“Anak-anakku sekalian kelas lima, apa yang kamu hadapi ini (tugas kepemimpinan), pasti akan banyak yang tidak sesuai dengan hati kamu. Tolong jadikan itu sebagai media latihan; bagaimana kamu bisa melunakkan hati kamu, dan bagaimana bisa menampakkan sikap dan perilaku kamu, dengan rahmat dan penuh kasih sayang kepada adik-adik kamu.” –KH. Moh. Zainullah Rois, Lc.

Auditorium, TMI – Senin (02/12), serentetan acara MUSTA 2019 sudah mencapai garis tuntas. Pada puncak acara MUSTA 2019 itu telah digelar serangkaian acara timbang terima jabatan kepengurusan antara pengurus lama (Masa Khidmah: 1440-1441 H.) dengan kepengurusan yang baru (Masa Khidmah: 1441-1442 H.), yang disaksikan langsung oleh seluruh santri dan jajaran Mudir-mudir TMI, juga asatidz.

Pengasuh Ma’had TMI yang turut diundang dalam acara yang dimulai sejak pukul 07.00 WIB itu, menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh anggota kepengurusan Organtri ISMI lama, atas segala bentuk khidmah dan baktinya, terutama dalam rangka melanjutkan misi TMI dalam rangka mencetak kader khoiru ummah.

“Pertama saya ucapkan terima kasih, kepada anak-anakku santri kelas enam, yang telah melaksanakan amanah selama kurang lebih satu tahun, sampai tuntas. Semoga amal ibadah antum semuanya diterima di sisi Allah SWT. Semoga pengalaman kamu ini, bisa membantu kamu di masa-masa akan datang.” tutur beliau, disambut ucapan “aamiin” oleh hadirin.

Bersamaan dengan rasa terima kasih, beliau turut mengucapkan selamat atas menjabatnya pengurus baru, yang malam senin (01/12) lalu telah dilantik langsung oleh Pimpinan dan Pengasuh Pondok, Dr. KH. Ahmad Fauzi Tidjani, MA., dengan harapan, agar ke depan organisasi bisa berkembang lebih baik. “Kami pasrahkan kepada kamu semua, silahkan kerjakan dengan sebaik-baiknya,” ujar beliau kemudian.

Harapan KH. Moh. Zainullah Rois, Lc. selaku Pengasuh Ma’had TMI, setelah diterimanya tugas kepengurusan organtri ini, agar seluruh anggota kelas 5 bisa menjalankan segala bentuk tugas sebaik mungkin, dengan terlebih dahulu memperbaiki diri masing-masing pengurus. Hal ini bertujuan, agar seluruh santri bisa menjalankan apa yang para pengurus instruksikan dengan melihat (uswah) dari dalam diri pengurus itu sendiri. “Jadi semua santri bisa menjalankan instruksi dari kamu dengan baik, karena mereka sendiri telah melihat kebaikan dalam dirimu (uswah). Ashlih nafsaka yashluh lakan-naas. Nah, ini yang harus kamu miliki.” ujar beliau sambil mengarahkan perhatiannya ke arah barisan kelas 5.

Di samping harapan itu, beliau juga memberikan tiga tips yang bisa dijadikan jalan untuk mencapai tingkat pribadi yang baik tersebut, sekaligus sebagai modal utama bagi seorang pemimpin sebuah organisasi.

“Kemudian apa saja yang harus kamu perbaiki, dalam hal ini sebagai pemimpin di bidangnya masing-masing?” tutur beliau.

Tips yang pertama ialah, li ta’diyati awaamiri-llaah; melaksanakan segala perintah Allah SWT. Ini bersifat mutlak, tidak ada tawar menawar. “Kamu harus melaksanakan. Bagaimana mungkin kamu melanggar atas kewajiban kepada Allah SWT. sedangkan (kamu) mau jadi pemimpin? Ini total, tidak bisa ditawar. Bisa-bisa kamu sendiri yang akan dikeluarkan (dari pondok) jika kamu melanggar (kewajiban ini).”

Dan yang kedua adalah lijtinabi mahaarimillaah, yakni menjauhi segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT. Apapun yang dilarang oleh Allah, wajib dijauhi oleh seorang pemimpin.

Yang ketiga adalah fil-amri bil-ma’ruuf wan-nahyu anil-mungkar li-btighaai awaamirillah. “Semua yang baik-baik, apapun itu, kamu sebagai pemimpin harus paling depan (dalam menjalankannya). Dan apapun yang kamu perintahkan, kamu kerjakan, kamu instruksikan kepada para santri. Semuanya harus kamu lakukan atas dasar ini (amar ma’ruf). Yakni menyuruh kepada yang baik dengan cara yang baik (tanpa ada kekerasan). Jadi, ketika kamu menyuruh para santri, kamu sendiri harus baik dulu supaya santri menerima dengan ikhlas segala bentuk perintahmu.” jelas beliau.

Di akhir fatwa yang disampaikan, beliau sangat berharap agar pengurus baru organisasi di priode ini, bisa memanfaatkan kesempatan emas yang hanya berlaku selama satu tahun ini sebaik mungkin, dengan selalu melenturkan hati dan sikap ketika menghadapi perilaku para santri yang cukup kompleks. Beliau sangat berharap, agar penegakan disiplin di pondok tidak semena-mena tergantung pada sikap kekerasan. Semuanya harus diselesaikan berdasarkan sikap yang penuh rahmat dan kasih sayang.

“Anak-anakku sekalian kelas lima, apa yang kamu hadapi ini (tugas kepemimpinan), pasti akan banyak yang tidak sesuai dengan hati kamu. Tolong jadikan itu sebagai media latihan; bagaimana kamu bisa melunakkan hati kamu, dan bagaimana bisa menampakkan sikap dan perilaku kamu, dengan rahmat dan penuh kasih sayang kepada adik-adik kamu.” tutur beliau disambut perhatian penuh antusias oleh seluruh santri.

Pengasuh TMI menilai, bahwa di sinilah muara dari perjalanan setahun para pengurus dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Pendidikan yang sangat mahal dan sudah sejak lama diterapkan di TMI, yakni pendidikan kemasyarakatan. Pendidikan yang akan mengajarkan bagaimana seharusnya sikap seorang pemimpin dalam melayani dan mengahadapi masyarakatnya, dengan cara yang seharusnya. Yakni cara yang jelas dilegalkan oleh syari’at.

“Nah, dalam satu tahun ini kamu harus bisa memaksimalkan diri untuk mendapatkan nilai-nilai pendidikan itu.” ujar beliau menutup fatwanya, sebelum akhirnya acara yang sudah berjalan selama sepekan itu (MUSTA, Red) ditutup dan diakhiri dengan doa yang secara langsung beliau pimpin. (Az)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.