“Gak ada ceritanya orang tumbuh hebat dengan cacian”.
Tulisan kecil ini berangkat dari kalimat tersebut. Saya mendapatkan jawaban itu setelah saya iseng-iseng mengetik short quote di Instagram beberapa bulan yang lalu “Teruslah anda menjatuhkan saya. Anda lupa bahwa cacian anda justru membakar semangat saya”. Alih-alih saya ingin memotivasi diri saya sendiri, saya justru mendapatkan jawaban yang tidak terduga. Saya rasa itu poin yang menarik untuk dibahas sejenak.
Short quote itu sebenarnya menjadi salah satu prinsip saya sejak beberapa tahun lalu. Prinsip itu berangkat dari renungan kisah petualangan raib dan kawan-kawannya yang sudah saya baca dalam novel serial karya Tere Liye berjudul ‘Matahari’ dimana dalam satu scene petualangannya salah satu tokoh bernama Seli justru sembuh dan bangkit lebih kuat setelah hampir mati diracuni cacing raksasa hijau. Pada akhir kisah novel tersebut diselipkan kata-kata “Apa yang tak membunuhmu, menjadikanmu lebih kuat”.
Tentu manusia punya ambisi dan cita-cita dalam hidupnya, tidak sedikit diantaranya yang bahkan memiliki ambisi cita-cita begitu tinggi. Namun dalam prosesnya tidak jarang kita temukan berbagai macam hambatan baik dari faktor internal maupun faktor eksternal, seperti contoh cacian orang lain. Saya begitu yakin siapapun orangnya pasti pernah menerima cacian itu yang seringkali membuat kita down dan gagal move on.
Cacian orang sejatinya berada diluar dari kuasa kita, namun kita tetap punya kuasa untuk menanggapinya. Setiap orang punya cara masing-masing dalam menanggapi hal tersebut, ada yang seketika putus asa lantas mengubur dalam-dalam impiannya, ada yang bersikap acuh tak acuh dan menganggap angin lalu, ada juga yang justru mengelola cacian tersebut menjadikannya sebagai pemicu semangat. Semua itu tergantung bagaimana cara mindset dan sikap kita menanggapinya.
Cobalah sekali-kali kita ubah mindset kita terhadap cacian orang lain sebagai sebuah tantangan bagi kita. Mungkin terasa berat untuk memulainya, tetapi saya yakin jika seseorang mau menerapkannya, cacian tersebut bisa menjadi bahan bakar semangat baginya. Dengan perspektif cacian sebagai tantangan, kondisi tersebut memaksa dan memacu usaha seseorang untuk menggunakan kemampuan seratus persen miliknya sehingga output yang didapatkan semakin maksimal.
Tidak hanya itu, cacian seringkali memberikan efek yang begitu mendalam bila dibandingkan dengan motivasi. Berbagai motivasi yang sering saya dengar atau saya dapatkan terkadang hanya bertahan sementata bahkan seringkali hanya lalu lintas saja. Berbeda halnya dengan cacian yang seringkali membekas dilubuk hati seseorang. Dengan perspektif cacian sebagai tantangan, seseorang akan selalu merasa tergugah untuk membuktikan kepada orang lain bahwa ia sejatinya mampu menggapai ambisi dan cita-citanya. Tentu ini menjadi keuntungan selama ia menjalani prosesnya.
Saya sendiri masih belum menemukan figur seseorang yang tumbuh hebat karena cacian, mungkin saja ada figur-figur diluar sana yang belum saya ketahui atau mungkin juga jawaban yang saya dapatkan ternyata memang benar, namun bukan berarti cacian yang kita terima harus membunuh ambisi dan cita-cita kita. Sepanjang kita yakin dan mau mengubah mindset maka tiada hal yang mustahil yang dicapai.
“Teruslah anda menjatuhkan saya. Anda lupa bahwa cacian anda justru membakar semangat saya”. Ini hanya sebatas refleksi pemikiran yang ada dibenak saya dan tentunya setiap orang punya interpretasi masing-masing. Saya berharap semoga tulisan ini bisa menambah wawasan kita. Barakallahu fiikum