Perjalanan ke tanah suci bersama travel Mutiara Alpen pada 17 Januari sampai 1 Februari 2025, menjadi kenangan spritual ilmiah yang tak mudah dilupakan. Tidak hanya mengerjakan ibadah umroh dan ziarah kepada Rasulullah. Saat di Madinah, saya, ditemani istri Ilfiatul Marhamah dan anak kami Raudhah Annufus Al Marhamah, berkesempatan untuk berkunjung ke kampus Universitas Islam Madinah. Setelah berkeliling sekitar kampus, melihat taman kota Madinah, kemudian kami diantar ke perpustakaan pusat Universitas Islam Madinah. Tentu kami menyaksikan secara langsung tentang manuskrip Al-Qur’an dari awal sampai sekarang, mesin cetak Al-Qur’an dan melihat literatur lainnya, semuanya tentu menjadi kenangan tersendiri bagi kami sekeluarga. Manuskrip disimpan pada ruangan khusus yang disebut Qa’ah al-Makhthuthat atau Aula Manuskrip. Perpustakaan Pusat Universitas Islam Madinah dibangun pada tahun 1381 H/1961 tahun tersebut juga merupakan tahun berdirinya Universitas Islam Madinah. Namun sayang, kami sekeluarga tidak sempat masuk ke ruang koleksi hibah yang terdapat di dalam perpustakaan dari Syekh Muhammad Nashiruddin al-Albani dan ruang koleksi hibah dari Syekh Dr. Shalih bin Humaid.

Kenangan paling berharga, saat saya menyerahkan 3 karya buku saya tentang biografi para pengasuh pondok pesantren Al-Amien Prenduan, biografi Kiai Moh Tidjani Djauhari, biografi Kiai Muhammad Idris Djauhari dan biografi Kiai Maktum Djauhari, kepada salah satu staf perpustakaan di kampus tersebut, yang sekaligus sebagai mahasiswa S2 di universitas Islam Madinah. Tentu bangga, bisa memberikan buku hasil karya, terlebih tentang para guru dan para kiai tercinta. Kiai Tidjani adalah sosok ulama negosiator ulung, pernah berkiprah di lembaga Islam dunia, Rabithah Alam Islami. Sosok Kiai Idris, merupakan sosok pembelajar otodidak, walaupun tidak pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, namun dedikasinya dalam dunia pendidikan tidak diragukan, muridnya sudah menyebar ke seluruh dunia, bahkan beberapa muridnya sudah menyandang gelar profesor. Dan terakhir, sosok Kiai Maktum, yang merupakan sosok teladan dalam dunia pesantren. Walaupun pernah mengenyam pendidikan di Universitas Islam Madinah dan Al-Azhar Kairo Mesir, namun beliau tidak pernah membanggakan dirinya. Beliau tetap tampil dengan kesederhanaan dan kebersahajaan di pesantren Al-Amien Prenduan yang diasuhnya.

Tidak hanya memberikan buku, namun saya juga mendapatkan hadiah kitab tentang pendidikan. Kitab tersebut berjudul, “Manhaj Tarbiyah Nabawiyah Lith Thifli.” Kitab tersebut ditulis oleh Muhammad Nur bin Abdul Hafidh Suwaid. Terbitan Dar Ibnu Katsir Beirut Lebanon, tahun cetakan tahun 2025. Di dalam kitab tersebut diuraikan bagaimana pendidikan pra kelahiran. Tentu, pasangan yang saleh dan salehah sangat berdampak pada lahirnya anak yang saleh atau salehah pula. Kesolehan kedua orang tua, berpengaruh besar pada jiwa anak. Selama di dalam kandungan, perilaku kedua orang tua sangat berpengaruh pada si janin.  Pendidikan pasca lahirnya seorang anak. Orang tua harus memberikan perhatian pada anak di usia kecil, karena pada fase meniru, maka keteladanan sangat urgen. Selanjutnya, pendidikan hingga usia remaja, di dalamnya perlu memberikan khusus pada bidang pendidikan akidah, pendidikan ibadah, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan akhlak, pendidikan psikis, pendidikan jasmani, pendidikan intelektual, dan pendidikan seks.

Pergulatan dengan buku, tidak hanya di Madinah. Setiba di Makkah, saya rajin berkunjung ke perpustakaan masjidil haram, yang terletak di pintu 79. Tentu banyak literatur keislaman yang ada di perpustakaan tersebut. Namun yang paling mengagumkan, saya dapat menikmati buku tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka, juga menjadi literatur yang berdiri di rak buku perpustakaan tersebut. Saat saya coba melihat di rak khusus Indonesia. Ada pengunjung lain dari India, juga membuka buku Buya Hamka tersebut.

Selepas Isya’, sepulang dari berjamaah dari masjidil haram. Saya melewati mall di hotel tower zam-zam. Saya bertemu dengan salah seorang mahasiswa ummul Quro’ Makkah. Sempat berdialog tentang dunia akademik di kampusnya. Saat saya tanya perihal toko buku terdekat, dia mengabarkan bahwa sulit ditemukan toko buku di sekitar masjidil haram, yang terdekat di sekitar Ma’la. Penasaran dengan toko kitab, saya kemudian bertanya kepada salah seorang penjual kurma, baru saya dikabari, kalau di sekitar misfalah, ada satu toko kitab yang masih eksis sampai saat ini.

