Al-Amien Prenduan, TMI – Senin (25/11), secara serentak TMI melaksanakan Upacara Pembukaan Ujian Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) bagi santri/wati kelas akhir (Nihaie). Upacara dibuka oleh Pengasuh TMI, KH. Dr. Ghozi Mubarok, M.A., di Putra, sementara di Putri oleh Pimpinan dan Pengasuh Ponpes Al-Amien Prenduan, KH. Ahmad Fauzi Tidjani, Ph.D.
Baca Juga: TMI Lepas Keberangkatan Kafilah RTI 2024
Ujian kali ini bakal diikuti oleh 480 peserta, dengan rincian; 223 santri, 2 alumnus dan 255 santriwati. Ujian tahriri (lisan) berlangsung dari hari ini, hingga Senin (23/12). Lalu ujian syafahi (lisan) dimulai lima hari setelahnya, pada Kamis (28/12) hingga Sabtu (30/12).
Pelaksanaan EBTA tahun ini mengalami transformasi dari tahun sebelumnya. Tahun ini, setiap hari Selasa pelaksanaan EBTA bakal diliburkan untuk memberikan jeda belajar kepada santri/wati.
Kiai Ahmad dalam sambutannya mengingatkan agar para peserta EBTA meningkatkan kualitas ibadah dan belajar. Harapannya, mereka bisa menyeimbangkan antara usaha dan doa.
Beliau turut berpesan untuk tidak meremehkan ujian ini. “Jika kalian punya mimpi, maka ujian ini menjadi kesempatan besar sebagai salah satu usaha untuk meraihnya,” ujar Putra Alm. KH. Moh. Tidjani Djauhari itu.
Di tempat terpisah, Pengasuh TMI KH. Dr. Ghozi Mubarok, MA., menekankan pentingnya bersyukur. Menurut Beliau, sudah tidak banyak wejangan yang bisa diberikan terkait ujian, karena dengan sampai pada tahap ini, menunjukkan para peserta EBTA telah sangat berpengalaman menghadapi ujian.
Sebagai gantinya, Kiai Ghozi mengajak para peserta untuk bertanya pada diri sendiri di fase-fase terakhir mereka di pondok, “Nanti saya meninggalkan TMI, apa yang akan saya bawa?”. Ujian merupakan bagian dari fase-fase terakhir itu, karenanya menurut Beliau, harus dipersiapkan dengan baik.
Baca Juga: Gerakan Tanam 1000 Pohon, TMI Menuju Green Pesantren
Putra sulung Alm. KH. Muhamamd Idris Jauhari itu menyinggung, bahwa untuk ujian terakhir ini, hendaknya santri tidak lagi hanya terpaku pada ungkapan; al-imtihaanu lit-ta’allum. “Untuk santri Nihaie, levelnya bukan hanya berhenti sampai di situ. Antum mestinya belajar dari falsafah itu, mana alat, mana tujuan,” jelas Beliau. Menurutnya, ujian adalah alat, dan belajar adalah tujuan. (Zeal)