Al-Amien Prenduan, TMI- Bedah karya cerpen menjadi salah satu rentetan acara TMI Menulis tahun ini, acara yang diselenggarakan pada hari selasa (15/02) dihadiri oleh salah satu penulis muda yaitu Royyan Julian yang berasal dari komunitas Civitas Kotheka, salah satu komunitas yang bergerak dalam bidang seni budaya dan literasi di Pamekasan.
Kehadiran Royyan Julian dalam acara bedah karya cerpen santri bertujuan untuk mengulas tuntas karya-karya cerpen yang ditulis oleh beberapa santri, sehingga nantinya diharapkan akan ada perbaikan-perbaikan, baik dari segi kepenulisan isi dan sebagainya. Hal ini serupa dengan apa yang diungkapkan oleh Ust. Fathurrozi Nuril Furqon selaku penanggung jawab acara tersebut.
“Kita berharap, dengan kehadiran Mas Royyan Julian di tengah para santri, bisa menumbuhkan semangat kepada para santri untuk terus menulis, terutama kita harapkan dengan adanya bedah karya cerpen ini, santri bisa langsung tahu penilaian setiap karya mereka,” jelasnya.
Secara umum, Mas Royyan sebutan akrab penulis muda tersebut menyampaikan bahwa dalam menulis cerpen harus diimbangi dengan kemampuan untuk mengeksplorasi bahasa.
“Sebenarnya salah satu aspek penting dalam menulis cerpen yaitu kemampuan untuk eksplorasi bahasa, nah cerpen ini berbeda dengan artikel, cerpen ini karya sastra jadi bahasa nya harus bagus, jangan menulis seperti anda menulis karya non fiksi, jadi ekplorasi bahasa ini yang perlu dilakukan oleh setiap penulis karya sastra,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia memuji salah satu tulisan cerpen karya Muhammad Fauzi Ramadhan yang berjudul “Masjid di Desa Itu.” Mas Royyan menyampaikan bahwa cerpen Fauzi merupakan cerpen yang paling berpotensi menjadi cerpen yang menarik, selain itu masih terdapat beberapa catatan penting yang harus diperhatikan oleh penulisnya.
“Cerpen karya Fauzi ini sebenarnya cerpen yang juga paling berpotensi sebagai cerpen yang bagus, akan tetapi ada hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu masih terdapat peristiwa-peristiwa yang rancu dalam cerita tersebut, jadi cukup mengambil satu dua peristiwa yang kuat, dan untuk Fauzi saya sarankan agar membaca cerpen karya Oka Rusmini, agar Fauzi benar-benar kuat membangun suasana,” tegasnya.
Acara yang diselenggarakan di Gedung Marhalah Aliyah lantai II tersebut, juga dihadiri oleh Ust. Ach. Nurholis Majid yang merupakan salah satu alumni TMI tahun 2006 yang sekaligus merupakan guru aktif materi Bahasa Indonesia di Ma’had TMI Putra.
Sama halnya dengan Mas Royyan yang mengulas setiap karya cerpen, Ust. Ach. Nurholis Majid dalam acara tersebut, lebih fokus memberikan penilaian pada salah satu cerpen karya Muhammad Fauzi Ramadhan.
“Sebagai sebuah cerpen, saya berusaha dipikat oleh salah satu cerpen karya Muhammad Fauzi Ramadhan yang berjudul “Masjid di Desa itu,” cerpen ini yang membuat saya bertahan dari awal sampai akhir, di paragraf pertama pembaca sudah dibuat sedemikian rupa untuk merasa nyaman dengan cerpen tersebut,” ungkapnya.
Selain itu, Ust. Nurholis juga menyampaikan bahwa setiap penulis cerpen harus mempunyai kemampuan untuk melahirkan rasa penasaran dalam diri setiap pembaca.
“Maka penting bagi seorang tukang cerita, tentu yang paling sangat dibutuhkan adalah teknik menyampaikan cerita itu agar pembaca bisa merasa nyaman dan punya rasa penasaran atas cerita tersebut,” tambahnya.
Pingback: Launcing 22 Judul Buku Karya Santri Meriahkan Malam Apresiasi TMI Menulis | TMI Al-Amien Prenduan