“Ketertarikan saya untuk memahami konsep agama-agama Abrahamik tumbuh dalam dua momen penting. Pertama, ketika saya membeli buku ‘Yahudi, Tuhan, dan Sejarah’ (jika tidak salah, setebal 600 halaman). Kedua, ketika saya mempelajari mata pelajaran Perbandingan Agama (Maqarinatul Adyan) di kelas V TMI, sebuah ketertarikan yang terus berlanjut hingga kini. Sederhananya, Kekristenan dan Yudaisme bukanlah Agama Samawi yang diklaim sebagai ajaran dari wahyu Tuhan melainkan hasil interpretasi dan modifikasi oleh sekelompok orang.”

Agama Abrahamik sederhananya dipahami sebagai kelompok agama yang terdiri dari Islam, Kekristenan dan Yudaisme yang bersumber dari satu tokoh yang sama yaitu Ibrahim.[1] Konsep pengelompokan agama ini kalau tidak salah saya ketahui mulai sejak masih duduk dibangku SD yang kalau dipikir-pikir kembali justru dapat menimbulkan ‘kesalahpahaman yang fatal’.

Pernah suatu hari saya menanyakan kepada ayah saya soal pemahaman itu. Saya mengatakan apakah benar bahwa Kekristenan atau Agama Kristen lahir dari Nabi Isa ‘Alaihissalam dengan Injilnya. Yudaisme atau Agama Yahudi lahir dari Nabi Musa ‘Alaihissalam dengan Tauratnya dan Agama Islam lahir dari Rasulullah Muhammad ﷺ beserta kitabnya Al-Qur’an?. Kurang lebih begitu.

Ayah saya dengan tegas mengatakan bahwa semua Nabi dan Rasul Allah beragama Islam dan Umat Islam wajib mengimani kitab-kitab Allah sebagaimana didalam rukun iman yang sudah dipelajari. Ayah saya barangkali tahu bahwa pertanyaan saya ketika itu masuk kedalam ranah keimanan dan pertanyaan ‘anak esde’ itu akan terjawabkan dengan basis ilmu pengetahuan pada waktu yang tepat nanti.

Iman dan Ilmu adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Iman seorang muslim akan semakin kokoh bila ditopang oleh ilmu yang benar, pun ilmu seorang muslim akan membuatnya semakin terarah bila diiringi dengan iman yang mantap. Dengan keduanya seorang muslim dapat memahami dan mempraktikkan agama dengan sempurna[2]  

اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُۗ …۝١٩

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah ialah Islam…”

QS. Ali ‘Imran: 19.

Agama yang diakui Allah hanyalah agama Islam, agama tauhid, agama yang mengesakan Allah. Dia menerangkan bahwasanya agama yang sah di sisi Allah hanyalah Islam. Semua agama dan syariat yang dibawa nabi-nabi terdahulu intinya satu, ialah “Islam”, yaitu berserah diri kepada Allah Yang Maha Esa, menjunjung tinggi perintah-perintah-Nya dan berendah diri kepada-Nya, walaupun syariat-syariat itu berbeda di dalam beberapa kewajiban ibadah dan lain-lain.[3]

اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ…۝٣

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.”

QS. Al-Ma’idah: 3.

Ayat tersebut menjelaskan tentang sesuatu yang penting bagi Nabi Muhammad ﷺ dan bagi seluruh umat Islam, bahwa Allah telah menyempurnakan agama Islam dan telah mencukupkan nikmat-Nya, serta telah ridha agama Islam menjadi agama umat manusia. Setelah ayat ini dibacakan oleh Nabi, maka Umar menangis lalu Nabi bertanya apa yang menyebabkan ia menangis. Umar menjawab, “Sesuatu yang sudah sempurna tidak ada yang ditunggu lagi kecuali kurangnya.” Rasulullah membenarkan ucapan Umar itu (Riwayat Ibnu Jarīr dan Hārūn bin Antarah dari ayahnya ).[4]

Ketertarikan saya untuk memahami konsep agama-agama Abrahamik tumbuh dalam dua momen penting. Pertama, ketika saya membeli buku ‘Yahudi, Tuhan, dan Sejarah’ (jika tidak salah, setebal 600 halaman). Kedua, ketika saya mempelajari mata pelajaran Perbandingan Agama (Maqarinatul Adyan) di kelas V TMI, sebuah ketertarikan yang terus berlanjut hingga kini. Sederhananya dalam pemahaman Islam, Kekristenan dan Yudaisme bukanlah Agama Samawi yang diklaim sebagai ajaran dari wahyu Tuhan melainkan hasil interpretasi dan modifikasi oleh sekelompok orang.

