Tujuan utama penciptaan manusia ialah untuk beribadah. Tak terbatas pada hubungan dengan Allah SWT. semata (mahdhoh), tetapi juga mencakup segala aspek, baik hubungan dengan sesama manusia, maupun dengan makhluk lainnya (ghoir mahdhoh).
Menebar kebaikan, yakni melakukan perbuatan baik menjadi salah satu dari ibadah. Nyatanya untuk melakukan kebaikan tidak butuh alasan, juga penilaian supaya kita terlihat baik, melainkan itu semua atas dasar pengetahuan dan kesadaran diri. Pengetahuan akan kewajiban berbuat baik dan kesadaran akan pengetahuan yang kita miliki.
Apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai….
Begitulah yang kita tau. Perbuatan yang kita lakukan hakikatnya tanaman yang sedang kita siapkan untuk kelak. Kebaikan apapun yang kita lakukan, sejatinya kita sedang menyiapkan tanaman yang kelak akan berbuah manis, begitu pula sebaliknya. Berbuat baik terhadap sesama menjadi salah satu akhlak terpuji yang dapat dilakukan oleh siapapun, kepada siapapun, kapan pun dan dimana pun, sekecil apa pun yang kita berikan akan kembali lagi dalam bentuk yang tidak terduga. Berbuat baik akan berdampak pada terwujudnya lingkungan yang baik, yang tentunya dilakukan dengan berbagai macam cara.
وَاصْبِرْ فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ.
“Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan.”
Maknanya, tidak ada kebaikan yang terlewatkan dari pandangan Allah SWT. bahkan kepada hal yang tidak kita sadari sekalipun. Berbuat baik tidak selalu dilakukan kepada sesama manusia, namun juga sekitar (hewan, tumbuhan dan lingkungan). Sejatinya, berbuat baik akan menularkan kebaikan pula. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari berbuat baik, salah satunya mampu memberi inspirasi bagi orang lain. Ketika kita berbuat baik kepada seseorang, maka orang tersebut akan terdorong berbuat baik kembali terhadap sesama.
Menjadi salah satu hikmah dari membaca adalah ilmu pengetahuan. Namun tidak dapat disingkirkan bahwa hikmah membaca lebih dari itu, terlebih lagi jika kita memunculkan pengetahuan itu menjadi sebuah aksi.
Sebagai salah satu penduduk PP. TMI Al-Amien Prenduan, tentunya menjadi kewajiban setiap kita untuk menjadikannya sebagai aksi, menebar kebaikan terhadap apapun, siapapun, dan dimanapun. Misalnya saja, dari hal yang paling sederhana dengan memberi senyum, sapa dan salam kepada orang lain. Tanpa sadar, hal itu mendorong orang lain untuk melakukan hubungan timbal balik. Sama halnya ketika kita melakukan kepada lingkungan. Memulainya dari hal terkecil, membuang sampah misalnya. Mungkin, bisa dibilang sepele, namun ketika hal itu kita lestarikan sebagai kebiasaan tentunya akan memberi timbal balik yang baik pula kepada kita semua umumnya, kepada diri pribadi khususnya. Kebersihan lingkungan terjaga, kesehatan terjaga, begitu pula terciptanya kenyamanan hidup di pondok. Memberikan informasi dan motivasi untuk rajin beribadah, siapa sangka informasi dan motivasi yang ditebar selanjutnya akan menyebar dan menyebar, yang kemudian menjadi amal jariyah.
Jangan pernah berhenti menebar kebaikan sekecil apapun, kita tidak tau amalan apa yang diterima oleh Allah SWT. Amalan apa yang memudahkan kita untuk masuk surga-Nya. Bisa kita ambil dari salah satu cerita seorang wanita pelacur.
Dikisahkan, zaman dahulu ada seorang perempuan bekerja sebagai pelacur berjalan di tengah hari yang terik. Dia kemudian melihat seekor anjing yang menjulurkan lidahnya karena kehausan. Anjing itu terus mengelilingi sumur berharap bisa mendapat air untuk minum. Usahanya tak membuahkan hasil, sampai-sampi anjing tersebut hampir mati. Wanita yang melihat anjing itu kemudian menghampiri dan menolongnya. Dia melepas sepatunya, turun ke dalam sumur, lalu mengambilkan air dengan sepatu itu. Air itu kemudian diberikan kepada seekor anjing yang kehausan. Anjing itu kemudian kembali bugar, bertenaga, dan sehat. Ia rela menolong walaupun hanya untuk seekor anjing dan membiarkan dirinya kehausan. Bisa dilihat ketulusan dan keikhlasannya yang luar biasa.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “telah diampuni seorang wanita pezina yang lewat depan anjing yang menjulurkan lidahnya pada sebuah sumur. Dia berkata ‘anjing ini hampir mati kehausan.’ Lalu dilepaslah sepatunya kemudian diikatnya dengan kerudungnya lalu diberinya minum. Maka diampuni wanita itu karena memberi minum.”(HR Bukhari)
dari kejadian tersebut bisa diambil pelajaran, yaitu sesungguhnya rahmat Allah sangat luas. Dia akan menurunkan bagi siapa pun yang dikehendaki-Nya. Tidak menentu siapapun yang mengerjakan kebaikan dan sebesar apapun kebaikannnya.
Ibaratkan ujian, seseorang yang optimis mendapatkan nilai yang tinggi, usaha yang dianggapnya maksimal. Namun ketika sudah keluar nilai ujian, tak seperti apa yang ia harapkan. Hal ini bukan berarti pada apa yang ia harapkan namun seperti apa yang ia usahakan. Bisa jadi dari apa yang ia usahakan dan apa yang ia lakukan ada yang salah. Begitu pula dalam hal menebar kebaikan. Seseorang yang melakukan kebaikan dengan optimis masuk surga. Namun bisa saja yang ia dapati bukan apa yang ia harapkan. Bisa jadi karena yang ia usahakan dan yang ia lakukan salah.