“Udkhulu ma’hada al-amien kaffah (masuklah ke ma’had Al-Amien dengan sempurna)”

Kalimat diatas rasanya sudah tak asing lagi kita dengar bukan? Dalam beberapa kesempatan pimpinan, para mudir bahkan para guru senantiasa menyampaikan kalimat tersebut agar tertanam lekat dalam hati setiap penduduk di pondok tercinta ini. kalimat tersebut mengandung arti bahwa ketika kita telah memasuki atau bahkan menginjakkan kaki di pesantren Al-Amien ini, maka kita harus benar-benar masuk jisman, aqlan wa ruhan, dan tentunya hal semacam ini tak akan pernah lahir bilamana tidak didasari oleh rasa percaya yang sepenuhnya pada lembaga.

Berbicara tentang rasa percaya, saya teringat akan kejadian satu tahun lalu, tepatnya pada masa liburan akhir tahun 2021. Pada suatu hari, saya dan beberapa orang teman hendak bepergian, kebetulan kami berada dalam satu kafilah yang sama dengan beberapa santri dari lembaga yang lain saat itu. Kemudian tak sengaja kami mendengar percakapan yang terjadi antara dua orang santri dibelakang kami. Santri tersebut bercerita panjang lebar tentang pondok yang ia tempati yang mana membuat kami yang turut mendengarnya menjadi geram sendiri. Bukan masalah berceritanya, akan tetapi isi dari cerita tersebut yang mana seolah lembaga yang ia tempati sama sekali tak memiliki kelebihan. Bahkan si santri tersebut tak segan untuk membanding-bandingkan lembaga tersebut dengan lembaga yang lain dengan sebegitu gamblangnya.

Miris rasanya menyaksikan kejadian tersebut. Sebagai seorang santri sudah seharusnya kita menjaga nama baik lembaga yang kita tempati, layaknya kita menjaga rumah kita sendiri. Sebagai seorang tuan rumah, tentu tak mungkin kita mengumbar segala kekurangan yang dimiiki. Karena kita sadar, disanalah kita menempa diri, memperbaiki keimanan yang dimiliki serta tumbuh berkembang seperti saat ini. Namun perlu kita sadari pula, bahwa kadangkala apa yang kita anggap sebuah kekurang adalah suatu bentuk ketidak mampuan kita untuk menunjukkan rasa syukur kita, karena terlalu sering membandingkan.

Benar kata pepatah “rumput tetangga selalu tampak lebih hijau”. Pertanyaannya, sudahkah kita merawat dan menyayangi rumput tersebut sihingga tak kalah dengan rumput orang lain? Jika sudah, tentu kita tak akan memiliki waktu untuk sekedar memabandingkan yang satu dengan yang lain. Kalaupun iya, apa yang diperbandingkan pun tak akan pernah menimbulkan kesan menjatuhkan, namun lebih pada usaha untuk memperbaiki apa yang perlu diperbaiki dan mengembangkan apa yang perlu dikembangkan.

Setiap lembaga pendidikan yang ada di negeri ini pasti memiliki visi misi yang berbeda, karena yang akan mereka hasilkan pun juga para kader dengan kompetensi yang berbeda pula. Begini saja, kita umpamakan kehidupan ini dengan sebuah piring kosong. Piring tersebut harus diisi dengan berbagai jenis makanan baik berupa nasi, lauk, sayur dan lain sebagainya. Berbagai macam  jenis makanan tersebut tentu memiliki cita rasa yang berbeda, namun antara satu dengan yang lain akan menciptakan suatu perpaduan rasa yang saling melengkapi.

Begitu juga dengan lembaga pendidikan yang ada di Negeri kita ini. Antara satu lembaga dengan lembaga yang lain tentu memiliki sistem pendidikan yang berbeda, karena mereka memiliki visi misi yang berbeda, untuk menghasilkan produk-produk manusia yang berbeda pula. Namun perlu kita sadari, bahwa perbedaan produk atau jebolan dari lembaga tersebutlah yang pada akhirnya menjadi penentu berjalannya roda kehiduan di negeri ini. Perlu digaris bawahi pula, bahwa apapun visi misi dari suatu lembaga khususnya pondok pesantren, tujuan utama mereka adalah menghasilkan manusia yang berkualitas, tak hanya dalam keahliannya namun juga dalam keimanannya pada tuhannya.

Sudah saatnya kita membuka mata kita. Sudah banyak kita dengar dan kita baca berbagai tulisan yang membahas tentang keberkahan ilmu dan bagaimana cara untuk mendapatkannya. Lantas berkaca pada kejadian diatas tadi masih bisakah kita meraup keberkahan yang kita impikan tersebut? Tak perlu kita mempertanyakan orang lain. Pertanyakanlah diri sendiri. Dimanakah kita tempatkan rasa percaya kita pada lembaga, masyaikh serta kebijakan-kebijakan didalamnya? Seberapa seringkah kita memperbandingkan lembaga kita dengan lembaga lain yang pada akhirnya menurunkan rasa percaya kita? Al-Amien adalah rumah kita. Kita adalah cermin dari lembaga serta masyaikh kita. Jika kita betul-betul percaya padanya kita akan memantulkan perasaan bangga yang tampak dari sikap, tutur kata serta tindak tanduk kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.