“Apapun profesi mu, upayakan masih tetap bisa mengajar meskipun hanya satu jam dalam seminggu”, pesan alm. KH. Moh Idris Djauhari yang disampaikan ketika audiensi di depan kediaman beliau bersama kami alumni TMI tahun 2005 saat itu. Kutipan tersebut bermakna; sesibuk apapun kita dalam aktivitas sehari-hari, kita harus meng-istiqomahkan mengajar meskipun hanya sebentar, karena kita adalah alumni Tarbiyatul Mu’allimien Al-Islamiyah. Tarbiyah berakar dari kata rabba yurabbi, artinya mendidik. Mendidik memiliki sekup yang sangat luas. Mengajar merupakan bagian dari mendidik, dimana tidak harus berpakain resmi – bersepatu, tidak mesti dilaksanakan di pagi hari, tidak juga harus di kelas. Mengajar mengajarkan kepada kita pentingnya mengamalkan ilmu yang kita peroleh selama ini.
Maka siapapun yang mengajar dan mengamalkan ilmu maka ia masuk dalam predikat guru. Sebagai seorang guru di lingkungan Tarbiyatul Mu’allimien al-Islamiyah tentu kita diharapkan untuk mempunyai banyak kemampuan yang tidak hanya terfokus pada tugas mengajar saja, namun juga dalam memanej kegiatan dan aktivitas di dalam pondok. Guru yang mampu menjadi uswah hasanah – teladan yang baik, karena ia adalah figur yang digugu dan ditiru baik dari segi penampilan fisik atau kejiwaannya.
Terlebih dalam proses pembelajaran, seorang guru harus tampil sempurna di depan anak didiknya, dan memiliki persiapan yang matang untuk melaksanakan proses pembelajaran. karena suksesnya pembelajaran ditentukan oleh kesiapan guru baik dari segi materi, metode dan mental. Tentu Hal ini membawa ingatan kita saat nyantri dulu, ada guru yang kita idolakan karena bagus metode mengajarnya, atau karena mumpuni wawasan keilmuannya, atau karena kemampuannya dalam penguasaan bahasa asing dan lain sebagainya. Dan ketika kita sudah meng-idolakan seorang guru, paling tidak pasti ada dari apa yang ia kerjakan tersebut kita tiru.
Guru juga merupakan salah satu unsur pendidikan yang paling penting, seandainya materi ajar belum ada, sarana prasarana sekolah tidak ada, maka proses pendidikan akan tetap terlaksana jika ada guru. Guru di TMI sebagaimana saya sebut di atas adalah guru yang multi talent, kenapa demikian; karena ia berperan sebagai perencana dan pelaksana program pembelajaran sekaligus mengevaluasi kegiatan belajar. Jadi berjalan tidaknya sebuah program pembelajaran, ditentukan oleh kualitas kepribadian dan keilmuan seorang guru. Jika seorang guru mempunyai kepribadian yang matang, arif dan bijaksana, uswahnya bagus, bisa menjadi fasilitator, motivator, dan memiliki kemampuan dalam hal bimbingan dan pengajaran, maka program pendidikan akan berjalan dengan efektif dan maksimal.
Dalam khazanah pemikiran islam, guru mengandung tiga arti; muʻallim, mu’addib dan murabbĭ. Sebagai muʻallim, guru adalah orang yang mentransfer ilmu kepada peserta didik. Sebagai mu’addib, guru adalah seorang yang mengajarkan akhlak yang mulia kepada peserta didik sedangkan sebagai murabbĭ, guru adalah seorang yang mentransfer ilmu, mendidik akhlak dan kepribadian peserta didik serta selalu memperhatikan perkembangan dan tingkah laku peserta didik dalam proses pendidikan dan pengajaran. Saya setuju memaknai guru di TMI ini sebagai murabbĭ, karena ia tidak hanya sekedar mengajarkan ilmu dan akhlak, akan tetapi mendidik peserta didik menjadi insān kāmil sehingga bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri, agama, nusa dan bangsa. Khairu an-nās ahsanuhum khuluqan wa anfa´uhum li an-nās.
