وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Firman Allah di atas perlu direnungkan dan diperhatian setiap orang tua. Pada ayat ini, dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan anak-anak yang lemah adalah anak-anak yang lemah ilmunya, lemah fisiknya, lemah keterampilannya, lemah ekonominya, lemah akhlaknya dan lebih parah lagi adalah lemah imannya. Maka akibat dari kelemahan ini dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari begitu maraknya kriminalitas, kezaliman dan bermacam kemaksiatan, semuanya itu karena lemahnya anak-anak kita. Hal ini yang membuat orang tua khawatir dan takut akan hal-hal tersebut terjadi pada anak-anaknya. Namun di akhir ayat tersebut, juga ada anjuran yang ditekankan dan harus diperhatikan dengan mendalam yaitu bertaqwa kepada Allah dan berkata benar (jujur), dua hal ini bisa menjadi fokus orang tua dalam Pendidikan anak-anaknya menjadi generasi tangguh nan jujur yang berpegang teguh kepada pengamalan aqidah, syari’at dan akhlak.
Dalam hal ini, peran keluarga, khususnya orang tua sangat penting untuk mewujudkan generasi cerdas, mandiri sekaligus berkualitas, karena keluarga ialah sekolah pertama yang dihadapi anak-anak sejak lahir, peran tersebut ialah menanamkan keimanan, ketaqwaan dan kejujuran yang kokoh sebagai dasar untuk menjalani kehidupan, lalu mengantarkan dan mendampinginya dalam meraih dan mengamalkan ilmunya yang sesuai syariat Islam.
Keluarga merupakan wahana persemaian nilai-nilai budaya bangsa dan norma agama yang sangat efektif untuk membangun kepribadian anak. Maka diperlukan usaha keras dari orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anaknya. Sesibuk apa pun orang tua tetap harus menyempatkan diri mendidik anaknya. Ya, anak tidak seharusnya berada di luar kontrol orang tuanya. Yang terpenting, memberikan perhatian pendidikan kepada anak hendaknya tidak dikalahkan oleh kepentingan memberikannya materi. Sehingga tumbuh dalam diri anak kesadaran akan pentingnya peran orang tua dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka dalam kehidupannya, yang mana orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk masa depan anaknya.
Rasulullah SAW banyak mengajarkan tuntunan kepada orang tua dalam mendidik anak-anaknya dengan baik, salah satunya adalah hadits Rasulullah SAW yang menyuruh orang tua mendidik anaknya terkait tiga hal yang bisa menunjang penanaman nilai iman taqwa yang kokoh dalam diri anak, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh As-Suyutidari Ali bin Abi Thalib RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Didiklah anak-anakmu atas tiga hal; mencintai Nabimu, mencintai ahli baitnya dan membaca Al-Quran. Bahwasanya orang-orang yang mengamalkan Al-Quran nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari ketika tiada naungan kecuali dari-Nya bersama para nabi-Nya dan orang-orang yang suci”.
Mungkin pesan ini nampak sederhana, namun bisa jadi pengaruhnya sangat besar dalam diri anak, dalam hadits ini pertama: Mencintai Nabi, seseorang yang benar-benar mencintai akan selalu mengikuti dan tunduk terhadap orang yang dicintainya. Menjadikan Nabi sebagai idola dan panutan dengan karakter jujur amanahnya dan semua sifatnya baik perkataan atau pun perbuatan dalam kehidupannya. Kedua: Mencintai keluarga Nabi, Keluarga Nabi ada yang Qorib; dekat yaitu: istrinya, putra putrinya dan dzurriyyahnya. Ada pula keluarga yang jauh, yaitu: seluruh orang mukmin. Jika hal ini tertanam di dalam hati setiap mukmin tentu tidak akan ada permusuhan di antara mereka. Akhir-akhir ini ada seseorang membenci sesama mukmin hanya karena beda pilihan, ini tidak benar, sesama mukmin harus saling mencintai dan menyayangi. Ketiga: Membaca Al-Qur’an dengan sebenarnya, artinya adalah lisannya membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid, akalnya mencerna maknanya, hatinya merasakan inti sari kandungannya, membacanya, memahaminya, dan menerapkannya dengan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Mencintai dalam hadits di atas tidak hanya sekadar mengenal Nabi, keluarga Nabi dan Al-Quran. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah mengenal, memahami dan melaksanakan keteladanan dan pesan-pesan yang bersumber pada diri Rasulullah, keluarganya, dan Al-Quran. Mendidik anak atas tiga hal di atas sangat penting, terutama menanamkan dalam diri anak sifat jujur dan Amanah dalam tindakan ataupun tutur yang merupakan karakter Rasulullah sejak kecil dan supaya selalu menjadikannya uswah hasanah bagi anak, yang mana pada saat ini tidak selalu mudah dan banyak tantangannya. Apalagi pada zaman gadget seperti ini. Anak-anak Indonesia, bahkan balita sudah sibuk memegang HP dan menjadikannya sebagai idola dalam hidupnya. Kalau orang tua tidak melakukan kontrol secara ketat, maka bisa berdampak negatif pada diri anak.
Maka dari itu, marilah kita sebagai orang tua untuk selalu berusaha memberikan anak contoh yang baik dalam mendidik mereka dengan pengamalan nilai-nilai akidah, syari’at dan akhlak yang baik dan kokoh, sehingga mereka terhindar dari segala macam perbuatan ataupun perkataan sesat dan menyesatkan yang menghalalkan segala cara yang bisa menggiring kepada sebuah perilaku yang menghilangkan budaya jujur dan amanah, rasa malu dan lain-lain, serta tidak menjadi generasi yang jauh dari pendidikan agama islam dan menyia-nyiakan sholat serta selalu mengikuti hawa nafsu belaka, Na’udzubillah. seperti gambaran firman Allah SWT. dalam Al-Quran:
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
Artinya: “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawanafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan” (QS. Maryam: 59).
Wallaahu A’lam ….