Dalam lingkungan kehidupan pondok, rayon (di Al-Amien, begitulah kami menyebutnya) memegang peran yang sangat vital untuk keberlangsungan hidup berorganisasi. Rayon, seperti rumah bagi santri. Di pondok lain ada yang menyebutnya mabna, mantiqoh, wihdah, zona dan sebagainya. Dari sanalah awal dan akhir kegiatan mereka, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Layaknya rumah, tidak hanya sebagai tempat istirahat setelah mengikuti padatnya kegiatan pondok, seharusnya rayon juga bisa menjadi tempat belajar dan berkembang, bagaimana para santri berinteraksi satu sama lain, dari sanalah kebiasaan mereka terbentuk.

Namun, terkadang peran rayon sering diremehkan, sebab jabatan di rayon boleh dikatakan tidak terlalu populer di kalangan santri. Muallim (pengurus/instruktur) rayon tidak sedikit yang hanya dikenal oleh anggota rayonnya saja (setidaknya pada zaman saya). Tidak seperti jabatan lain yang terlihat “keren, beken dan prestisius” semisal Ketua ISMI, Bagian Keamanan, Bagian Mahkamah, Bagian Bahasa dan bagian inti lainnya. Pengurus rayon dianggap hanya sekedar pelengkap yang berada di backstage, bukan pemeran utama.

Walaupun bukan pemeran utama, tapi alur jalannya organisasi ada di tangan mereka. Layaknya tim yang berada di backstage, merekalah yang menyiapkan segalanya untuk sang pemeran utama agar tampil sempurna. Begitu pula pengurus rayon. Kerja mereka mungkin tidak Nampak, tapi tidak bisa dipandang sebelah mata. Peran mereka tak kalah penting dari pengurus inti, bahkan bisa jadi lebih penting. Jika mereka gagal menjalankan tugas dengan baik, bisa dipastikan kegiatan organisasi pun akan berjalan tidak baik. Disiplin bahasa, disiplin lingkungan, cara berpakaian, dan peraturan lainnya akan ditaati jika di rayon para santri sudah dibiasakan dengan hal tersebut.  Dulu ketika saya masih nyantri, pengurus rayon sangat aktif membimbing anggotanya. Memberikan kosa kata setiap hari, menegur jika ada yang menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dan tidak taat aturan, juga menjadi contoh yang baik bagi anggotanya sehingga kami terbiasa dengan peraturan yang pondok terapkan.

Saya ingat almarhum Kiai Idris pernah berkata kepada saya ketika saya kelas 5 dan akan menjadi pengurus; “Organisasi ISMI akan berjalan baik, jika di rayon pengurusnya betul-betul melaksanakan tugas dengan baik.” lalu saya berfikir, betul juga apa yang dikatakan oleh Bapak Kiai. Selama ini, pengurus rayon hanya dipandang sebelah mata, ah… cuma jadi musahhil, ah… cuma jabat di rayon. Padahal, jika pengurus rayon aktif, maka tidak akan ada santri yang telat datang ke masjid, sekolah, dan kegiatan lainnya. Jika pengurus rayon membiasakan anggotanya menggunakan bahasa resmi pondok (Arab & Inggris), tidak akan ada kita mendengar santri berbahasa daerah di jalan, kelas, dapur, bahkan bahasa Indonesia pun akan jarang kita dengar keluar dari mulut santri. Jika pengurus rayon aktif dalam membimbing anggotanya mentaati peraturan, maka pelanggaran yang santri lakukan juga akan berkurang. Sebaliknya, apabila pengurus rayon enggan, malas, ogah-ogahan dalam menjalankan tugasnya, tidak menjadi contoh baik, sudah bisa dipastikan akan kacau. Jika pengurusnya saja tidak memberikan contoh yang baik, bagaimana anggotanya?

Okelah pengurus rayon bukan pengurus inti, bukan pemain inti, dan tidak penting. Dalam sepak bola, saat sebuah tim menemukan kendala dan jalan buntu untuk mencetak gol, atau bahkan kesulitan untuk bertahan mengunci kemenangan, pemain yang datang dari bangku cadangan bisa menjadi kartu As bagi tim, bukan pemain inti. Begitu pula jalannya organisasi. Jika pengurus inti sudah kewalahan, barangkali mereka harus mencoba menggerakkan dan mengaktifkan kembali “pengurus tidak inti” agar lebih giat lagi membantu mereka menjalankan organisasi.

Teruntuk pengurus rayon, jangan kalian berkecil hati merasa diri kalian hanya sekedar pengurus kelas bawah, ecek-ecek, tidak prestise, hanya buangan sebab tidak mendapatkan jabatan inti atau sebagainya. Menjabat di rayon memang tidak akan terlalu dikenal oleh banyak santri, akan tetapi percayalah bahwa kalian adalah mesin utama kegiatan santri di pondok. Dan … Jika kalian baik (dalam segala hal baik) maka kalian akan dikenal oleh keluarga anggota kalian. Yaaa setidaknya jika ada anggota yang disambangi atau dikirim oleh sanak saudaranya, boleh jadi kalianlah yang bakal dapat oleh-oleh dari mereka, bukan Ketua ISMI, keamanan, mahkamah, dll.

One thought on “Rayon; Peran dan Urgensinya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.