Sampai detik ini tetap tertanam kuat dalam memori ingatan kami, di mana saat itu bisa menjadi santri baru di TMI adalah suatu kebanggaan yang amat sangat istimewa dalam perjalanan hidup kami sebagai santri. Berangkat dari sebuah kampung terpencil dan pelosok dengan membawa harapan besar didampingi oleh orang tua tercinta menuju Pondok Pesantren terbesar di Sumenep Madura yang diiringi rasa bangga dan niat yang tinggi untuk menuntut ilmu di TMI Al-Amien Prenduan.

Menjadi santri baru di TMI Al-Amien Prenduan kami mendapatkan tantangan belajar yang sangat luar biasa, karena maddah yang diajarkan jauh berbeda dengan sekolah dan pondok kami sebelumnya di kampung. Bukan suatu hal yang mudah untuk menyesuaikan diri dengan suasana yang baru, tempat yang baru, teman baru dan segalanya serba baru, tapi bukan berarti sulit untuk dijalani. Bahkan kami harus merubah pola pikir dan pola sikap bawaan dari kampung supaya bisa lebih maju dan semangat meniti masadepan pasca nyantri nantinya.

Kiistimewaan seorang santri yang kami rasakan di TMI Al-Amien Prenduan sangatlah banyak, mulai dari belajar agama dengan porsi jam yang banyak, bisa belajar dengan tenang bersama kiai dan guru-guru yang ikhlas, cerdas dan luas wawasannya, diajarkan hidup disiplin, cara berorganisasi yang baik dan bahkan banyak keterampilan-keterampilan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Bila ingin merasakan semua yang kami rasakan di atas, maka kami rekomendasikan untuk mondok di Pondok Pesantren Al Amien Prenduan tercinta.

Banyak ihtirom yang diberikan kepada seorang santri yang bisa jadi tidak didapatkan oleh orang yang tidak nyantri. Di antara ihtirom yang didapatkan oleh santri di saat pulang ke rumah yaitu banyak sapaan dari family dan masyarakat sekitar “kapan datang dari pesantren ?” dan bahkan di tengah-tengah masyarakat seorang santri dikenal serba bisa walau tidak semuanya demikian yang kami rasakan sebagai seorang santri. Santri juga manusia biasa yang memiliki keterbasan dan kekurangan sehingga harus terus belajar dan belajar. Itulah pandangan dan ihtirom yang diberikan kepada seorang santri dan banyak lagi ihtirom lainnya yang kami terima selama menjadi santri.

Selama menjadi santri di TMI Al-Amien Prenduan kami diasah, diasuh dan diasih dalam kedamaian sehingga kami bahagia di saat menjadi seorang santri. Para kiai dan guru-guru menjadi orang tua kami di pesantren sehingga kami tidak pernah merasa kesepian bahkan kenyamanan, kebersamaan dan prestasi terus kami torehkan karena asahan, asuhan dan asihan mereka yang terus kami rasakan selama menjadi santri bahkan sampai hari ini sebagai alumni kami pun masih merasakan hal yang sama yakni menjadi santri.

Banyak kenangan yang kami dapatkan di saat nyantri di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, secara khusus di TMI Al-Amien Prenduan, Ma’had Tahfidz Al-Qur’an dan IDIA terhitung dari tahun 2003 s.d 2012 dan banyak manfaat yang kami rasakan setelah lulus dan terjun langsung di tengah-tengah masyarakat pedesaan ataupun perkotaan bahkan di luar negeri pun kami merasakan manfaat dari banyak ilmu dan hal yang di dapat di pesantren tercinta.

Adapun kenangan manis yang kami rasakan di saat nyantri di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan sangatlah banyak, di antaranya ; Pertama kami sangat bahagia bisa belajar ilmu agama maddah tafsir langsung bersama kiai/guru tercinta Al Mukarrom Shohibul Fadhilah Al ‘Aliem KH Muhammad Tidjani Djauhari, MA (alm). Belajar maddah Tarbiyah bersama Kiai/Guru tercinta Al Mukarrom Shohibul Fadhilah Al ‘Aliem KH Muhammad Idris Djauhari (alm).  Belajar maddah Aqidah bersama Kiai/Guru tercinta Al Mukarrom Shohibul Fadhilah Al ‘Aliem KH Muhammad Maktum Djauhari, MA (alm) dan belajar ilmu agama lainnya bersama Kiai dan Guru tercinta pesantren wanafa’ana bihi wa’ulumihi fiddaraini amien.

