Amanah Pangkal Jannah

Amanah merupakan salah satu dari empat sifat Nabi Muhammad (Siddiq, Amanah, Tabligh, Fathonah). Dengan kita mengamalkan amanah dari setiap tugas dan tanggung jawab, maka secara tidak langsung kita mengamalkan sunnah nabi Muhammad, karena pada dasarnya sunnah adalah segalah sesuatu yang di nukilkan dari Nabi Muhammad, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun berupa takrir, sifat, dan perjalanan hidup baik sebelum maupun sesudah menjadi Nabi. Amanah merupakan sunnah sedangkan sunnah adalah pahala yang kelak akan membawa kita menuju surga.

Amanah sendiri menjadi salah satu indikator keimanan seorang manusia. Orang yang beriman akan selalu berupaya menjaga amanah dengan sebaik-baiknya. Dalam sabda Rasulullah SAW juga dijelaskan:

لاَ إِيمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَةَ لَهُ وَلاَ دِينَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَهُ 

Artinya: “Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama orang yang tidak menunaikan janji.”(HR. Ahmad).

 Kadang bagi seseorang amanah merupakan tanggung jawab yang sangat berat, melelahkan, dan bahkan seseorang yang amanah malah di benci. Memang benar perbuatan-perbuatan yang berbau surga itu kurang menyenagkan berbeda dengan perbuatan-perbuatan maksiat yang membawa kita ke neraka.

Orang-orang yang tidak amanah merupakan salah satu dari tiga tanda-tanda orang munafik.

(wa idaa’tumina khoona). Jika seseorang itu diberi amanah ia menghianati, dan telah termaktub ayat-ayat bagi orang munafik dalam Al-Qur’an:

“Allah menjanjikan (mengancam) orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah (neraka) itu bagi mereka. Allah melaknat mereka; dan mereka mendapat azab yang kekal.” (Qs. At-Taubah: 68).

Di lain itu apabila kita berusaha melakukan amanah, akan melatih kepribadian yang bertanggung jawab yang nantinya akan menjadikan kita sosok yang hebat dan bertauladan.