Sekilas muncul pertanyaan dalam pikiran: apa yang telah saya berikan untuk para guru? Pertanyaan receh dan remeh memang. Namun sampai saat ini, saya belum mampu menjawab pertanyaan itu dengan sempurna.

Sengaja saya persembahkan tulisan ini, yang merupakan rangkuman dari pertanyaan yang sudah lama bersarang dalam otak saya. Tujuannya, tiada lain hanya karena saya ingin mengungkapkan, bahwa  saya bukanlah apa-apa dan bukan siapa-siapa tanpa mereka yang saya sebut “guru” itu.

Hampir delapan tahun, saya mengenyam pendidikan di TMI Putri Al-Amien Prenduan. Namun sampai detik ini, saya merasa belum satupun balasan yang bisa saya persembahkan untuk para guru tercinta. Sebagian besar orang mengatakan, bahwa prestasi dalam berbagai macam ajang perlombaan merupakan persembahan terbaik untuk pondok dan bukti bahwa para guru telah berhasil mendidik anak didiknya. Sebagian lainnya mengatakan, bahwa prestasi rangking kelas, adalah persembahan yang tidak kalah baiknya. Namun semua itu, saya kira belum cukup. Sekian banyak anak didik yang berhasil dan sukses setelah lulus, namun mereka lupa akan jasa pendidik atau gurunya. Tidak sedikit pula, alumni pesantren memiliki jabatan di instansi tertentu, yang lupa diri bahwa ia pernah menjadi santri.

Pada hakikatnya, prestasi anak didik bukanlah tujuan utama bagi seorang guru. Kalaupun ada, itu hanya bonus, bukan tujuan. Bukan karena anak didiknya jadi juara kelas, lantas guru dianggap berhasil. Kalaupun tercapai, itu merupakan cobaan bagi anak didik: mampukah ia mengemban amanah berat itu. Prestasi, boleh jadi beban bagi “sang juara kelas”, setelah lulus dan terjun di tengah masyarakat. Ia akan terus dihujani dengan berbagai macam pertanyaan dari teman-temannya, akan prestasinya.

Sementara bagi seorang guru, yang ia butuhkan adalah agar anak didiknya selalu sadar dan ingat bahwa dia adalah murid. Selamanya anak didik tersebut akan menjadi murid bagi sang guru. Seperti halnya santri, maka selamanya dia akan menjadi santri. Tidak ada kata: saya sudah bukan santri karena sudah menjadi alumni.

Banyak sekali kisah teladan yang mencerminkan sifat mulia seorang guru yang sekaligus menjadi murid bagi gurunya. Mulai dari imam tersohor di dunia yaitu Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal, Imam Abu Hanifah dan masih banyak lagi. Kisah mereka menjadi catatan dunia, bahwa sesukses apapun seorang murid, tetap saja dia adalah murid dari gurunya. Murid yang di mata para gurunya, adalah anak kecil yang membutuhkan bimbingan dan kasih sayang.

Saya memang tidak hidup pada masa KH. Muhammad Idris Djauhari (almaghfurlahu). Namun saya bisa menangkap kilat sedih dan rindu di mata para guru, ketika menceritakan siapa beliau dan bagaimana cara beliau mendidik anak didiknya. Saya memang tidak pernah dididik langsung oleh KH. Muhammad Idris Djauhari. Namun saya bisa merasakan bahwa pendidikan yang diberikan oleh beliau, sudah mendarah daging dalam diri guru-guru saya, kemudian diterapkan langsung kepada semua anak didiknya. Proses pendidikan yang saya peroleh, tidak terjadi begitu saja. Segala proses pengayoman pendidikan yang saya peroleh, merupakan bentuk warisan turun temurun dari para masayikh. Warisan yang paling berharga mengalahkan warisan apapun yang ada di dunia yaitu warisan ilmu dan doa dari guru kepada muridnya, atau sebaliknya. Proses tersebut kemudian menjadi mata rantai yang terus tersambung dan tidak akan pernah putus sampai hari kiamat nanti.

Tak bisa dibayangkan jika seorang guru enggan mendoakan muridnya walaupun itu tidak akan mungkin terjadi, tak bisa dibayangkan pula jika seorang guru pergi begitu saja tanpa kata pamit sedang muridnya masih tertatih-tatih menginjakkan kaki di bumi ini, kita tentu tahu apa yang akan terjadi. Saya, kamu dan kita semua tidak akan menjadi apa-apa dan bukan siapa-siapa tanpa doa mereka.

Pertanyaannya, sudahkah kita mendoakan mereka? Sudahkah kita mempersembahkan pengabdian terbaik untuk mereka? Masih banyak waktu untuk terus memperbaiki diri dan tentunya berusaha sebisa mungkin menjadi murid terhebat dalam mengabdi kepada mereka dan menjadi teladan bagi yang lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.