kata sopan serta bersikap baik di hadapan semua orang tanpa terkecuali. Di samping fokus menjalankan program Nihaie, hendaknya mereka juga mempertahankan citra baiknya di hadapan semua guru dan santri atau bahkan lebih semangat lagi serta tidak bosan menjadi uswah hasanah di manapun dan kapanpun meskipun hal itu sangatlah sulit untuk konsisten dalam mempertahankannya. 

Setiap gerak-gerik santri Nihaie akan menjadi sorotan karena mereka paling senior dalam tingkatan kelasnya. Harapan kami, semoga mereka sadar akan tugasnya dalam amar ma`ruf nahi mungkar yaitu mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran.  Na`udzubillah, semoga mereka dihindarkan dari sikap acuh tak acuh dengan tidak mengindahkan nasehat para Kiai, Nyai serta guru lainnya agar selalu disiplin menjalankan setiap kewajiban. Semoga mereka bisa melewati masa-masa perjuangan ini dengan ikhlas dan sabar sehingga lulus husnul khotimah.  Dan akhirnya, semoga tulisan ini menginspirasi santri Nihaie khususnya dan para pembaca sekalian agar selalu mengoreksi diri sendiri, berusaha menjalankan tugas masing-masing dengan sebaik mungkin, mempersembahkan pengabdian terbaik bagi pondok, bangsa dan umat serta tidak bosan menebarkan kebaikan di manapun dan kapanpun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.