DALAM SEBULAN 

Madura
Bandar pencuri peti mati
Lemari baju merah ayah
Yang tak sengaja kuliuri.
Di ambang gerbang keguguran kartini
Pening menebas bening
Dalam musim yang meremang sampai padam
Aku, bawahan budak-budak tuhan
Mengenang jenuh alam
Dalam kemarau yang seketika hujan
Bahwa ayahku tak mati ditebang
Hanya saja mereka
Tak henti-henti bermateri
Tentang dalih dendam
Yang berpendar dalam paham 1001 malam

KOTA HASTA 

Kaligrafi  yang keluar dari kategori seni
Adalah sesuatu yang saat ini sangant ku teliti
Apalagi tentang hari-hari
Yang penuh jerebu dalam malam apresiasi
Bulir-bulir tinta yang mengalir dari samudra
Adalah serdadu yang jarang ku penjara
Haruskah mereka ku lepas?
Mengupas letak bumi madura
Di mata khayalanmu anak muda.

Oi…
Lihatlah kesana
Lihat di bujur sebelah timur
Hasta karya yang bermula dari aksara
Tanpa sadarkau tampar diatas cendana sejuta guna.

 

Kontak Terakhir

Pada kontak terakhir malam sabtu
Aku menanam biji rambutan yang hilang
Dari malam ke enam selepas kelahiran ratu di hutan
Haruskah kuselami tiga macam lautan
Mencari angka-angka biografi
Di antara semua upeti dan puisi yang kau curi.
Cobalah belajar memutar jarum jam
Lalu masuki ruang kosong di samping perpustakaan
Kulitnya memang kulit jeruk pula
Sebab memang beginilah indonesia
Dari sepilihan daun ganja
Butiran bulu –bulu domba
Dan tinta hitam pinggiran kaligrafi
Adalah imajinasi remaja remaja tingkat pandega.

Moh. Ghozi Al-Fatih, santri TMI Al-Amien Prenduan asal Sumenep, serta anggota SSA (Sanggar Sastra Al-Amien). Puisi-puisi ini sebelumnya telah dimuat di PCNU Sumenep pada tanggal 14 Agustus 2022 M.

One thought on “Puisi-Puisi Moh. Ghozi Al-Fatih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.