Momentum Idul Adha membawa kita mengenang kembali peristiwa besar dalam sejarah umat Islam, yaitu pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Peristiwa ini bukan hanya sekadar ritual tahunan, tetapi memiliki makna yang sangat mendalam bagi kehidupan kita sehari-hari. Dengan demikian, Idul Adha merupakan “Momentum Memberikan Rasa Aman Melalui Qurban”.
Kenapa kita bisa hadir di Masjid Jami’ Al-Amien sekaligus sholat dengan khusu’ ? karena ada rasa aman, dan secara umum tidak ada satu aktivitas yang dilakukan seseorang kecuali tersirat di dalam hatinya keadaan aman. Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang lebih dibutuhkan daripada Kesehatan. Yang sakit dapat tertidur, tetapi yang takut, sirna darinya ngantuk. yang sakit tapi merasa aman, takkan terasa sakit, sedang yang tak terasa aman walaupun sehat, kan selalu terasa terganggu hidupnya. Karena itu, dapat dimengerti apa yang disabdakan baginda Nabi Muhammad SAW dalam hadits berikut:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
Artinya: “Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Al-Bukhari)
Dari aspek terminologi, kata aman seakar dengan kata iman (percaya)dan Amanah. Memang ada kaitan yang sangat erat antara aman, iman dan Amanah. Amanah akan diserahkan ke satu pihak yang dipercaya jika aman.
Aman memiliki relasi atau hubungan yang dekat dengan qurban. Setidaknya, ada 3 aspek relasi qurban dan rasa aman.
Pertama, aman tauhid. Idul Adha mengingatkan kita pada esensi tauhid, yaitu penghambaan hanya kepada Allah SWT. Pengorbanan Nabi Ibrahim AS adalah bentuk puncak dari ketaatan kepada Allah. Dengan berqurban, kita meneguhkan kembali tauhid kita,
إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Artinya: “Sesungguhnya sholatku, perjuanganku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah.” (Q.S. Al-An’am: 162)
Kedua, rasa aman batin. Berqurban dapat memberikan rasa aman dalam hati. Ketika kita mengorbankan sesuatu yang kita cintai demi ketaatan kepada Allah, kita membebaskan diri kita dari ketergantungan terhadap duniawi dan menumbuhkan ketergantungan hanya kepada Allah. Hal Ini memberikan ketenangan hati dan keamanan batin yang tak ternilai harganya.
Ibnu ‘Athiyyah menafsirkan surat Al-Haj ayat 37 bahwa daging hewan kurban dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, karena qurban itu bukan sesajen dan Allah tidak membutuhkan darah dan daging, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kita, yaitu sikap kita melawan rasa cinta terhadap harta dengan berkurban, peduli, dan berbagi kepada fakir miskin dan duafa guna mendekatkan diri kepada Allah.
Ketiga, rasa aman sosial. Qurban memiliki relasi yang erat dengan rasa aman. Ketika kita berqurban, kita memberikan sebagian dari harta kita untuk dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Hal Ini menciptakan rasa aman sosial, di mana orang yang kurang mampu merasa diperhatikan, mendapatkan bagian dari kebahagiaan Idul Adha. Mereka merasa dihargai dan diperlakukan sebagai saudara.
Lebih daripada itu berqurban mengajarkan hikmah yang paling tinggi dalam persaudaraan, bahwa puncak persaudaraan itu adalah menganggap orang lain sebagai diri kita sendiri. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
لا يؤمنُ أحدُكم حتى يحبَّ لأخيه ما يحبُّ لنفسِهِ
Artinya: “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari itu, berkurban adalah salah satu bentuk nyata dari ajaran ini, di mana kita berbagi kebahagiaan dan rezeki dengan saudara-saudara kita. Momen berkurban adalah perwujudan solidaritas dan kasih sayang antar sesama, serta kuatnya rasa persaudaraan dalam masyarakat. Semoga Allah memberikan keberkahan dengan berbagi dan pengabdian.
البركة في الإنفاق وخدمة المسلمين
*Note: Tulisan ini merupakan cuplikan khutbah Idul Adha KH. Dr. Holilur Rahman, M.HI., di Masjid Jami’ Al-Amien Prenduan, 17 Juni 2024 M.