Kebebasan?

Hancur sudah.

Hidup di mana kejayaan telah berhasil merenggut ribuan nyawa

Suara riuh orang orang kuat,

Bersorakan di mana-mana.

Mereka berlarian menyelamatkan diri

Mereka hanya ingin satu:

kebebasan.

Di manakah kebebasan itu?

Hanya suara tembakan dan bom

Yang mereka lihat kian hari.

Tembakan itu membabi buta tanpa henti.

Dimana taman kanak kanak

Yang mereka impikan?

Dimana suara musik pop yang menyenangkan?

Dunia mereka gelap.

Tidak ada setitik pun kebahagiaan di sana

Bahagia mereka, adalah di kala mereka

Berhasil menyelamatkan diri dari serangan

Negeri para tetangga pada tanah mereka.

Kapan ini akan berakhir?

Akan dibawa kemana mimpi mimpi mereka yang

menggantung Bak bintang di langit?

Kami mohon, kami hanya ingin bebas.

*Dwi Falsa, Santriwati Kelas IV Asal Kotawaringin Timur.

Bumi yang Tak Lagi Indah

Runtuhan bangunan bagai gugur dedaunan

Jalan-jalan sudah lebur jadi bubur

Harapan akan adanya kebebasan

Telah hancur lebur! Hancur lebur!

            Di sana, banyak mimpi terkubur

            Lenyapkan waktu tidur mereka

            Hanya demi menyelamatkan

            Bumi mereka yang telah hancur

Peluru-peluru mereka banjiri

Menjadi makanan sehari-hari

Tangis dan jerit adalah saksi bisu

Kelamnya dunia yang abu-abu

            Bumi semakin basah

            Dengan tetesan air mata

            Mereka rela bertarung nyawa

            Demi tempat suci kita

Bumi yang tak lagi indah

Senyum dan tawa tertutup asap

Inikah tanda akan adanya

Sebuah petaka ataukah adab?

*Habibah Agusti N., Santriwati Kelas IV Asal Bangkalan

Berilah Kebebasan

Gemuruh terjang layaknya goncangan

Runtuhan itu kembali ke asalnya

Semua terpenuhi dengan tembakan

Tak tersisa ruang tuk berehat

            Lihatlah…! Lihatlah…!

            Banyak jasad tak bernyawa

            Tergeletak di mana-mana

            Tak dikubur selayaknya

                        Di mana…! Di mana…!

                        Di mana engkau yang berkuasa

                        Mereka menunggu pasukanmu

                        Tak tampak tak kasat mata

            Tangisan…! Tangisan…!

            Bahkan jeritan kesakitan

            Mereka begitu tersiksanya

            Menunggu pertolongan datang

Anak-anak juga wanita

Tak seharusnya mereka disiksa

Ya Rabb…! Ya Rabb..!

Turunkan dari langitmu bala tentara

Balaslah peluru-peluru mereka

Dengan tangan perkasamu

Hingga mereka semua tahu

Betapa Kau Maha Segala

*Hilma Brian Meicha Putri, Santriwati Kelas IV Asal Padang.

Luka yang Tak Biasa

Rasakan serta renungkan

Duka pedih sedalam samudra

Gempuran datang tiap detik

Merenggut jiwa pada raga

            Kulihat senyum manismu

            Sembunyikan pedihnya luka

            Jalinan hidup menjauh membiru

            Bagaikan arah tanpa nama

Kau berjuang demi negerimu

Biarkan darah menyungai badan

Manusia laknat berimu peluru

Kelak tempatnya di bara jahannam

            Jasad-jasad entah ke mana

            Tergeletak lunglai tanpa nama

            Jerit letusan tiada henti

            Bagai awan kelabu menutupi

*Imroatul Hasanah, Santriwati Kelas IV Asal Bangkalan.

Mujahid Firdaus

Kembali terdengar

Seruan menyebut asma-Nya

Yang membakar keimanan

Membuatnya jadi membara

            Kembali terdengar

            Isak, tangis, rintih, pekik dan jerit

            Yang menyayat dan mengoyak kalbu

            Mengukir iba tiada ujung

Bergemuruh

Baja Israel kembali datang

Batu-batu kembali menghujam

Bom dan granat meluluhlantakkan

            Langit menghitam, sinar menghilang

            Kebahagiaan lenyap dipekati asap

            Darah yang menguasai tanah palestina

            Jasad suci tergeletak bak ikan terkapar

Nun jauh di sana,

Para zionis bengis berhati iblis itu

Tengah berpesta pora mereka

Dengan keras tawa di tengah deras air mata

            Terlaknat dan terkutuklah

            Wahai jelamaan penghuni jahannam

            Manusia-manusia rendahan

            Watakmu layaknya kotoran

Bersukacitalah kalian,

Wahai para mujahid firdaus

Bertriliun kenikmatan menantimu

Cinta Rabb-mu takkan ada habisnya

Doa kami senantiasa mengiringi

Tapak suci perjuanganmu

*I’zaz Rahmatillah, Santriwati Kelas IV Asal Pragaan