Menjadi pemimpin merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga, setiap dari kita saya rasa perlu memiliki pengalaman menjadi seorang pemimpin. Karena seseorang yang tidak pernah dipercaya untuk menyentuh sebuah kepemimpinan, maka selamanya tidak akan pernah bisa memimpin.

Menjadi seorang pemimpin itu juga memiliki catatan penting, semisal ada seseorang yang ditunjuk untuk menjadi seorang pemimpin, akan tetapi sebenarnya dia tidak mau memimpin orang-orang yang dipimpinnya tersebut, melainkan hanya ingin orang-orang mengikuti dan tunduk atas kemauan serta jalan pikirannya saja. Ini merupakan konsep kepemimpinan yang salah.

Maka perlu diingat, menjadi seorang pemimpin itu berada diposisi dua pilihan. Menjadi seorang pemimpin bersifat Boss atau Leader. Boss adalah jabatan seorang pemimpin yang sangat hebat. Seorang Boss, hanya berperan sebagai mata. Memantau bawahannya, hanya tinggal menyuruh ini dan itu, serta memastikan semuanya tugas anggotanya selesai lewat laporan saja. Giliran orang-orang bertepuk tangan atas kinerja yang dia pimpin, dia akan berdiri paling depan seolah dia semua yang melakukannya sendiri.

Sedangkan menjadi seorang pemimpin yang bersifat Leader merupakan posisi yang paling luar biasa hebatnya. Dia tidak hanya sekedar melihat, tapi ikut membantu. Dia juga mengarahkan dan memberi contoh, bukan memerintah. Dia memastikan semuanya tugas anggotanya selesai lewat penilaian langsung, bukan berdasarkan laporan. Saat semua orang bertepuk tangan atas kinerja yang dia pimpin, dia merangkul semua orang serta menunduk bersama memberi salam terimakasih atas pujian itu sambil tersenyum bersama anggotanya.

Selama mempimpin ISTAMA periode 2020-2021, saya mendapatkan 10 pelajaran terbaik yang mengesankan, saya telah belajar dan memahami bahwa tidak harus menjadi orang yang disukai oleh semua orang, melawan keegoisan meskipun harus membenci, menegakkan kebenaran meskipun harus dicaci maki, mengambil cara atau langkah berbeda meskipun harus berjalan sendiri, memberikan banyak perhatian meski sebenarnya tidak peduli, membuat keputusan bijak tanpa harus disepakati, terpaksa meninggalkan meski ujungnya harus kembali, tetap menerima meskipun pernah disakiti, tetap tegar meski hati terus berkata untuk menyudahi, dan tetap menjadi ketua meskipun ada sebagian kawan-kawan ISTAMA’21 tidak merestui.

Karena saya yakin amanah tidak akan salah memilih pundak, pada saat itu ada beban yang harus ditanggung dan dijalankan dengan penuh keikhlasan untuk menjadi seorang pemimpin yang bersifat Leader, sabagaimana perkataan almarhum KH. Muhammad Idris Jauhari, ”Ikhlas itu memberikan yang terbaik”. Maka dari itu, saya melakukan apa yang saya mampu lakukan dan saya memberikan yang terbaik menurut saya itu adalah keputusan yang terbaik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.