“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.

Begitulah kiranya pesan yang disampaikan oleh Ir. Soekarno. Pesan tersirat teruntuk generasi Indonesia. Ketika banyaknya akun media sosial milik warga Negara Indonesia yang mengucapkan ‘Selamat Hari Pahlawan Nasional’, lantas orang luar bertanya, apa yang spesial dari tanggal 10 November?. 10 November menjadi tanggal ditetapkannya hari pahlawan oleh presiden pertama Indonesia. Tanggal ini akan selamanya menjadi bukti dan saksi atas segala perjuangan nyata para pahlawan terdahulu dalam mempertahankan Negara Indonesia dari segala bentuk penjajahan demi tercapainya Indonesia yang merdeka dan tanah air yang berdaulat.

Hari pahlawan yang selalu kita peringati hendaknya jangan hanya menjadi sebuah peringatan belaka, tanpa menyadari nilai-nilai perjuangan yang disisipkan dan dipesankan oleh para pahlawan. Sungguh ironi bukan, sebagai seorang pemuda, generasi penerus bangsa Indonesia, hanya mengenang 10 November sebagai bentuk memperingati perjuangan para pahlawan, lalu setelah itu usai. Mengudarakan lagu mengheningkan cipta tanpa mengetahui makna di balik lagu tersebut, apakah kita masih bisa disebut menghargai perjuangan para pahlawan? Tentu saja tidak.

Memperingati 10 November sebagai hari pahlawan tanpa mengambil tauladan dari nilai-nilai perjuangan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, semua itu adalah hal yang sia-sia. Untuk itu, sebagai generasi muda, kita harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai sejarah perjuangan yang telah dihantarkan oleh para pahlawan dengan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman. Menghadapi situasi bangsa Indonesia di zaman ini, kita terus berharap, bahwa Negara Indonesia akan banyak melahirkan generasi pejuang yang paham akan semangat juang 45. Mengapa demikian?. Sebab, tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa kita membutuhkan generasi penerus sebagai pahlawan dalam segala bidang kehidupan.

Bangsa Indonesia saat ini sedang membutuhkan banyak pahlawan, yakni pahlawan yang mampu mewujudkan Indonesia yang damai, adil, sejahtera, dan demokratis, serta Indonesia yang bersih dan bebas dari maraknya kasus korupsi. Indonesia Negara berkembang saat ini sedang diwarnai kasus korupsi yang sudah di puncak akhir (stadium akhir). Itulah mengapa negara kita sangatlah membutuhkan pahlawan yang jujur dan adil dalam menindaklanjuti hal semacam ini. Tidak bisa kita pungkiri, para pejabat yang seharusnya mampu mensejahterakan rakyat justru menjadikan rakyat sebagai korban atas keserakahannya. Mengambil hak rakyat, mejadikan rakyat sebagai sasaran atas kenikmatan yang bisa menjamin kehidupannya hingga nanti. Yang paling menyedihkan dalam hal ini adalah, kasus semacam ini bahkan melibatkan para penegak hukum. Namanya saja penegak hukum, namun untuk urusan keadilan masih simpang siur. Penegak hukum adalah mereka yang seharusnya bisa memosisikan diri sebagai pemberantas korupsi, namun kini justru kebalikannya. Bukankah penegak hukum yang profesional adalah mereka yang seharusnya mampu menegakkan keadilan di atas segalanya?. Jangan sampai rakyat Indonesia mendoktrin hukum di Indonesia layaknya sebuah pensil: tajam kebawah namun tumpul ke atas. Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus menyadari bahwasanya tindak korupsi merupakan awal dari kehancuran sebuah Negara.

Kita bisa menjadi pahlawan demi kemajuan Negara Indonesia apabila kita mampu untuk selalu bersikap jujur, pemberani, dan rela melakukan apapun demi kebaikan dan kesejahteraan masyarakat. Berat bagi kita?, tapi itulah pahlawan. Tidak pernah terbersit untuk mensejahterakan dirinya sendiri, namun kesejahteraan rakyat adalah bahagianya. Setiap individu dari kita semua harus berjuang untuk menjadi pahlawan. Apabila sekarang belum bisa berjuang untuk kepentingan rakyat banyak, setidaknya berjuanglah untuk menjadi pahlawan untuk diri sendiri. Artinya, kita menjadi rakyat Indonesia yang baik dan meningkatkan prestasi diri dalam kehidupan masing-masing. Setidaknya, kita bisa menjadi bermanfaat bagi orang banyak melalui prestasi yang kita miliki.

Maka, dengan adanya peringatan hari pahlawan di tanggal 10 November, mampu memberikan kesadaran bagi seluruh rakyat Indonesia, bahwasanya kemerdekaan bangsa Indonesia bukanlah pemberian Negara lain, melainkan hasil jerih payah para pahlawan terdahulu yang rela berjuang hingga meregang nyawa melawan penjajah. Di tahun 2023 memang sudah tidak ada penjajah. Namun, mari kita sama-sama membuka mata untuk fokus dengan mirisnya kondisi Negara kita saat ini. Tidak dijajah secara fisik, namun telah banyak muncul model lain dari penjajahan dan itulah yang menjadi persoalan baru yang harus kita perhatikan betul. “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka” itulah sisipan pesan singkat yang diberikan oleh presiden pertama Indonesia yang dapat kita ingat.

Jika kita sadari, banyak sekali persoalan yang menghambat Indonesia untuk melangkah maju ke depan. Layaknya sebuah kapal yang tidak memiliki tujuan berlayar di tengah derunya badai di lautan. Lalu siapa yang bisa menjamin kapal tersebut tidak akan hancur sekalipun dihadapkan dengan karang di depannya?. Hanya nahkoda kapal yang bisa mempertahankan. Begitupun dengan Negara ini, kita akan mudah terombang-ambing apabila tidak memiliki tujuan sebagai sebuah Negara yang maju. Maka di sinilah peran generasi Indonesia sebagai pahlawan diperlukan.

Persoalan Negara ini bisa ditilik dari sosok-sosok pemimpin di seluruh negeri ini yang sepertinya tidak memiliki jiwa sebagai seorang pahlawan. Berdiri di atas podium, bukannya menyampaikan pembicaraan mengenai bagaimana Negara ini bisa berkembang lagi atau hanya sekedar mencari pembicaraan seputar rakyat, apakah sudah cukup sejahtera atau tidak, namun bukan begitu adanya. Selama ini, yang tampak hanyalah sibuk sendiri dengan usahanya memperkaya dan mempromosikan diri. Bukan ini yang dibutuhkan rakyat. Dan sebagai seorang pemimpin harusnya bisa memahami hal ini.

Dalam momentum hari pahlawan inilah para pemimpin harusnya berhenti berbicara tentang diri sendiri dan mereka saja. Sudah saatnya yang dibicarakan adalah, bagaimana menjadikan Negara ini sebagai Negara yang adil, makmur, dan sejahtera. Dan sebagai generasi penerus, sudah pasti kita harus memiliki jiwa pejuang atau semangat juang 45, dengan demikian kita akan selalu disadarkan dengan nilai-nilai perjuangan para pahlawan terdahulu. Nasib kita, nasib Negara kita, nasib bangsa kita, nasib seluruh rakyat Indonesia, ada di tangan para generasi yang memiliki jiwa pahlawan. Semangat generasi, haruslah semangat juang!.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.