“Sesungguhnya aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah.”

Pernah terbesit tidak pada lubuk hatimu yang dalam tentang sebuah judul berbentuk pertanyaan di atas? Berapa banyak sudah Allah beri kita kesempatan? Berapa banyak sudah Allah beri kita peringatan? Berapa banyak sudah Allah beri kita hidayah dan petunjuk untuk berjalan di atas jalan yang lurus namun kita terlalu sering tidak merespon petunjuk itu.

Selama hidup bertahun-tahun dalam dunia pendidikan, beraktivitas, bekerja, dan segala hal lainnya. Pernah terpikirkan tidak bahwa sebenarnya kita melakukan semua itu untuk apa? Jika selama ini kamu belajar dan mengenyam masa-masa pendidikan di sekolah-sekolah hanya untuk sekadar menuruti perintah Guru dan kedua orang tuamu, kamu salah besar. Jika selama ini kamu bekerja hanya sekadar untuk melangsugkan hidup, mencari uang, kamu salah paham.

Saya baru sadar akhir-akhir ini. Baru memahami perjuangan yang sebenarnya. Perjuangan hakiki yang seharusnya juga dipamahi bagi manusia lainnya. Bahwa sejatinya di dunia kita memperjuangkan tiga hal; Memperjuangkan ridho Allah, memperjuangkan harap, dan memperjuangkan amal.

Memperjuangkan ridho Allah, telah saya jelaskan pada catatan sebelumnya. Bahwa kesuksesan yang hakiki adalah ketika kita bisa mendapatkan ridho Allah. Dengan cara apa agar kita mampu mendapatkannya? Hanya ada satu cara yang tersedia. Dengan berbakti dan mengabdikan diri dengan sungguh kepada kedua orang tua adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan ridho-Nya.

“Apa yang dimaksud dengan ridho?” tanyamu.

Ridho adalah ketika kita mampu membuat bahagia kedua orang tua kita. Ada senyum yang terlukis pada bibir mereka. Bukan malah membuat mereka terisak menangis ataupun kecewa. Kalau selama ini kita hanya bisa mengecewakan mereka dengan sikap kita. Kalau selama ini kita hanya bisa membuat mereka sedih dengan segala perlakuan kita. Meskipun harus menelan rasa sakit berulang kali, adakah mereka berhenti untuk menyuguhkan semoga agar anaknya menjadi golongan dari anak-anak yang sholih? Pernahkah kamu melihat salah satu kedua orang tuamu ketika sedang melaksanakan sholat kemudian menangis dalam sujudnya?

Kita sama wahai sahabat seiman dan seagama. Sama-sama pernah mengecewakan kedua insan yang sangat berharga itu. Lantas, sudahkah kita berbakti dengan sungguh kepada kedua orang tua kita?

Memperjuangkan harap, dengan terus-menerus menunaikan segala kewajiban sebagai ummat muslim. Salah satunya adalah melangitkan harap. Menyuguhkan semoga sebanyak-banyaknya. Selagi harapan itu bernilai kebaikan, percayalah, Allah malu untuk tidak mengabulkan. Allah tidak pernah putus asa untuk mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. Apakah kita dengan begitu mudahnya putus asa untuk tidak lagi berdo’a? Bukankah tiada kemuliaan lagi di sisi-Nya kecuali do’a? Sementara senjata terampuh kaum muslimin adalah do’a. Adakah keraguan lagi untuk terus memperjuangkan harapan-harapan kita selama ini?

“Sudah berdo’a tapi belum juga dikabulkan.” Katamu.

Bersabarlah sebentar. Jangan terburu-buru. Terkadang apa yang kita inginkan malah berbeda jauh dari apa yang kita harapkan. Ketahuilah, bahwasannya segala rencana Allah itu lebih baik dari apa yang diperkirakan hamba-hamba-Nya. Dan segala rangkaian skenario-Nya tidak akan pernah bisa disangka-sangka oleh manusia. Maka jangan pernah berburuk sangka kepada-Nya ketika keinginan kita tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Justru Husnudzon itu yang seharusnya selalu diterapkan. Berbaik sangka kepada Allah, saudara, teman, dan manusia lainnya. Kalaupun keinginan kita tidak dikabulkan selama di dunia, Allah akan kabulkan ketika di akhirat kelak Insya Allah.

Memperjuangkan amal, dengan berlomba-lomba dalam kebaikan. Karena dalam skenario-Nya mau tidak mau kita akan segera melewatinya. Masa di mana semua amal akan dipertimbangkan. Segala perbuatan akan dipertanggung jawabkan. Tidak sadarkah bahwa setiap harinya kita selalu diawasi gerak-geriknya oleh dua malaikat?

Kita harus memiliki investasi akhirat. Apa itu investasi akhirat? Ketika kita memperbanyak tabungan untuk kehidupan di akhirat. Memperbanyak amal kebaikan untuk menghadap-Nya kelak. Tabungan akhirat sangat beragam. Salah satunya adalah dengan bershodaqoh. Beratkah untuk bershodaqoh setiap bulan sekali atau satu minggu hanya satu kali? bershodaqoh tidak perlu banyak-banyak. Cukup dengan modal ikhlas, karena itu akan menjadi bekal kita di kehidupan akhirat. Kehidupan abadi. Jangan pernah khawatir seluruh uangmu akan habis jika dikeluarkan untuk shodaqoh. Lagi pula semua rezeki termasuk uang yang ada di sakumu saat itu adalah pemberian dari Allah. Hanya saja melewati perantara. Jangan jadi hamba yang kikir dan rakus akan harta. Sebab, harta sampai kapanpun tidak akan pernah menemani kita ketika di alam kubur. Yang akan menjadi teman sejati kita hanya satu; Amal.

Sudahkah kita berlomba-lomba dalam kebaikan? Tidak irikah kepada mereka yang lebih rajin ibadahnya? Mereka bisa mengapa kita tidak?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.