Kitab Nisa’ Haula Rasul yang saya dapatkan dari toko kitab tersebut yang terletak di jalan Hijrah Misfalah Makkah. Buku tersebut menceritakan tentang kisah-kisah sahabat perempuan di sekitar Rasulullah saw. Banyak sekali pelajaran berharga di tengah kebersahajaan kehidupan perempuan-perempuan mulia di sekitar Nabi Muhammad saw. Kitab tersebut ditulis oleh Muhammad Ali Qutub, Muhammad Umar Ad-Dauq dan Ahmad Abdul Jawwad Ad-Daumi, terbitan tahun 2014 di Maktabah Ashriah Shoida Beirut, Lebanon.

Di dalam kitab tersebut, diuraikan para ibu dari Rasulullah dimulai dari kisah Aminah binti Wahhab adalah ibu kandung nabi, Halimatus Sa’diyah adalah ibu susuan nabi, Ummu Aiman sang pengasuh nabi, Fatimah binti Asad yang merupakan ibu dari Ali bin Abi Thalib, beliaulah yang memelihara dan melindungi Rasulullah seperti anaknya sendiri. Di samping itu, dikisahkan dalam kitab tersebut para istri Rasulullah, dari Khodijah binti Khuwailid yang merupakan istri pertama Rasulullah, Saudah binti Zam’ah yang merupakan wanita yang gemar bersedekah, Aisyah binti Abu Bakar, merupakan istri yang cerdas dan banyak meriwayatkan hadis, Hafshah binti Umar sang penjaga kitab Allah, Zainab bin Khuzaimah wanita yang dikenal dengan kesantunannya, Hindun binti Abi Umayyah yang dikenal sebagai seorang wanita yang baik dalam pertimbangan dan pengadilannya, Zainab binti Jahsy istri nabi yang dermawan, Juwairiyah binti Harits sosok yang cantik, baik hati dan luas ilmunya, Ramlah binti Abu Sufyan atau biasa dikenal Ummu Habibah, Syafiyyah bin Huyay adalah wanita keturunan Yahudi, Maimunah binti Al-Harits adalah istri terakhir Nabi Muhammad, Raihanah binti Yazid sosok wanita yang berasal dari Bani Quraizah, dan Mariyah al-Qibtiyah adalah seorang wanita asal Mesir yang dihadiahkan oleh Muqauqis, penguasa Mesir kepada Rasulullah.

Di samping itu, juga dikisahkan tentang perempuan yang hidup di lingkungan Rasulullah, seperti Ummu Hani’ sepupu Nabi yang menyaksikan isra’ mikraj, Asma’ binti Abu Bakar yang dijuluki Dzatun Nithaqain, Shofyah binti Abdul Mutholib merupakan mujahidah cerdik dan berani dalam perang khandaq, Ummu Fadhl Lubabah binti Harits sebagai wanita kedua yang memeluk Islam, pada hari yang sama dengan Khadijah, Asma binti Umays yang dijuluki dzatu Hijratain (karena hijrah ke Habsyah dan Madinah), Ummu Ma‘bad, wanita tua yang kambingnya diperah nabi, Ummu Imarah yang nama lengkapnya Nusaibah binti Ka’ab al-Maazaniyah al-Anshariyah dan Asma’ binti ‘Amr bin ‘Adiy dikenal dengan Ummu Mani’ keduanya yang bergabung dengan 70 orang laki-laki Anshar yang hendak berbaiat kepada Rasulullah saw dalam Baiat Aqabah Kedua, Rufaidah Al-Aslamiyah perawat muslimah pertama, Ummu Waraqah binti Abdullah mendapat julukan asy-syahidah, Ummu Kultsum binti Uqbah wanita pertama yang hijrah ke Madinah, Ummu Sulaim binti Malhan merupakan ibu dari Anas bin Malik, Fatimah binti Khattab adik kandung Umar bin Khattab, sosok di balik Islamnya Umar, Tumadhor binti Umar dari kabilah Bani Sulaim, yang dikenal dengan Al-Khunsa, Syaima binti al-Harits adalah saudara sepersusuan Nabi Muhammad saw, Dhuba’ah binti ‘Amir perempuan tercantik di Makkah, Khaulah binti Tsa’labah perempuan yang memprotes Nabi dan dibela Allah, Ghaziyah bintu Jabir dikenal gelar Ummu Syuraik, Ummu Ruman binti Amir al-Kinaniyah adalah ibu dari Aisyah, istri Rasulullah saw, Amah binti Khalid anak perempuan menyeberangi lautan (bintu hijrah), Hindun binti Utbah pemakan hati paman Rasulullah (Hamzah bin Abdul Muthollib) yang bertaubat, Kuaibah al-Aslamiyah merupakan perawat pertama yang banyak mengobati para pejuang Islam, Hamnah binti Jahsy adalah putri Umaimah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah saw, dan Salma adalah bidan di keluarga Rasulullah saw. Adapun putri dari Rasulullah, yaitu Zainab al-Kubro adalah putri pertama Rasulullah dengan Khadijah, Ruqayyah adalah putri ke dua yang dijuluki Dzat al-Hijratain, Ummu Kultsum, dinikahi Utsman bin Affan setelah Ruqayyah binti Muhammad meninggal, dan Fatimah az-Zahra yang dijuluki ummu abiha. Sedangkan para cucu nabi yaitu Sayyidah Zainab binti Ali yang dikenal sebagai Singa Wanita dari Karbala, Umamah binti Abi al-Ash, setelah Fatimah az-Zahra wafat pada 632 M, Umamah dinikahi Ali bin Abi Thalib, dan Ummu Kultsum binti Ali teladan bagi para gadis Muslimah.