Karena begitu urgennya kedudukan seorang guru, Allah mengutus Nabi Muhammad untuk mengajari umat manusia. Rasulullah saw., bersabda: Innamā bu’itstu mu’alliman mubasysyiran wa bu’itstu rahmatan wa mahdātan. “Sesungguhanya saya diutus hanya untuk menjadi seorang guru, pemberi kabar gembira dan saya juga diutus untuk memberi rahmat dan petunjuk”. Abdullah ibnu Umar juga berkata: “Sesungguhnya Allah mengutus Nabi Muhammad kepada kita untuk mengajari kita tentang segala hal yang belum diketahui, dan kita mengerjakan apa yang ia kerjakan”. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam mentransfer ilmu dan pengetahuan serta menjadi tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia, terlebih kepada peserta didik di lembaga pendidikan.
Jika kita perhatikan proses pembelajaran di lembaga pendidikan, setidaknya menurut Abdul Majid, Guru memiliki tiga peran; sebagai perencana, pelaksana dan pengevaluasi program pembelajaran.
Pertama; sebagai perencana. Ada enam langkah yang bisa dilakukan oleh seorang guru dalam merencanakan pembelajaran, yaitu: Pertama, mendiagnosa kebutuhan peserta didik, artinya kita harus mengetahui karakter mereka, meliputi bakat, minat, kebutuhan dan kemampuan peserta didik. kemudian menentukan bahan pelajaran yang akan diajarkan, sesuai dengan kebutuhan mereka. kedua, memilih isi dan menentukan sasaran, artinya guru memilih judul materi yang akan diajarkan dengan harapan mereka bisa mempelajari materi tersebut dengan baik, dengan mempertimbangkan perbedaan individu (furūq fardiyyah) ketika proses pembelajaran. Ketiga, mengidentifikasi teknik-teknik pembelajaran, artinya guru harus mengetahui dan menguasai metode-metode pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga mampu mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dengan baik dan peserta didik mampu menguasai materi dengan cepat. Keempat, merencanakan aktivitas yaitu merumuskan materi yang akan diajarkan dan merencanakan pembelajaran dengan cara guru mengorganisasi materi ajar, peserta didik dan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran serta menulis perencanaan tersebut dalam sebuah buku, sehingga bisa digunakan untuk proses mengajar. Kelima, memberikan motivasi dan implementasi program, dalam hal ini guru memotivasi peserta didik dengan cara memberikan nasehat atau berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang memotivasi mereka, selain itu guru menetapkan transisi antara satu bagian dari pelajaran yang diberikan pada hari itu ke pelajaran pada hari-hari berikutnya. Keenam, merencanakan evaluasi, yaitu dengan mengadakan tes dan penyesuaian tentang penampilan peserta didik secara individual.
Kedua, Guru sebagai pelaksana; Dalam proses pembelajaran, selain guru menyiapkan materi ajar dengan baik, harus didukung dengan strategi pembelajaran yang mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan efektif. Dan untuk mencapai itu semua dapat ditempuh dengan tiga langkah, yaitu pengelolaan peserta didik, pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Pertama, pengelolaan peserta didik. Dalam proses pembelajaran guru harus mengetahui karakter dari masing-masing peserta didik, karena setiap peserta didik pasti memiliki perbedaan, baik dari segi keilmuan maupun bakat yang mereka miliki. Di dalam kelas pasti ada yang pintar, sedang-sedang, bahkan ada yang tidak tahu. Tugas guru adalah mengatur sedemikian rupa, kapan anak belajar secara individu, berpasangan, berkelompok dan kapan belajar klasikal. Jika berkelompok, kapan mereka dikelompokkan berdasarkan kemampuan, sehingga yang pintar bisa membantu yang lemah dan tidak tahu. Dengan demikian proses pembelajaran akan bisa berjalan dengan baik, peserta didik akan aktif dan pada akhirnya bisa menghasilkan pembelajaran efektif. Kedua, pengelolaan pembelajaran.