Kedua kami sebagai santri tidak hanya diajari ilmu agama saja melainkan banyak ilmu lainnya seperti wirausaha, kaligrafi, latihan pidato muhadharah, kelompok-kelompok kajian, kelompok majalah al-wafa / majalah bahasa Arab dan seni-seni lainnya yang tidak bisa disebut satu-persatu. Bila ingin tahu faktanya tafaddhal mondok di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.

Kenangan manis lainnya Ketiga di saat kami diberi kesempatan untuk belajar berorganisasi atau ISMI sebutannya di TMI Al-Amien Prenduan. Pada saat itu kami diberi amanah sebagai qismul ‘amni di rayon shighar yang penuh dengan drama karena bersama santri yang baru lulusan SD/MI/Paket A. di saat bersama meriayah santri shighar sungguh banyak kenangan dan belajar menjadi seorang pendidik dan kami yakin ini pasti bermanfaat di masa yang akan datang. Betul hari ini kami merasakan manfaat itu di saat kami membuka rintisan pesantren yang menerima calon santri yang lulusan SD/MI/Paket A.

Pengalaman manis dalam berorganisasi lainnya di ISMI, kami mendapatkan amanah sebagai Koordinator Syari’ah dan Akhlak disingkat Syarlaq atau dikenal di kalangan santri singa masjid (minjam istilah julukan sahabat asadullah). Bisa kebayang tidak para alumni yang mengalami hal yang sama seperti yang kami tuliskan ini. Hehehe……. Di saat jam sholat fardhu 5 waktu, disinilah kami bertugas dan daur ke seluruh rayon untuk memastikan santri sholat berjama’ah di Masjid. Tapi yang daur kira-kira sudah sholat belum yach…….???? Kadang tersenyum halus di saat berkunjung ke pesantren dan melihat pengurus menjalankan tugas sebagaimana kami dahuulu. Ternyata tetap sama seperti dahulu di saat kami nyantri… dan masih banyak kenangan lainnya.

Setelah menjalani berbagai macam proses, ada moment yang membuat kami dag dig dug jantung berdetak kencang yakni di saat yudisium kenaikan kelas, dari kelas V naik ke kelas VI. Kira-kira para alumni merasakan hal yang sama ngak yach seperti penulis…..hehehehe. Alhamdulillah kami sampai juga di kelas VI atau kelas akhir yang ma’ruf dengan sebutan Niha’ie. Di saat kelas akhir ini kami betul-betul disiapkan sebagai calon alumni yang nantinya akan disebar ke suluruh pondok pesantren di Indonesia untuk menjalankan tugas pengabdian yang tidak hanya sekedar mengabdi, melainkan harus betul-betul menjaga nama baik pesantren dan bisa jadi akan menjadi ujian terbesar bila tidak baik di pengabdian alias tidak akan mendapatkan ijazah bukti lulus dari TMI Al-Amien Prenduan. Dad dig dug daarrrrrrrrr………. Kebayang ngak saat itu gimana perasaan alumni. Hehehehe…….

Alhamdulillah, Tahadduts binni’mah kami pun bisa lulus dengan baik dari TMI Al-Amien Prenduan dan sampai hari ini kami betul-betul ingat pada saat yudisium kelulusan kami di panggil ke atas panggung karena mendapatkan perhargaan karena prestasi dan saat itu kami menyaksikan tangis bahagia sang ibu tercinta melihat anak dan bapak naik ke atas panggung menerima penghargaan dari sang Kia dan guru. Saat wisuda pun di panggil kembali untuk mendapatkan penghargaan yang sama. Subhanallah ini kenagan indah yang tidak bisa terlupakan dan semoga bisa menjadi motivasi bagi anak-anak kami dan santri pada umumnya.

Alhamdulillah, di tahun 2007 kami di wisuda di gedung mu’allimat yang dikenal dengan GESERNA sampai hari ini pun tetap megah dan menjadi tempat calon alumni di wisuda. Kami sebagai alumni tahun 2007 yang dikenal dengan sebutan BRIBOZ yang memiliki makna generasi angkatan 32 untuk putra, angkatan 18 untuk putrid 07 adalah tahun angkatan atau lulusan tahun 2007. Kemudian dirangkai oleh teman-teman menjadi BRIBOZ on time shohehan.

