Rabi’ul Awwal adalah bulan kelahiran Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang mana sebagian umat muslim ada yang merayakannya dan sebagian juga ada yang kontra terhadap perayaan tersebut, karena (katanya) tidak ada perayaan Maulid di zaman Beliau (Rasulullah SAW) dan sahabat-sahabatnya, lantas siapakah orang yang pertama kali merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW?

Sesungguhnya yang pertama kali merayakannya adalah Shohibul Maulid, Nabi Muhammad SAW, sebagaimana yang diriwayatkan dalam Shohih Muslim: لما سئل عن صيام يوم الاثنين، قال ﷺ: (ذاك يوم ولدت فيه) artinya: Ketika Nabi SAW ditanya tentang puasa hari di hari Senin, Nabi bersabda: (itulah hari dimana saya dilahirkan), Maka Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliki menyatakan di dalam kitabnya: “Maka inilah pernyataan yang peling benar dan yang paling jelas mengenai keabsahan tentang perayaan Maulid Nabi.

Dan janganlah kalian berpaling dari pernyataan diatas terhadap pernyataan yg menyatakan bahwasannya orang pertama yang merayakan Maulid Nabi adalah Dinasti Fatimiyyah karena itu adalah pernyataan yang jahl dan ta’amin ‘anil haq.

Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolany berkata : “Dan sungguh telah jelas bagiku bahwasannya perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah suatu (yang asli dan harus tetap adanya).” Beliau (Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolany) mengambil sebuah cerita dari Hadis yg shohih yg diriwayatkan oleh Bukhari & Muslim, yang artinya: “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah dan bertemu kaum yahudi yang sedang berpuasa di hari Asyuro, maka Beliau (Rasulullah SAW) bertanya (tentang puasa mereka tersebut), lalu mereka menjawab: ini adalah hari dimana fir’aun di tenggelamkan oleh Allah SWT dan diselamatkannya Nabi Musa AS, maka kami berpuasa sebagai bentuk rasa syukur terhadap Allah SWT, maka Beliau (Rasulullah SAW) bersabda : Kami lebih utama daripada kaum Nabi Musa AS.
Dari hadits tersebut kita dapat mengambil faidah bahwasannya pengungkapan rasa syukur terhadap Allah SWT atas apa yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT kepada kita pada hari tertentu, baik dengan melimpahkan nikmat ataupun menghindari sebuah kutukan, dan hal ini di ulang-ulang setiap tahunnya itu boleh dilakukan.

Pengungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, seperti: bersujud, berpuasa, bershodaqoh, membaca Al-Qur an. berkumpul dengan saudara, memberi makanan dan semacamnya dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Lalu apakah nikmat yg paling besar yg telah Allah SWT berikan kepada kita? nikmat terbesar tersebut adalah adanya Nabi Muhammad SAW.

Maka dapat kita simpulkan bahwa yang sering kita lakukan ketika perayaan maulid Nabi Muhammad SAW adalah suatu bentuk pendekatan diri kita kepada Allah SWT dan untuk mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW di akhirat kelak, karena di dalam perayaan maulid Nabi Muhammad SAW terdapat dzikir, sholawat, membaca dan mendengarkan kisah-kisah Nabi Muhammad SAW, berkumpulnya saudara seiman dan amalan-amalan baik lainnya.

Al-Hafidz Syamsuddin Ibnu Al-Jazary berkata di dalam kitabnya (عرف التعريف بالمولد الشريف) yang artinya : seseorang telah bermimpi Abu Lahab setelah kematiannya, maka ia berkata kepada Abu Lahab “bagaimana keadaanmu?” Abu Lahab menjawab “aku berada di dalam neraka, akan tetapi setiap senin malam siksaanku diringankan, aku dapat menghisap air dari jari-jariku, karena kala itu, ketika budakku yang bernama Tsuwaybah datang dan membawa kabar kepadaku tentang kelahiran keponakanku (Nabi Muhammad SAW) aku langsung memerdekannya karena saking senangnya aku mendengar kabar kelahiran keponakanku.”

Abu Lahab saja yang sudah tercantum namanya di dalam Al-Qur an sebagai ahli neraka masih mendapatkan keringanan karena kebahagiaannya ketika Nabi Muhammad SAW dilahirkan, lantas bagaimana dengan umat Nabi Muhammad SAW apabila berbahagia dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan mengerahkan segala sesuatu yang dihasilkan oleh jerih payahnya sendiri untuk mencapai mahabbah Rosulillah SAW? Sesungguhnya tempat yang paling pantas untuknya atas izin Allah SWT adalah Jannatun Na’iem.

Al-Hafidz Syamsuddin Ibnu Nasiruddin Ad-Damasyqi berkata di dalam kitabnya (مورد الصادي في مولد الهادي) yang artinya : “Sungguh telah dibenarkan bahwa Abu Lahab diringankan siksaannya oleh Allah SWT di senin malam karena saking bahagianya Abu Lahab mendengar kabar tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dibawakan oleh budaknya yg bernama Tsuwaybah sehingga Abu Lahab langsung memerdekakan budak tersebut.”

Lalu Al-Hafidz Syamsuddin Ibnu Nasiruddin Ad-Dimasyqi melantunkan sya’ir:

اذا كان هذا كافرا جاء ذمّه • بتبّت يداه في الجحيم مخلدا
Apabila seorang kafir Abu Lahab yang sudah jelas dicela oleh Allah SWT • melalui satu surat Al-Lahab (tabbat) divonis oleh Allah SWT kekal di dalam neraka jahannam

اتى انه في يوم الاثنين دائما • يخفف عنه للسّرور باحمدا
Akan tetapi ia mendapat keringanan setiap hari senin • (keringanan tersebut) ia dapat karena kegembiraanya atas lahirnya Nabi Muhammad SAW

فما الظّنّ بالعبد طول عمره • باحمد مسرورا ومات موحدا
Maka sekarang apa pendapatmu terhadap hamba yg sepanjang hidupnya • mencintai dan senantiasa bergembira atas lahirnya Nabi Muhammad SAW lalu kemudian ia meninggal dalam keadaan yg beriman?