Konsep agama-agama Abrahamik muncul berkat karya sarjana Prancis Louis Massignon yang berjudul Les trois prières d’Abraham, père de tous les croyants pada awal abad ke-20. Ia berupaya mempromosikan relasi yang baik antara Kristen dan Muslim. Pengalamannya menyaksikan konflik agama di wilayah kolonial Prancis dan pembentukan ‘negara israel’ mendorongnya untuk menulis tentang Abraham sebagai ‘bapa’ bagi ketiga agama Abrahamik.[5]

“Apakah benar Islam, Kristen, dan Yahudi berasal dari tokoh dan kitab yang berbeda-beda: Muhammad dengan Al-Qur’an, Isa dengan Injil, dan Musa dengan Taurat?”. Berdasar pada dua ayat Al-Qur’an diatas, pertanyaan ini wajib dijawab “Tidak” dengan penuh keimanan dan boleh dijawab “Ya, benar” hanya sebatas manifestasi toleransi dalam kehidupan beragama secara umum, mengingat adanya perbedaan mendasar antara Yudaisme dan Kekristenan. Baik dari sudut pandang Yahudi, Kristen, maupun kita umat Muslim: dalam hal teologi, liturgi, serta segi historinya.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ، حَدَّثَنَا فُلَيْحُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا هِلاَلُ بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عَمْرَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ “‏ أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَالأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى، وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ ‏”‏‏.‏ وَقَالَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم‏.‏

Diriwayatkan dari Abu Huraira: Rasulullah ﷺ bersabda, “Aku adalah orang yang paling dekat dengan Isa putra Maryam, baik di dunia ini maupun di akhirat. Para nabi adalah saudara seayah; ibu mereka berbeda, tetapi agama mereka satu.” Shahih al-Bukhari No. 3443.[6]

Seluruh nabi dan rasul Allah sejatinya menyampaikan risalah tauhid yang esensinya adalah Islam. Sementara itu, Kekristenan dan Yudaisme muncul sebagai agama yang terorganisir setelah masa kenabian Isa ‘Alaihissalam dan Musa ‘Alaihissalam, melalui interpretasi dan perkembangan ajaran oleh segelintir pengikut mereka yang keluar dari ajaran murni.

Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza merupakan seorang Nasrani (yang mengikuti ajaran Nabi Isa ‘Alaihissalam) sekaligus sepupu tertua dari jalur ayah Khadijah, istri Rasulullah Muhammad ﷺ.[7]

فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ يَا ابْنَ أَخِي مَاذَا تَرَى فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم خَبَرَ مَا رَأَى‏.‏ فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي نَزَّلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى صلى الله عليه وسلم يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا، لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ‏.‏ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏”‏ أَوَ مُخْرِجِيَّ هُمْ ‏”‏‏.‏ قَالَ نَعَمْ، لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلاَّ عُودِيَ، وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا‏.‏ ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّيَ وَفَتَرَ الْوَحْىُ‏.‏

Berdasarkan Hadits Shahih al-Bukhari No. 3[8], setelah Beliau menceritakan tentang pengalaman menerima wahyu di Gua Hira, Waraqah mengatakan bahwa yang Rasulullah lihat adalah an-Namus, yaitu malaikat Jibril yang juga datang kepada Nabi Musa. Waraqah juga menyatakan kesiapannya untuk mendukung beliau jika ia masih hidup pada masa itu. Dengan demikian Waraqah bin Naufal adalah seorang Muslim, Wallahu a’lam bish-shawab.