Tidak sampai di sini saja kenangan manis kami di pesantren, kami pun juga memiliki kenagan indah di Ma’had Tahfidz Al-Qur’an. Sebagai lulusan TMI Al-Amien Prenduan mengabdi atau bahasa kami lebih nyaman disebut nyantri di pondok tahfidz merupakah suatu kebanggan yang sangat luar biasa, setiap hari bersama al-Qur’an mengaji, menghafal dan muraja’ah. Sungguh nyaman dan indah berada dan dekat dengan orang-orang hafidz ahli Qur’an panutan kami. Pada saat itu MTA Al-Amien Prenduan dipimpin oleh al-Mukarrom Shohibul Fadhilah KH. Zainullah Rois, Lc (alm). Kenangan besar bersama almarhum kami diamanahi sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Organtri disingkat MPO, di sinilah kami dibina dan diajari berorganisasi di dewan guru-guru. Sungguh ini menjadi bekal yang sangat berharga di saat ini kami memimpin sebuah pesantren yang insyaAllah diridhoi oleh Allah. Amien…

Selain nyantri di MTA Al-Amien Prenduan, dengan motivasi pengasuh kami diminta kuliah walau sebenarnya tidak ada niat kuliah pada saat itu. Karena keinginannya kuliah di Timur Tengah Kairo Mesir, min qodarillah keinginan ke Mesir pun tercapai pada tahun 2017 bisa menimba ilmu semampu yang kami bisa dengan berbekal ilmu yang diberikan saat nyantri. Karena untuk mengikuti nasehat kiai, kami pun nyatri di IDIA Prenduan dan lulus pada tahun 2012. Sungguh banyak kenangan saat kami nyantri di IDIA Prenduan di antaranya kami bisa belajar banyak ilmu dan suasan kampus yang haqqul yakin akan memberikan manfaat dan kebaikan untuk ummat. Di kelas ini kami belajar ilmu agama lebih mendalam, di antara Hadits kami belajar bersama Kiai dan Guru Al Mukarrom Shohibul Fadhilah KH Dr. Ghozi Mubarok Idris, MA, kami belajar tasawwuf bersama Kiai dan Guru Al Mukarrom Shohibul Fadhilah KH. Dr. Achmad Fauzi Tidjani, MA dan kiai/guru lainnya rahmatullah ‘alaikum wanafa’ana bihi wa’ulumihi fiddaraini amien.

Di antara kenangan bersama santri di IDIA Prenduan adalah belajar bersama, diskusi kekinian, politik, ekonomi dan keadaan generasi muda yang semakin memperihatinkan. Dengan begini kami memiliki azam untuk menjadi agen perubahan besar yang bisa membawa maslahat bagi masyarat dan pemuda supaya bisa memahami agama Islam dengan baik dan kaffah. Kenangan yang tidak lupa sampai hari ini pada saat yang sama nyantri di MTA dan di IDIA kami pun menjadi kandidat presiden mahasiswa dan kami dicalonkan dari program plus. Min qodarillah kami pun terpilih sebagai pemangku amanah presiden mahasiswa di IDIA Prenduan. Ilmu, pengalaman dan kenagan di IDIA pun kami rasakan sekarang setelah terjun di tengah-tengah masyarakat dan tentu kami masih tetap berstatus sebagai santri tulen yang butuh nasehat dari kiai dan guru tercinta.

Menjadi suatu kebanggaan besar bagi kami, bisa menjadi alumni Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan dan bisa merasakan asahan, asuhan dan asihan Kiai dan guru tercinta. Terimakasih ya Allah dan terimasih pula kepada pondok tercinta yang telah banyak mengajari kami untuk berjasa, berkembang dan mandiri.

Sungguh besar jasa para kiai, guru dan semua keluarga besar pesantren yang telah banyak memberikan pelajaran hidup dalam bermu’amalah, baik dalam bermu’amalah dengan Allah, bermu’amalah dengan diri sendiri, bermu’amalah dengan sesama manusia dan bermu’amalah dengan lingkungan hidup di sekitar kita. Kami sebagai alumni sangat bangga memiliki Kiai, Guru dan lembaga yang terus berkhidmat untuk Islam dan kaum Muslimin dengan mencetak alumninya sebagai khoiro ummah dan mundzirul qaum yang terus hadir di tengah-tengah ummat untuk menjunjung tinggi nilai-nilai ‘izzil Islam wal Muslimien.

Semoga para kiai, nyai, ustadz dan ustadzah Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan selalu dalam lindungan Allah, diberikan kesehatan, keistiqamahan, umur yang barokah dan rizki yang halal dan thoyyib serta diberikan kemudahan dalam setiap urusannya. Amien ……

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.