Konflik tidak selamanya harus disikapi dengan sudut pandang negatif. Sekalipun konflik memicu perpecahan bagi kesatuan kelompok atau organisasi, sekali-kali kita memandang konflik dengan cara yang lain. Persepsi bahwa konflik selalu dekat dengan perpecahan, memang tak bisa dihindarkan. Bahkan, bagi banyak kalangan, konflik mendorong orang-orang di dalam organisasi untuk melakukan Tindakan yang menyimpang.

Dalam kondisi tertentu konflik kerap menjadi momok menakutkan yang bisa menghantam siapa saja. Biasanya, konflik diawali dari kesalahan persepsi. Persepsi negatif tentang suatu konflik harus disikapi dengan arif dan bijak. Sebab, dalam kehidupan ini, segala hal tidak akan lepas dari sikap “tidak puas” atau “pertentangan”.

Untuk menguji konflik agar menjadi dinamika yang mewarnai hidup, seseorang harus bersikap terbuka dalam menghadapi konflik tersebut. Keterbukaan akan mengolah kesalahan persepsi dan mengubahnya menjadi wawasan berpikir yang saling melengkapi. Dengan demikian, konflik akan berpotensi berjalan damai dan menciptakan keharmonisan berpikir.

Di era ini, informasi yang datang dari berbagai macam golongan sangat cepat menyebar. Simpang siur informasi yang kita terima, sangat berpotensi mendatangkan konflik dalam kehidupan. Buku Seni Mengelola Konflik karya Mohammad Takdir menyuguhkan sebuah paradigma dalam mengelola konflik menjadi ruang dinamika berpikir.

Konflik tumbuh subur untuk menguji kesabaran dan kedamaian hidup, yang serba materialis. Maka, butuh kecerdasan untuk mengelolanya dengan baik, agar tidak mudah tenggelam dalam arus konflik berkepanjangan. Konflik tidak harus dimaknai sebagai suatu malapetaka dalam kehidupan yang penuh tantangan ini.

Berdamai dengan konflik bukan berarti harus pasrah dengan situasi yang tidak menguntungkan atau merugikan pribadi seseorang. Setiap orang punya kesempatan belajar cara menghadapi konflik, sebagai sebuah perjalanan hidup menata diri untuk menjadi lebih baik.

Buku ini menarik, bukan saja karena memberikan wawasan kepada pembaca dalam mengelola konflik. Penulis juga menjelaskan bagaimana tradisi Islam dalam mengendalikan emosi ketika berkonflik. Misalnya, bagaimana sikap Nabi Muhammad SAW menghadapi musuh-musuhnya, sehingga kemudian mampu merangkul mereka menjadi teman dekatnya.

Sikap nabi dalam mengelola konflik, yakni mendorong sikap toleransi. Bukan mau menang sendiri. Memaafkan walaupun sulit. Memberi kebebasan dan tidak memaksakan kehendak, serta menjunjung tinggi semangat persaudaraan dengan menebarkan kasih sayang.

Selain itu, buku ini juga diperkaya dengan faktor-faktor pemicu konflik, yang menimbulkan pertentangan dan percekcokan. Termasuk, bagaimana mengatasi konflik individu, seperti keinginan untuk dihargai dan diperlakukan sebagai manusia, keinginan memegang kendali atau mengontrol suatu organisasi, keinginan mempertahankan harga diri yang tinggi.

Sisi positif dari konflik, yakni meningkatkan motivasi hidup penuh makna. Selain itu, kita juga diarahkan untuk mencari alternatif pemecahan masalah dengan mengedepankan kejernihan berpikir. Sebab, menyelesaikan masalah juga bagian dari pengetahuan dan keterampilan hidup yang bisa dipelajari.

Intinya, konflik harus dikelola. Karena konflik adalah sunnatullah. Perbedaan itu rahmat. Dan belajar menghargai perbedaan adalah sebuah seni dan pembelajaran hidup. Maka, tak salah jika buku ini digadang-gadang sebagai salah satu buku yang dapat meleraikan konflik, karena tingkat penjelasannya yang terperinci dan tidak bertele-tele. Kita juga dihadapkan dengan contoh dari kehidupan sehari-hari yang begitu dekat.

Betapa indahnya hidup berbeda. Karena pada hakikatnya, Allah menciptakan manusia dan menganugrahkan manusia pikiran agar bisa menyelesaikan masalah yang ia hadapi. Agar hidup kita penuh dengan perdamaian dan kasih sayang sesama manusia. Agar kita bisa menjalankan fungsi manusia sebagai sebaik-baiknya makhluk.

*Resensi buku ini telah dimuat di Radar Madura pada tanggal 02 Oktober 2022 M.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.