
Kita semua pasti pernah berada di persimpangan, bingung menentukan pilihan. Tak jarang, pilihan yang sebenarnya baik justru dihindari hanya karena bayang-bayang penilaian orang lain. Di lingkungan pesantren, keraguan semacam ini pun kerap muncul—terutama saat calon santriwati dihadapkan pada pilihan program pendidikan.
Setiap tahun, pendaftaran santriwati baru selalu dibuka. Namun entah mengapa, peminat program empat tahun kian berkurang. Setelah dilakukan observasi, terungkaplah alasan utamanya: karena jenjang SMA yang umumnya ditempuh selama tiga tahun, di pesantren berubah menjadi empat tahun. Para calon santriwati pun merasa khawatir—jangan-jangan, mereka akan tertinggal.
Padahal, jika direnungkan, bukankah menuntut ilmu justru adalah jalan untuk bertumbuh? Lalu, mengapa harus takut tertinggal?
Di pesantren kami, tersedia dua jalur pendidikan: program intensif selama empat tahun untuk lulusan SMP, dan program reguler selama enam tahun untuk lulusan SD. Secara tujuan, keduanya sama: membentuk santriwati yang beriman sempurna, berilmu luas, dan beramal sejati. Yang membedakan hanyalah lamanya masa belajar.
Meski begitu, masih banyak calon santriwati — bahkan wali mereka — yang ragu memilih jalur intensif. Ada yang mundur sebelum mulai, ada pula yang berhenti di tengah jalan. Mereka khawatir, bila ikut program empat tahun, akan tertinggal dari teman-teman seusia mereka, menjadi lebih tua saat lulus, dan merasa jalan hidupnya melambat.
Padahal, usia bukanlah penghalang dalam menuntut ilmu. Justru, dengan waktu belajar yang lebih panjang, kita diberi kesempatan untuk menyerap lebih banyak. Dalam tradisi Islam, menuntut ilmu adalah kewajiban sepanjang hayat. Al-Qur’an dan Hadis berulang kali menekankan pentingnya belajar dari buaian hingga liang lahat. Para ulama besar seperti Imam Syafi’i, Ibnu Hajar, hingga Imam Bukhari, terus menimba ilmu bahkan hingga usia senja.
Maka, sudah semestinya kita tidak lagi merasa rendah diri hanya karena jalur pendidikan yang ditempuh terlihat lebih lambat. Tidak semua yang cepat itu lebih baik, dan tidak semua yang lambat berarti tertinggal. Setiap orang punya waktunya sendiri untuk bertumbuh. Yang paling penting adalah terus berusaha dan istiqamah dalam belajar. Sebab sejatinya, yang paling berharga bukanlah siapa yang paling dulu selesai, melainkan siapa yang paling siap melangkah ketika waktunya tiba.