
Tahun baru Hijriyah merupakan peristiwa bersejarah yang bermula pada sekitar tahun 622 Masehi, ketika Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya berpindah dari kota Makkah ke kota Madinah. Perpindahan ini terjadi karena ajaran agama Islam yang menekankan keesaan Allah SWT ditentang keras oleh masyarakat suku Quraisy yang sangat bergantung pada penyembahan berhala.
Hal ini menimbulkan kemarahan suku Quraisy, sehingga penindasan dan penyiksaan terus dilakukan terhadap pengikut Rasulullah SAW, termasuk terhadap keluarga Rasulullah SAW. Dalam upaya mencari tempat yang lebih aman untuk mengembangkan ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW mengirim beberapa pengikutnya ke Habasyah -sekarang Ethiopia- pada tahun (615 M). Namun, ini hanyalah solusi sementara. Karena saat itu Raja Negus (Najasyi) yang berkuasa di negeri itu dikenal sebagai orang yang adil, lapang hati, dan suka menerima tamu.
Pada tahun 622 Masehi, Nabi Muhammad SAW menerima undangan dari beberapa suku di Yathrib (kemudian dikenal sebagai Madinah) untuk pindah ke kota mereka. Mereka menjanjikan perlindungan dan dukungan bagi umat Muslim. Suku-suku di Yathrib berharap bahwa Nabi Muhammad SAW bisa menjadi penengah yang bijaksana dalam konflik antar-suku yang mereka alami. Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah menjadi peristiwa penting yang menandai awal dari kalender Hijriyah.
Kata hijrah (هِجْرَةٌ) berasal dari akar kata hajara (هَجَرَ) yang berarti berpindah (tempat, keadaan, atau sifat). Jika hijriyah merupakan sejarah berpindahnya Nabi Muhammad dari Kota Makkah ke Madinah, dari belenggu kepada kebebasan, hal ini juga seharusnya menjadi momen berpindahnya kita dari hal yang negative kepada hal yang positif. Tidak hanya berarti perpindahan fisik (Tempat), tetapi juga menjadi titik balik di mana kita berpindah dari litle goals ke big goals, dari target yang kecil kepada target yang lebih besar.
Hal ini tentunya membutuhkan gerakan perubahan dari masing-masing kita. Merubah sikap, sifat dan kebiasaan, from bad habit to good habits for good carachter. Kebiasan yang buruk hari ini dan kemarin, mulai kita ubah ke arah yang lebih baik untuk hari esok.
Kita yang sebelumnya sering menunda pekerjaan, kemudian berubah mengatur waktu dengan baik. Tentu akan berdampak pada meningkatnya produktivitas dan tanggung jawab kita. Kita yang sebelumnya tidur pagi hari, kemudian menghilangkan kebiasaan itu dampaknya akan meningkatkan energi kita sepanjang hari. Kita yang banyak menghabiskan waktu di media sosial, kemmudian dirubah dengan membaca buku atau belajar keterampilan baru, tentu akan berdampak pada meningkatnya kualitas pengetahuan dan keterampulan kita.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)
Ini merupakan ajakan untuk memperhatikan apa yang diperbuat untuk hari esok (akhirat), dengan melakukan introspeksi dan perubahan kebiasaan, sehingga setiap tindakan kita membantu kita mempersiapkan diri untuk hari esok.
Artinya, paling tidak pergantian tahun hijriyah menjadi ajang kita semua sebagai umat Islam untuk melakukan hijrah (perpindahan), perubahan dan muhasabah dari masa lalu kepada masa kini dan masa yang akan datang ke arah yang lebih baik lagi. Sehingga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi.
Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda:
من كان يومه خيرا من امسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل امسه فهو مغبون. ومن كا يومه شرا من امسه فهو ملعون.( رواه الحاكم)
Artinya: “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, (dan) barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan bahkan, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka.” (HR Al Hakim).
Mereka yang selalu berusaha meningkatkan kualitas dirinya setiap harinya. Baik dalam hal ibadah, akhlak, ilmu pengetahuan, maupun tindakan sehari-hari. Terus-menerus mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kesalehan serta kualitas hidup mereka. Merekalah yang disebut golongan orang-orang yang beruntung.
Mereka yang tidak mengalami perubahan atau peningkatan dari hari ke hari. Hal ini karena waktu yang diberikan oleh Allah untuk memperbaiki diri tidak dimanfaatkan dengan baik. Yang mana seharusnya, setiap hari adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik, dan ketika seseorang tidak memanfaatkannya, dia kehilangan peluang untuk meraih keberuntungan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Merekalah orang-orang dari golongan yang merugi.
Mereka yang mengalami kemunduran setiap harinya, mereka tidak hanya menyia-nyiakan waktu, tetapi juga memperburuk kondisi dirinya. Mereka semakin jauh dari tujuan hidupnya, yaitu mencapai ridha Allah dan kebahagiaan di akhirat. Merekalah termasuk orang-orang dari golongan yang celaka
Selebihnya adalah memilih, golongan mana yang ingin kita masuki?
Pergantian tahun ini yang seharusnya menjadi momentum kita melakukan perubahan positif dan menghindari kemunduran. Dengan begitu, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik setiap hari dan terhindar dari kerugian serta kecelakaan dalam kehidupan dunia dan akhirat.