Pada suatu hari Sultan pergi ke suatu tempat, beliau ingin menjumpai seseorang di tepi hutan yang rumahnya sangat sederhana. Ketika Sultan sampai di tempat tujuan, beliau mendapati seorang kakek yang sangat tua renta dan berpakaian lusuh dan sangat sederhana. Lalu Sultan berkata.

“Apakah anda bernama Laleli Baba?” sapa Sultan Musthofa.

“Ya,” jawab kakek tua itu.

Ternyata orang tersebutlah yang ingin dijumpai oleh Sultan, karena konon katanya Laleli Baba adalah seorang sufi. Setelah dipersilahkan masuk lalu berbicara, terdetik dihati Sultan tentang penampilan Laleli Baba.

“Kenapa kok seorang sufi berpakaian seperti itu? Lusuh, kumuh,” ungkap hati Sultan Musthofa.

Seketika itu juga Laleli Baba berkata kepada sang Sultan.

“Kamu jangan melihat seseorang dari penampilannya,” tegurnya.

Mendapat teguran seperti itu Sultan Musthofa merasa bahwa Laleli Baba bisa membaca perasaanya padahal beliau tidak mengungkapkannya. Lalu Laleli Baba menanyakan maksud kedatangan Sultan menemuinya.

“Untuk apa kau datang?” tanya Laleli Baba

“Saya ingin bertanya satu pertanyaan tentang hal apa yang paling berharga di dunia ini?” tanya Sultan Musthofa.

“Sesuatu yang paling berharga di dunia ini adalah tidak lebih dari seseorang yang bisa Buang Air Besar (BAB),” jawabnya.

Mendengar jawaban seperti itu Sultan Musthofa sangat marah karena Sultan merasa bahwa Laleli Baba meremehkan pertanyaannya, lalu Sultanpun pergi.

Selang seminggu lamanya setelah kejadian itu, konon sang Sultan tidak bisa Buang Air Besar (BAB). Tiba-tiba beliau teringat akan kata-kata Laleli Baba tentang apa yang paling berharga di dunia. Lalu berangkatlah Sultan Musthofa menemui Laleli Baba agar mengobatinya sehingga bisa Buang Air Besar (BAB) lagi.

“Saya bisa mengobati tapi dengan beberapa syarat, di antaranya saya ingin membuat masjid dan ingin merasakan jabatan yang anda sandang sekarang, apakah sultan bisa mengabulkannya? Jika Sultan bisa memenuhinya insyaAllah saya akan mengobati Sultan,” ungkap Laleli Baba.

Lalu Sultan sepakat dengan persyaratan tersebut, Sultan Musthofa akan membuatkan masjid untuk Laleli Baba lalu masjid tersebut diberi nama “Masjid Laleli Baba” dan Sultan juga memberikan semua persyaratan dari Laleli Baba.

Setelah itu Laleli Baba menepuk pundak sang Sultan dan sontak ketika itu juga Sultan Musthofa merasa ingin Buang Air Besar (BAB). Karena Sultan Musthofa ingin menepati janjinya, maka diberikanlah pangkat kesultanannya kepada Laleli Baba, sebelum Laleli Baba menerima pangkat tersebut, ia berkata kepada Sultan.

“Ternyata pangkat yang sedang kau sandang sekarang ini dan semua harta yang kau punya tidaklah lebih dari bisa Buang Air Besar (BAB),” ungkapnya.

Lalu kemudian Laleli Baba pun menyerahkan kembali pangkat kesultanannya kepada Sultan Musthofa, karena Laleli Baba tidak menginginkan dan tidak membutuhkan semua harta dan pangkat yang sedang disandang Sultan Musthofa.    Nah, itulah kisah singkat seorang sufi, yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah jangan pernah berfikir untuk merendahkan seseorang, jangan bangga terhadap apa yang kita sandang baik jabatan, tahta dan harta karena semua itu hina, fana dan tidak ada artinya.

One thought on “Cerita dari Turki: Laleli Baba dan Sultan Musthofa III

  1. Ust. Suhairi, S.Th.I Al Hafidz says:

    Subhanallah.
    Barokallah.

    Sangat Bagus Sekali Dan Menginspirasi.
    Terimakasih Bu Nyai.

    Semoga Panjenengan Sekeluarga Senantiasa Sehat Wal ‘Afiyat Serta Dalam Lindungan Dan Ridho Allah SWT. Amien Yaa Rabbal ‘Alamin.

    PP. Baron Nganjuk Jawa Timur
    1. Ust. Suhairi, S.Th.I Al Hafidz Alumni MTA 2006 M Dan IDIA 2010 M
    2. Usth. Riskiyatun, S.Th.I Alumni IDIA 2010 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.