
16 September 2006 M. adalah detak waktu paling mendebarkan sekaligus menggetarkan bumi dan langit Jauhari, nama lain dari almamater tercinta Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Betapa tidak kami seangkatan yang menamakan diri sebagai Sunser_317 (Sunsavista 31 sebanyak 197 santri dan Sanvalery 17 sebanyak 156 santriwati) diwisuda menjadi alumni TMI Al-Amien.
Bahagia sekaligus sedih seolah saling berpandangan mata dan saling mengisi keakraban kami. Bahagia karena dengan begitu segala perjuangan kami terbayar dengan kelulusan. Sedih, karena setelah itu kami akan berpisah untuk menunaikan tugas yang sedang menanti.
Menjadi alumni yang serba menjadi penutup itulah nama lain dari generasi kami. Di akhir kami menjabat sebagai pengurus organisasi santri, kami meraih juara umum PORSENI dan PERSADA sebuah event istimewa yang berjalan secara turun-temurun.
Ketika wisudapun kami menjadi generasi penutup, tanda tangan yang tertera di ijazah dan hal ini yang takkan bisa dialami oleh generasi setelah kami. Tak hanya itu, bahkan tempat wisuda yang kami tempati adalah tempat penutup. Di mana kami (Sunsavista 31 dan Sanvalery 17) diwisuda di serambi depan Masjid yang menjadi Icon Pondok.
Al-Amien Prenduan dan Dua Senjata Andalannya
Berbicara tentang Al-Amien Prenduan tak bisa lepas dari dua senjata andalannya yakni KOMDAS (Kompetensi Dasar) dan KOMPIL (Kompetensi Pilihan), sebab yang diinginkan lembaga ini adalah keterampilan yang berimbang. Saking pedulinya dengan masa depan santri, paling tidak cara ini bisa digunakan untuk melacak tiap santri tentang hal apa saja yang paling menonjol. Apakah laku otak saja, atau laku sosial saja, atau laku otak dan laku sosial yang paling menonjol?
Jika laku otak yang paling menonjol maka persaingan intelektual yang sering terjadi, di mana yang banyak dilakukan adalah interaksi dengan yang berbau keilmuan yang lebih dominan untuk menampung, hal demikian dibuatlah kajian-kajian ataupun semacam komunitas. Jika laku sosial yang lebih dominan, biasanya keintelektualannya kurang menonjol, namun jika berada di lingkungan baru bisa lebih mudah beradaptasi. Jika laku otak dan laku sosial yang menonjol, bisa dipastikan yang berada di kawasan ini adalah orang yang pintar, namun bisa beradaptasi dengan mudah dengan lingkungan barunya.
Namun, yang unik di lembaga ini adalah semua masih merasa ketar-ketir perihal kelulusan baik yang sudah bisa memprediksi sebagai lulusan terbaik atau tidak. Karena lulusan terbaik saja tak menjamin lulus secara positif. Lantaran disebabkan aspek penilaiannya bertumpu pada beberapa kategori, yakni aspek nilai, aspek akhlak dan aspek nilai juga akhlak.
Lulusan dengan nilai terbaik saja bisa masuk kezona tidak aman, karena harus melalui proses penjaringan akhlak. Lulus dengan akhlak yang baik saja masih tidak terlalu aman, karena harus melewati aspek nilai. Yang pasti berada di zona aman yang memiliki nilai dan akhlak yang baik.
Apa saja yang mesti dilakukan bagi yang lulus bersyarat? Harus melewati pendidikan tiga bulan lamanya, belajar lagi dan didik lagi di lembaga lain yang sudah ditunjuk Pondok Pesantren Al-Amien sebagai tempat menggembleng calon guru tugas. Jika dalam karantina sudah dinyatakan lulus maka bisa ditempatkan di tempat pengabdian.
Berbicara perihal kelulusan. Ada yang menarik khususnya TMI harus melalui 18 program dan itu akan dialami dan dilalui semua santri, baik santri putra maupun putri. Hal yang paling mendebarkan dari sekian program adalah Khutbatul Wada’, yang lebih ekstrim dikenal sebagai khutbah pengakuan dosa. Di sesi inilah diceritakan segala apa yang dialami baik tentang pendidikan sebelum mondok maupun pendidikan saat di pondok. Cara penyampaiannya sangat keren karena disampaikan dalam Bahasa Arab.
Jika kebetulan membacakan di kawasan Kibar atau santri-santri senior, maka ragam respon yang akan diterima. Ada yang akan merasa terharu dan ada pula yang akan terpingkal-pingkal dengan kejadian yang dialami si pembaca khutbah. Kalau kebetulan bertugas membacakan di kawasan shighor sebutan bagi santri junior, maka tak akan ditemukan ekspresi yang asyik, kendati yang membacakan pernah bertugas atau menjabat sebagai Mahkamah.
Cuplikan kisah yang tak kalah menariknya adalah Mahkamah Syayyarah, istilah ini sangat populer di jaman kami. Jika terkena Mahkamah Syayyarah sudah bisa dipastikan akan cepat viral, karena yang mengadili langsung adalah Ustadz-ustadz senior. Mengenai istilah Mahkamah Syayyarah, biarlah istilah ini tetap menjadi istilah yang tak usah diketahui orang banyak, cukup yang pernah mengalaminya saja yang punya kisah paling puitis. Yang jelas istilah ini sangat populer di Al-Amien Prenduan.