Nasrani jelas berbeda dengan Kristen yang mana ajarannya banyak dipengaruhi Filsafat Yunani[9]. Peran Paulus[10] dan Konsili-Konsili Gereja seperti, Konsili Nikea I dimana para uskup hampir tanpa terkecuali menyepakati bahwa Yesus (atau Isa) adalah satu dari tiga kepribadian Allah, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan jelas berfirman bahwa ia Tuhan yang Esa.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ ثَالِثُ ثَلٰثَةٍۘ وَمَا مِنْ اِلٰهٍ اِلَّآ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۗ وَاِنْ لَّمْ يَنْتَهُوْا عَمَّا يَقُوْلُوْنَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۝٧٣

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Sungguh, telah kufur orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada tuhan selain Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kufur di antara mereka akan ditimpa azab yang sangat pedih.” QS. Al-Ma’idah: 73[11]

Sama seperti Kekristenan, ajaran Yudaisme masa kini berbeda dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa ‘Alalihissalam. Perubahan-perubahan yang membentuk Yudaisme Kontemporer dapat ditandai oleh beberapa sebab seperti peran Rabi, asimilasi budaya bahkan pengaruh gerakan nasionalis.

Para Rabi Yahudi pada masa lalu memalsukan Taurat Tertulis dengan menuliskannya sesuai keinginan sendiri.[12] Mereka juga melakukan penyimpangan terhadap Taurat Lisan dimana mereka mengubah, menukar, menambah bahkan menghapus ayat-ayat. Adapun mengklaim bahwa ini adalah wahyu Ilahi.[13] Isi Taurat Lisan itu kemudian dikodifikasi menjadi Mishna dan Talmud. Kemudian menjadi dua muara bagi hampir seluruh teologi Yudaisme meski terdapat pertentangan.[14]

Yahudi telah banyak melewati berbagai peradaban besar dari sejak Babilonia Kuno hingga sekarang. Mengasimilasi budaya dari berbagai daerah yang ditempatinya selama masa diaspora dan mengintegrasikannya kedalam kultur Yahudi itu sendiri. Menjadikannya beradaptasi selama kurang lebih 4000 tahun[15] hingga pada akhirnya gerakan nasionalis Yahudi/zionis menduduki Palestina. Oleh karenanya gagasan pendirian negara Yahudi di palestina ada sejak tahun 1897 pada Kongres zionis pertama meski mendapat banyak pertentangan hingga sekarang.[16]

Hemat kata, pemahaman umat Muslim terhadap pengelompokan Islam, Kristen, dan Yudaisme dalam konsep Agama Abrahamik atau Samawi. Memerlukan landasan ilmu pengetahuan mengenai latar belakang pembentukan agama dan perjalanan sejarah yang mendalam serta keimanan yang kokoh. Hal ini penting, terutama dalam menanamkan akidah yang kuat sejak dini. Bahwa agama yang diridai di sisi Allah hanyalah Islam disamping manifestasi toleransi dengan agama Kristen maupun Yahudi.

Barakallahu fiikum.


[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_abrahamik

[2] https://js.ugm.ac.id/2024/03/dasad-latif-iman-dan-ilmu-tidak-dapat-dipisahkan/

[3] https://quran.nu.or.id/ali-imran/19

[4] https://quran.nu.or.id/al-maidah/3

[5] https://www.britannica.com/topic/Abrahamic-religions

[6] https://sunnah.com/bukhari:3443

[7] https://id.wikipedia.org/wiki/Waraqah_bin_Naufal

[8] https://sunnah.com/bukhari:3

[9] https://www.kompasiana.com/semuellusi/5d41ced7097f36725a1f1572/filsafat-abad-pertengahan-bagian-1?page=2

[10] https://www.britannica.com/question/What-influences-did-St-Paul-have-on-Christianity

[11] https://quran.nu.or.id/al-maidah/73

[12] https://quran.nu.or.id/al-baqarah/79

[13] https://quran.nu.or.id/ali-‘imran/78

[14] https://theconversation-com.translate.goog/jewish-denominations-a-brief-guide-for-the-perplexed-207297

[15] https://www.britannica.com/topic/Judaism

[16] https://www.republika.id/posts/47141/sejarah-lengkap-penjajahan-israel-atas-palestina

One thought on “Agama Abrahamik: Telaah Perspektif Muslim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses