Secara umum wali kelas adalah guru yang diberikan kepercayaan oleh kepala sekolah untuk mengelola kelas serta mengontrol siswa dalam proses belajar mengajar, yang memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan siswa serta membantu siswa untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Melihat dari pengertian wali kelas secara umum, saya kira jika di pondok pesantren wali kelas memiliki pengertian yang kurang lebih sama dengan pengertiannya secara umum, hanya mungkin berbeda dari segi tugas-tugas pokok maupun hariannya. Wali kelas merupakan pengganti posisi ibu bagi para santri, ibu yang terikat secara ideologis, tempat santri biasanya menumpahkan keluh kesah yang mereka rasakan selama di pondok. Peranan wali kelas menjadi sangat besar dan tentunya sangat penting yang mana hal tersebut tidak terlepas dari intensitas kedekatannya dengan para santri lebih besar jika dibandingkan dengan para musyrifah. Pendeknya wali kelas adalah mata tombak, kunci seorang santri dapat bertahan di pondok.
Menurut pengalaman saya selama menjadi wali kelas, kebanyakan santri cenderung lebih terbuka pada wali kelas, semua hal yang mereka alami pasti mereka bagi dengan wali kelas mereka. Hal-hal sekecil apapun terutama saat mereka mendapatkan masalah entah bermasalah dengan teman, bermasalah dengan pengurus atau bahkan masalah-masalah sepele seperti sabun yang jatuh di selokan pun mereka bagi dengan wali kelas, dan permasalahan-permasalahan kecil lainnya yang terkadang pada kenyataannya bukanlah hal besar yang masuk dalam kategori masalah, hanya saja setiap kali mereka bercerita kepada wali kelas solah-olah permasalahan yang mereka alami begitu berat seperti memikul gunung dengan gaya bercerita yang penuh hiperbola, saking terbukanya mereka pada wali kelas. tentunya sikap mereka akan berbeda jika mereka berhadapan dengan guru-guru lain. jika mendengar mereka mengeluh terkadang saya hanya tersenyum bahkan tak jarang saya juga tertawa, sebab setiap kali mereka bercerita saya selalu mengingat-ingat apakah dulu ketika saya menjadi santri juga begitu?
Menjadi wali kelas bagi saya merupakan tantangan tersendiri, sebab di dalamnya ada tuntutan, tentang bagaimana cara mengurus dan mengatur anak-anak, bagaimana memanagemen waktu, diri bahkan emosi, dan tuntutan-tuntutan lain yang tentunya harus dikuasai oleh wali kelas. Menjadi wali kelas di pondok artinya harus selalu siap mendengarkan dengan sabar keluhan santri tentang problematika kehidupan mereka selama menjalani hari di pondok terutama bagi santri baru yang masih dalam masa-masa penyesuaian diri dengan dinamika kehidupan pondok mencakup aturan dan kegiatan-kegiatan serta kebijakan yang berlaku. Sedikit menguras emosi dan tenaga memang, terutama jika sedang stress karna tugas kuliah yang menumpuk ditambah dengan keluhan mereka yang tidak ada habisnya, rasanya ingin menghilang saja, tapi saat melihat mereka tertawa, melihat mereka dengan tenang mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik menjadi ketenangan dan kebahagiaan tersendiri bagi saya, ah setidaknya hari ini tidak banyak keluhan yang saya dengarkan, tapi jika ada hari saya tidak bertemu mereka dan tidak mendengar keluhan mereka seperti ada yang mengganjal sebab itu merupakan hal yang tidak biasa terjadi. Keluhan mereka seperti sudah menjadi bumbu dalam kehidupan saya.
Menjadi wali kelas berarti sedang menjalani kursus, kursus tentang bagaimana mendidik anak-anak dengan baik, kursus tentang bagaimana menjadi wanita yang memiliki sifat keibuan, kelembutan dan kesabaran paket lengkap sifat wanita yang disukai Rasulullah. Apakah berat menjadi wali kelas? Tentu untuk menjawab pertanyaan ini akan berbeda tiap orangnya, namun bagi saya pribadi menjadi wali kelas selain menjadi tantangan juga menjadi sebuah kesenangan tersendiri, meskipun ada fase di mana saya merasa berat, merasa lemah dan lelah, namun jika sudah masuk dalam fase itu selalu ada hal yang membuat saya kembali bersemangat menjalankan tugas sebagai wali kelas, terutama nasehat-nasehat dari para Kiai yang sering saya dapatkan, semua hal itu menjadi mood booster bagi saya. “Amanah tidak pernah salah memilih pundak”, salah satu kalimat yang juga banyak memotivasi saya untuk tetap bersemangat, berusaha semaksimal mungkin menjalankan tugas saya sebagai seorang wali kelas. Ah rasanya saya sudah terlalu panjang lebar bercerita saya kira cukup sampai di sini dulu, untuk membahas soal ini rasanya mungkin tidak akan ada habisnya, apa yang saya tulis hanya sebagian kecil dari hal-hal yang mungkin teman-teman lain rasakan dan alami selama menjadi wali kelas atau mungkin juga berbeda, apapun itu dari saya untuk seluruh wali kelas, kalian hebat, semangat menjalankan tugas.