Pesantren dan Peran Alumni.

Pondok Pesantren menjadi satu pembahasan yang selalu menarik untuk diperbincangkan, selalu ada sisi-sudut pandang yang bisa dijadikan sebagai kajian baik di kalangan lokal, nasional bahkan tak jarang dibicarakan pada pertemuan/forum-forum Internasional. Pondok pesantren menjadi tempat menempa generasi-generasi penerus untuk disiapkan di tengah-tengah masyarakat, menjadi “kawah candradimuka” bagi para santri sebagai pribadi yang belajar dan berproses secara totalitas di dalamnya.

Pondok Pesantren di Indonesia menjadi bukti lahirnya generasi-generasi yang mampu merawat, menjaga dan membawa perubahan yang baik di berbagai lini. Santri adalah sebutan bagi pelajar yang sedang mengenyam pembelajaran ilmu dan pendidikan di Pondok Pesantren. KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) memberikan defini tersendiri tentang makna seorang santri, salah satunya adalah:

Santri adalah murid kiai yang dididik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat (yang tidak goyah imannya oleh pergaulan, kepentingan, dan adanya perbedaan).”

Alumni-alumni Pondok pesantren dengan didikan kasih sayang sebagai mukmin yang kuat  sudah terbukti mampu terjun di berbagai kalangan, menjadi ulama- perekat umat, berperan sebagai ustaz dan kiai-kiai muda sebagai ulama yang kini terjun di masyarakat, selain itu sudah bukan hal yang langka lagi jika kita mendengar alumni Pondok Pesantren menjadi umara/pemimpin di berbagai sektor, menjadi akademisi, praktisi, eksekutif, yudikatif dan legislatif. Bahkan sejarah mencatat Indonesia memiliki mantan Presiden dan Wakil Presiden yang berasal dari kalangan santri dari salah satu Pondok Pesantren di Indonesia. Berbagai peran alumni di masyarakat tentu menjadi tolak ukur yang sangat penting tentang peran pendidikan pesantren bagi santri dan alumni.

Pendidikan dan Pembelajaran.

Ada hal menarik yang bisa diperbincangkan terkait peran pendidikan dan pembelajaran di pesantren bagi santri, khususnya sejauh mana para santri tetap bisa menjaga tradisi-tradisi yang diberikan saat mereka menjalani proses pendidikan dan pembelajaran di pondok pesantren serta menjadikan tradisi/kebiasaan tersebut “mendarah daging” dalam fase-fase proses pembelajaran selanjutnya.

Salah satu kelebihan atau nilai jual Pondok Pesantren adalah memberikan pendidikan agama sebagai porsi utama baik dalam pendidikan maupun pembelajaran, namun bukan berarti pesantren meninggalkan dan mengesampingkan materi-materi pelajaran umum yang menjadi prioritas di sekolah-sekolah umum. Pesantren memberikan sentuhan lebih terhadap para anak didiknya/santri untuk mendapatkan proses pembelajaran dan pendidikan yang tentu (harapannya) mendapatkan hasil yang lebih baik.

Tradisi-tradisi pembelajaran di pesantren selain juga belajar ilmu-ilmu umum yang diajarkan di sekolah-sekolah, belajar membaca dan mengkaji kitab-kitab turots tentu menjadi nilai tambah sebagai bekal para santri untuk terjun di masyarakat nanti. Pembelajaran materi-materi ini tentu menjadi hal penting dan krusial bagi para santri untuk kemudian bisa menentukan langkah atau peran yang akan dilanjutkan. Selain itu latihan-latihan kebugaran seperti olahraga, minat dan bakat seperti latihan silat, Pramuka, dll, tentu memiliki peran yang juga penting sebagai pelengkap keterampilan skill yang dimiliki.

Satu hal yang tentu tidak kalah penting adalah tentang proses pendidikan, setiap santri diwajibkan memiliki semangat yang tinggi untuk bisa bersama-sama mengkuti semua disiplin yang diterapkan di pondok pesantren, mulai dari disiplin waktu, disiplin berpakaian, bahasa, dan disiplin yang lainnya. Kadang hal ini dianggap remeh dan bukan menjadi tujuan utama, padahal setiap kita yang bisa menjalankan dan menjaga disiplin dengan baik, ia akan mendapatkan pola hidup yang tertata dengan baik.

Pembelajaran dan Pendidikan adalah 2 (dua) sisi berbeda yang tidak bisa terpisahkan, karena proses pembelajaran tujuannya adalah mengasah (kecerdasan) otak, dan pendidikan adalah membentuk watak.

Menjaga Tradisi Santri.

Mendengar kata santri tentu mendatangkan satu gambaran tentang karakter/pribadi yang unik dan menarik. Santri dikenal sebagai pelajar yang menjalani proses berbeda dengan siswa di sekolah-sekolah umum. Dengan program pembelajaran dan pendidikan yang diterimanya, sosok santri menjadi satu prototype dengan kesan yang sudah memiliki tempat di kalangan masyarakat. Disiplin, keterampilan dan kemampuan khususnya dalam soft skill seorang santri menjadi “bagian yang paling ditunggu dan dinanti masyarakat. Hal ini tentu menjadi bonus yang seharusnya secara otomatis dimiliki seorang santri setelah menjalani proses pembelajaran dan pendidikan di Pesantren. Namun juga menjadi tanggung jawab untuk bisa dijalankan – dipraktekkan.

Pembelajaran dan pendidikan selama di pesantren ibarat pijakan sebagai dasar untuk berdiri, ibarat kunci untuk membuka pintu-pintu. Sudah selayaknya bagi setiap alumni pesantren untuk tetap bisa menjaga kebiasan-kebiasan yang ditanamkan, memulai-melanjutkan kebiasaan kecil yang baik, bangun tidur tepat waktu, membuang sampah pada tempatnya, menjaga kerapian berbusana/berpakaian, disiplin hidup yang baik, pola belajar yang baik, pola olahraga yang baik sehingga bisa melanjutkan proses hidup yang lebih baik.

Karena tentu, orang-orang besar selalu melalui proses yang tidak mudah, mereka belajar terus menerus, meniti karir/pencapaian hidup dengan tahap-tahap proses yang mereka jalani.  Menjaga disiplin, baik dalam belajar dan pola kehidupan sehari-hari tentu akan membantu mencapai tujuan. Menjaga tradisi santri, adalah merawat-menjaga kebiasaan-kebiasaan baik yang diajarkan di Pondok Pesantren untuk kemudian dilanjutkan dan dikembangkan di level/tempat belajar selanjutnya maupun – dipraktikkan di tengah-tengah masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.