Pondok pesantren berdiri sezaman dengan masuknya agama Islam di Indonesia, dan merupakan hasil dari proses akulturasi damai antara ajaran Islam yang dibawa para wali dan pedagang yang umumnya bernuansa mistis dengan budaya asli Indonesia yang bersumber dari Hindu dan Budha.

Pada masa penjajahan kolonial Belanda yaitu sekitar abad ke-18an, nama pesantren sebagai lembaga pendidikan rakyat terasa sangat berbobot terutama dalam bidang penyiaran agama Islam. Pada masa penjajahan ini pondok pesantren menjadi satu-satunya lembaga pendidikan Islam yang menggembleng kader-kader umat yang tangguh dan gigih mengembangkan agama serta menentang penjajahan berkat dari jiwa Islam mereka.

Kelahiran pesantren baru, seringkali diawali dengan cerita perang nilai antara pesantren yang akan berdiri dengan masyarakat sekitarnya, dan diakhiri dengan kemenangan pihak pesantren, sehingga pesantren dapat diterima untuk hidup di masyarakat, dan kemudian menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya dalam bidang kehidupan moral. Bahkan dengan kehadiran pesantren dengan jumlah santri yang banyak dan datang dari berbagai masyarakat lain yang jauh, maka terjadilah semacam kontak budaya antara berbagai suku dan masyarakat sekitar.

Dari segi kultural para ulama Islam berusaha menghindarkan tradisi serta ajaran agama Islam dari pengaruh kebudayaan Barat. Segala sesuatu yang berbau barat secara apriori ditolak oleh mereka, termasuk sistem pendidikan. Kehidupan ekonomi masyarakat sekitar menjadi semakin ramai, dan tentu saja akan bertambah maju.

Kehadiran pesantren ditengah-tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama dan sosial keagamaan. Dengan sifatnya yang flexible sejak awal kehadirannya, pesantren ternyata mampu mengadaptasikan diri dengan masyarakat serta memenuhi tuntutan masyarakat.

Walaupun pada masa penjajahan, pondok pesantren mendapat tekanan dari pemerintah Kolonial Belanda, pondok pesantren masih bertahan terus dan tetap tegak berdiri walaupun sebagian besar berada di daerah pedesaan. Peranan mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa tetap diembannya. Telah banyak kader-kader bangsa dan tokoh-tokoh perjuangan nasional dilahirkan oleh pesantren. Bahkan pada saat-saat perjuangan kemerdekaan, banyak tokoh pejuang dan pahlawan-pahlawan kemerdekaan yang berasal dari pesantren.

Sebagai lembaga pendidikan Islam pondok pesantren disebut sebagai bapak dari pendidikan Islam. Bagaimana tidak, segala pelajaran termasuk pendidikan yang diberikan kepada anak didik (santri) merujuk pada nilai-nilai keislaman termasuk juga tujuan dan fungsi utama hidup manusia yang berlandaskan pada ajaran Islam. Dalam pesantren para santri di tujukan pada bagaimana memahami, menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan mnekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.

Sesuai dengan pengertian pondok pesantren yang merupakan tempat belajar santri di dalam asrama, yang artinya santri yang belajar harus menetap atau tinggal sampai waktu diperkenankan untuk kembali ke rumah masing- masing. Maksud dari makna tersebut, sistem pendidikan yang berjalan di pesantren terus berlangsung selama 24 jam. Para santri dididik dalam kesehariannya yang tak lepas dari nilai keislaman, mulai dari I’tiqadiyah wan Nafsiyah, Ta’abbudiyah, Tasyri’iyah, Khuluqiyah dan Fikriyah wal Ma’rifah.

Selain dari pada itu, pondok pesantren selalu mengalami perkembangan berdasarkan zamannya. Dalam makna lain, pondok pesantren telah bertransformasi dari masa ke masa untuk tetap bersaing dengan perkembangan zaman. Baik dalam segi sistem, kurikulum, program dan lain sebagainya. Sehingga pesantren yang dulunya hanya terdiri dari satu jenis pesantren salaf, yang cenderung hanya menekuni kitab-kitab kuning menjadi beragam jenis. Diantaranya pesantren modern (kholaf), pesantren semi salaf-kholaf, eko-pesantren, dan pesantren sains. Pesantren-pesantren tersebut kemudian membentuk sistem pendidikan dan kurikulum tersendiri dengan mengkhususkan basisnya tanpa meninggalkan nilai kepesantrenan yang berasaskan pada pendidikan Islam.

One thought on “Pesantren Pranata Pendidikan Transformatif

  1. Pingback: Mid 2 Dibuka, Mudir Ma'had: Jadikan Ujian Kemarin Sebagai Introspeksi | TMI Al-Amien Prenduan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.