يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (سُوْرَةُ الْحُجُرَاتِ: 6)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS. al-Hujurat : 6).

Ayat di atas, menjelaskan tentang pentingnya sikap cermat/teliti ketika menerima informasi. Dalam ayat ini sikap cermat/teliti terletak pada kandungan makna dari kalimat fatabayyanu. Ibnu ʻAsyûr menjelaskan bahwa tabayyun berarti mencari kejelasan atau kuatnya penjelasan, pemikiran dan perenungan. Tabayyun juga berarti pelan-pelan dan tidak tergesa-gesa menetapkan sesuatu.  Dengan kata lain tabayyun adalah sikap cermat dan tidak tergesa-gesa dalam menetapkan benar tidaknya suatu perkara, melalui proses berfikir dan perenungan yang mendalam.

Sikap cermat atau teliti pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika beliau mengutus Walid menemui Bani Mustholiq untuk mengambil zakat. Setelah ia sampai tujuan, mereka keluar untuk menyambut Walid dan hendak memberikan zakatnya. Pada saat itu mereka membawa senjata, sehingga Walid takut dan menyangka bahwa mereka ingin membunuhnya karena pada masa jahiliyah Walid dan Bani Mustholiq terlibat permusuhan. Melihat suasana seperti itu Walid kembali ke Madinah dan menyampaikan kepada Rasulullah bahwa Bani Mustholiq ingin membunuhnya dan tidak mau membayar zakat. Mendengar berita tersebut Rasulullah tidak langsung percaya dan menerima begitu saja berita tersebut, namun beliau mengutus Kholid bin Walid untuk mencari kebenaran berita dan memerintahkannya untuk tidak memerangi  Bani Mustholiq terlebih dahulu sampai benar-benar jelas permasalahannya. Setelah sampai di daerah Bani Mustholiq, Kholid mengutus mata-mata untuk melihat keberadaan mereka, dan mata-mata itu menyampaikan kepada Kholid bahwa mereka mengumandangkan adzan dan mengerjakan shalat. Akhirnya Kholid menyampaikan kepada mereka perintah Rasulullah agar mengambil zakat dari mereka, lalu mereka memberikan zakatnya kepada Kholid.

Dari kisah di atas dapat diambil pelajaran bahwa mencermati dengan seksama kebenaran berita yang dibawa oleh seseorang, terlebih dari orang fasik merupakan suatu keharusan, sehingga tidak salah dalam menyikapi dan mengambil keputusan. Karenanya, kita harus selalu berusaha cermat ketika menerima informasi dari siapapun, bahkan informasi yang disampaikan oleh kerabat terdekat.

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya setiap orang mengalami masalah dalam mengarungi kehidupannya. Baik masalah yang berkaitan dengan urusan pribadi atau masalah yang berkaitan dengan kelompok atau golongan. Pada era modern ini, dengan semakin berkembangnya kecanggihan teknologi ada beberapa oknum masyarakat yang menyalahgunakan kecanggihan teknologi tersebut, dengan menyebarkan isu-isu atau masalah pribadi/kelompok di media sosial yang belum tentu jelas kebenarannya. Tentunya isu-isu tersebut  akan mudah tersebar dan dibaca oleh masyarakat umum, dan tidak sedikit dari masyarakat yang terpengaruh dengan isu-isu tersebut.

Sebagai masyarakat yang berpendidikan, tentunya harus bisa berfikir positif, berhati-hati dan tidak mudah terpengaruh dengan kabar-kabar burung yang menyebar di masyarakat serta tidak terburu-buru dalam menyikapi kabar tersebut. Namun hendaknya memperjelas kebenaran berita yang didengar (tabayyun) dengan mengkonsultasikannya kapada pihak-pihak terkait. Sehingga tidak salah dalam mengambil keputusan yang berakibat pada timbulnya penyesalan di hari kemudian. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan : fi al-ta’anni al-salamah wa fi al-ajalati al-nadamah artinya di dalam kehati-hatian terdapat keselamatan dan terburu-buru berakibat pada penyesalan.

Al-Razi dan Ibnu Asyur mengatakan bahwa untuk menumbuhkan nilai cermat/teliti dalam diri ketika mendengar berita dari orang fasik dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya yaitu tidak langsung percaya dengan berita yang disampaikan dan tidak menanggapinya dengan amarah. Namun, hendaknya melakukan tabayyun (mencari kejelasan berita yang disampaikan) dan tidak hanya menduga-duga. Melakukan tabayyun terhadap berita yang didengar merupakan perintah Allah. Seorang pemimpin/hakim hendaknya selalu melakukan tabayyun dan tidak menerima mentah-mentah berita yang disampaikan oleh orang fasik, sehingga ia tidak salah menetapkan hukum suatu perkara yang dapat merugikan orang lain kerena ketidaktahuannya, yang menyebabkan penyesalan di kemudian hari atas keputusannya.

 Rasulullah SAW bersabda:

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمُهَيْمِنِ بْنُ الْعَبَّاسِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : أَلاَ إِنَّ اَلتَّبَيُّنَ مِنَ اللهِ وَالْعَجَلَةَ مِنَ الشَّيْطَانِ

Artinya: Bercerita kepada kami Abdul Muhaimin bin Abbas, bahwasanya Rasulullah saw., bersabda: sesungguhnya mencari kejelasan suatu berita merupakan perintah Allah dan tergesa-gesa dalam bertindak merupakan perbuatan setan.

Hal serupa juga dijelaskan oleh al-Thabari, menurutnya ketika mendengar kabar dari orang-orang fasik hendaknya tidak tergesa-gesa menerima begitu saja kabar yang disampaikan, namun harus cermat, dan memeriksa terlebih dahulu kebenaran kabar tersebut, sehingga tidak salah mengambil langkah dalam menyikapinya.  Selain itu, ketika menghadapi suatu persoalan termasuk dalam hal ini menyikapi informasi, hendaknya tidak mudah marah, namun harus menjaga diri dan perasaan agar tidak terbawa emosi.

Dari penjelasan al-Qur’an, hadis dan pendapat ulama di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menumbuhkan nilai cermat/teliti dalam diri ketika mendengar informasi atau berita dari seseorang terlebih dari orang fasik, dapat dilakukan dengan tiga langkah: Pertama, berhati-hati dalam menentukan sikap artinya tidak menyimpulkan informasi dan memutuskan suatu tindakan sebelum jelas duduk permasalahannya. Kedua,  tidak gegabah/tergesa-gesa menerima informasi yang ada dan mencari kejelasan terlebih dahulu sebelum menerima informasi yang disampaikan. Ketiga, menahan diri dengan tidak marah ketika menerima informasi dan menyelesaikan permasalahannya dengan lapang dada dan hati yang sabar, sehingga tidak salah dalam menentukan keputusan dan kebijakan.

Semoga kita bisa menjadi orang yang bijak dalam menyikapi informasi, cermat ketika menerima berita yang belum jelas kebenarannya, tidak tergesa-gesa dan marah dalam memutuskan kebijakan yang berakibat penyesalan di hari kemudian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.