Sekilas Penglihatan

Ketuban Pecah ditanah retak
Terjadinya siklus yang amat mendesak
Membuat kuping pekak
Tentang selarasnya arloji dan kecerdasan buatan yang merusak

Kepala-kepala yang berada di bawah mimbar kekuasaan
Mungkin berseru demikian
Bak sebuah harapan
Menjadikannya penghianatan

Tapi tentang kebenaran menjadi bukti
Bedanya pandangan tiap rohani
Tumbuhnya pro-kontra seperti ini
Membuatnya semakin menjadi-jadi

Aku hanya sebuah insan belaka
Tapi pikiranku menuntut mencegahnya

Mungkin aku bisa bertanya
Siapa yang mengestrak file Tuhan
Dan menaburnya dalam kehidupan
Agar bisa menyelesaikan permasalahan
Supaya kerusakan bisa terselesaikan
Dari berserakannya sebuah peradaban

Hal Seperti ini mengingatkanku
Kepada motivator terbesarku
Membuat batinku menangis
Tanpa turunnya hujan

Pikiran memperlihatkan sebuah kata
Tentang kecerdasan buatan
Apakah aku merusak?
Mungkin?
Ini bergantung hati kita
Menjadi harapan masa depan
Atau terjadinya rusaknya kehidupan

*Puisi ini adalah karya Walid Putra Assyafii, kelas III A asal Bangkalan. Puisi ini merupakan Juara 1 Cipta Puisi dalam event Lembana Aksara.

Bimbang

Kemanapun dan dimanapun berada
Euphoria ini menggangguku
Meregas semua khayalanku
Bak batu larut dalamnya laut biru

Semua ini menyita banyak waktu
Pada semi-semi berikutnya
Aku tak lagi tertunduk padamu
Wahai mesin-mesin waktu
Mengapa kau harus menjadi kutu, yang
Bersarang dan menggerogotiku

Kini waktu bagiku tuk menyingkirkanmu
Menguburmu dalam riak harapku
Meski saat ini
Kepalaku penuh lampu-lampu

Diantara banyaknya waktu
Yang kuhabiskan
Berdua denganmu tetap menjadi bagian
Paling menyenangkan
Sebab kau
Hanya segelintas anekdot di hidupku
Kubiarkan kutu mengemas barang-barangmu
Hingga tak satupun yang tertinggal
Karena sulit bagiku
Melupakan semua yang tertinggal

*Puisi ini adalah karya Dani Khoirullah, kelas III Int A asal Bangkalan. Puisi ini merupakan Juara 2 Cipta Puisi dalam event Lembana Aksara.

Masalah Perihal Majunya Teknologi

Sejak dalam ari-ari
Mereka telah mengecap jauh
Kedalam majunya dunia ini

Aci-acian kehidupan sebelumnya
Dimana mereka bermain dan tertawa riang
Juga tidak ada aluman kejahatan
Yang mendorong kepada kebodohan

Teknologi berkembang pesat
Kecerdasan buatan tersebar jauh entah kemana
Tapi polosnya kami beradaptasi dengan mereka
Tanpa adanya adegan kontra untuknya

Admisi masuk mereka
Membawa kami mengecap jauh
Kedalam ademnya hidup mudah
Tapi datang masalah baru
Yaitu awal krisis pengetahuan

*Puisi ini adalah karya Fadhil Imtiyaz, kelas IV A asal Jakarta. Puisi ini merupakan Juara 3 Cipta Puisi dalam event Lembana Aksara.