Sekitar bulan yang lalu, Mata Najwa menghadirkan tiga bakal calon presiden dalam acara “Bacapres Bicara Gagasan | Mata Najwa” yang berlangsung di Universitas Gadjah Mada. Acara tersebut berlangsung meriah di kampus ternama itu dan disiarkan secara langsung di paltform resmi Mata Najwa serta diikuti oleh mahasiswa-mahasiswi UGM dan ditonton oleh lebih dari 7,1 juta orang dari segala penjuru Indonesia. Salah satu momen yang menjadi perhatian publik adalah ketiga salah satu bacapres Ganjar Pranowo mempertanyakan soal profesi Najwa Shihab dalam salah satu sesi acara tersebut. Ia kemudian mengklarifikasi pernyataannya bahwa hendaknya Najwa Shihab sebagai lulusan unggul kampus ternama itu kembali dan mengabdikan diri ke kampus tersebut untuk berbagi pengetahuannya kepada generasi mahasiswa-mahasiswi selanjutnya.

Banyak para netizen yang menuai protes soal pernyataan bacapres tersebut, dikutip dari laman resmi liputan6.com Ganjar Pranowo dianggap meremehkan profesi MC dan jurnalis saat diwawancara Najwa Shihab. Namun ditulisan ini saya tidak membahas isu politik yang terus  menghangat menjelang Pemilu 2024 ini, namun ada satu poin yang saya rasa cukup menarik untuk dibahas yaitu kritikan bahwa lulusan unggul hendaknya kembali ke dunia akademisi untuk membagikan wawasannya.

Tentu menjadi lulusan unggul adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi siapapun yang pernah merasakannya, title unggul yang disematkan menjadi penanda bahwa ia selama menempuh pendidikan di lembaga tersebut memiliki nilai dan potensi akademis yang lebih tinggi dibandingkan teman seperjuangan yang lainnya. Tidak hanya itu lulusan unggul ini menjadi branding bagi lembaga tersebut bahwa dengan segala standar, kurikulum dan proses pendidikan yang dijalankan sedemikian rupa dapat melahirkan alumni-alumni yang bermutu bagi bangsa dan negara kedepannya.

Jika dilihat dari sudut pandang yang lebih jernih, tidak ada salahnya untuk memberi masukan bahwa lulusan unggul kembali ke lembaga mereka masing-masing untuk kemudian kembali mengajarkan apa yang telah ia peroleh selama menjalani proses pendidikan di lembaga tersebut. Toh sekalipun begitu tidak semuanya akan kembali, akan ada beberapa yang mungkin akan melajutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi atau melanjutkan kehidupannya mencari karir dan berprofesi diberbagai bidang masing-masing.

Dalam ruang lingkup Pesantren, Setelah proses wisuda dan kelulusan dilewati, beberapa alumni diantaranya ada yang memilih untuk melanjutkan studinya ke jenjang perguruan yang lebih tinggi dan sebagian kembali ke pesantren tersebut untuk mengajar atau barangkali ada yang berhasrat mengabdi kembali selepas menyelesaikan studinya di perguruan-perguruan lain. Dalam konteks kepesantrenan, kembali untuk mengajar sederhananya identik dengan frasa ‘Khidmah’ atau pengabdian, walau dalam kenyataannya mengabdi tak hanya sekedar mengajar saja.

Khidmah atau mengabdi ini erat sekali kaitannya dengan kaderisasi yang berlangsung secara terus menerus didalam kehidupan lingkungan pondok pesantren. Di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan sendiri, para santri dan santriwati ditanamkan falsafah “Patah Tumbuh, Hilang Berganti” belum patah sudah tumbuh dahulu, belum hilang sudah ada yang menggantikan.

Al-Amien Prenduan dengan misinya yaitu mempersiapkan individu yang Khaira Ummah serta mencetak kader ulama dan pemimpin umat yang muttafaquh fi ad-dien. Tentunya tidak akan terlaksana dengan sempurna tanpa adanya proses pendidikan, kaderisasi dan khidmah yang terus berkelanjutan. Maka segenap masyayikh, asatidz dan ustadzah serta para guru-guru yang mengabdi ini memiliki peranan yang begitu penting demi tercapainya visi yang mulia ini.

Pada momen-momen tertentu mungkin beberapa lubuk hati ini sedang diuji. Ada rasa keinginan untuk melanjutkan studi ke ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti kawan kebanyakan. Dengan bangga mengenakan jas almameter ternama yang memang sudah menjadi impiannya sejak masih duduk dibangku TMI. Sementara diri ini menetap di almameter tercinta melanjutkan perjuangan khidmahnya. Maka ini sedikit catatan untuk saya pribadi dan pembaca budiman dimanapun kalian berada.

“Ayyuhal Ikhwan wal Akhwaat. Teruntuk kalian yang detik ini ditakdirkan untuk mengabdi. Teguhkan hati kalian untuk tetap memperjuangkan khidmah di almameter tercinta ini. Jangan pernah berkecil hati melihat teman-teman yang melanjutkan impian mereka tuk kuliah diberbagai penjuru dunia sana. Akan selalu ada hikmah yang begitu berharga dibalik rencana Allah.”

“Saat tiba waktunya dan kau menjadi alumni, akan ada dua jalan mulia dihadapanmu: Engkau lanjutkan belajarmu ke jenjang yang lebih tinggi dengan serius untuk kemudian kembali sebagai ulama’, ilmuwan dan tokoh besar kesini membangun negeri ini menjadi lebih baik. Atau engkau lanjutkan pengabdianmu, perjuangan khidmahmu sebagai guru yang bersahaja , kembali mengajarkan apa yang telah kau pelajari sebelumnya kepada adik-adik kelasmu ini dan mencetak calon-calon ulama dan pemimpin umat yang muttafaqih fi ad-dien kelak nanti.”

“Terimakasih sebanyak-banyaknya teruntuk Antum/Antunna yang ikhlas lillahi ta’ala mengabdikan di bumi Djauhari ini. Khidmah kalian boleh singkat tetapi semoga barokah selalu menyertai diri kalian hingga akhir hayat nanti.”

Sedikit penutup, doakan kami semoga selalu istiqomah mengabdi hingga husnul khotimah. Amien…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.