Dalam mengelola pembelajaran agar bisa efektif dan bermakna, setidaknya guru harus melalui tiga langkah berikut: pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Dalam hal pendekatan, bisa dilakukan dengan pendekatan keimanan, pengamalan, pembiasaan, rasional, emosional, fungsional, dan keteladanan. Dalam hal metode, guru harus bisa menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang bisa mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. berikut ini adalah macam-macam metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran diantaranya: metode ceramah, metode tanya jawab, metode tulisan, metode diskusi, metode pemecahan masalah, metode kisah, metode perumpamaan, metode pemahaman dan penalaran, metode praktek, metode kerja sama dan lain-lain. Dalam penerapan metode di atas harus disesuaikan dengan kondisi dan karakter peserta didik, sehingga metode yang digunakan tepat sasaran dan mampu memahamkan peserta didik akan materi ajar. Seorang guru yang menguasai banyak metode pembelajaran, akan mampu mengajar dengan metode yang bervariasi sesuai dengan kondisi peserta didik dalam kelas. Penggunaan metode mengajar di pagi hari yang cerah dan sejuk tentunya beda dengan metode mengajar di siang hari yang panas dan melelahkan. Begitu juga sebaliknya, jika guru tidak menguasai berbagai macam metode mengajar, maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik dan lancar, pembelajaran bersifat monoton dan membosankan bagi peserta didik, sehingga berimbas pada tidak tercapainya tujuan dari kurikulum yang sudah direncanakan. Dalam hal teknik, guru harus bisa mengolah metode yang ia kuasai menjadi sebuah teknik pembelajaran. Teknik pembelajaran setidaknya harus berorientasi pada pengembangan kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mengembangkan aspek kognitif bisa ditempuh dengan teknik pembelajaran sorogan pada saat belajar atau menghafal al-Qur’an seperti halnya yang diterapkan di pondok tradisional. Untuk mengembangkan aspek psikomotorik bisa ditempuh dengan teknik pembelajaran praktek, berlatih dan sebagainya. Dan untuk mengembangkan aspek afektif bisa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan teknik doktrin, yaitu dengan mendoktrin dan menanamkan nilai-nilai dan ajaran agama kepada peserta didik sehingga mereka mau menerima ajaran tersebut tanpa adanya kebimbangan lagi dalam diri mereka akan kebenarannya. Ketiga, pengelolaan kelas. Dalam hal ini guru harus bisa menciptakan iklim belajar yang kondusif, sehingga dapat memberikan daya tarik kepada peserta didik untuk belajar dengan tekun dan semangat. Dan untuk mewujudkan itu semua perlu didukung oleh ruang belajar yang memadai, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk ke materi yang akan dipelajari, membina suasana dalam pembelajaran. Selain itu bisa juga didukung dengan sarana perpustakaan, laboratorium, penampilan dan sikap guru ketika mengajar, terciptanya hubungan yang baik antara guru dan peserta didik serta adanya keharmonisan antar peserta didik dengan peserta didik yang lain serta pengaturan materi ajar yang disesuaikan dengan perkembangan mereka.
Ketiga, Guru sebagai pengevaluasi. Dalam proses evaluasi, guru bertugas melakukan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik, yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Sehingga bisa menjadi informasi yang penting dalam mengambil keputusan. Dalam melakukan penilaian terhadap para peserta didik, harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal itu bisa dicapai dengan menggunakan berbagai macam instrumen penilaian. Adapun tujuan dari penilaian adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang telah dilaksanakan, dikembangkan dan ditanamkan di sekolah serta untuk mengetahui sejauh mana peserta didik mampu menghayati dan mengamalkan ilmu mereka dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu penilaian juga bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan seorang guru dalam proses pembelajaran sebagai tindak lanjut untuk merencanakan dan menyusun proses pembelajaran berikutnya.
Semoga kita sebagai seorang pendidik bisa menjalankan amanah dengan baik dan istiqomah, memiliki ruh jihad dan disiplin yang tinggi serta ikhlas dalam melaksanakan semua prugram pendidikan, sehingga mampu memberikan kontribusi maksimal terhadap lembaga pendidikan.