
Awal masuk ke PP. Al-Amien Prenduan di lembaga TMI pada tahun 2016 bertepatan tanggal 20 Juni, penulis masih ingat waktu itu pada hari sabtu siang ingin mendaftarkan diri sebagai santri TMI dibarengi dengan keluarga. Setelah menyelesaikan proses administrasi di depan gedung Marhalah Tsanawiyah, kami diminta oleh panitia penerimaan santri baru untuk berkumpul di ruangan khusus dikarenakan ada proses penyerahan santri baru kepada pengasuh TMI, beliau bernama Alm. KH. Muhammad Zainullah Rois menyampaikan pesan kepada kami “Hari ini kami menerima semua anak-anak bapak atau ibu untuk disekolahkan di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan khususnya di lembaga TMI, semua kegiatan pendidikan akan selalu kami support dan mereka semua masuk dalam keadaan kaffah”.
Pesan yang beliau sampaikan menggunakan istilah “kaffah” ialah kunci dasar seorang santri untuk berjihad menuntut ilmu dengan menghadapi berbagai macam rintangan serta cobaan dan pada saat itulah jati diri yang dilalui oleh proses yang panjang serta melelahkan akan menjadikan mental santri yang kuat.
Perjalanan menjadi santri bukanlah hal mudah bagi seorang pemula dan amatir (pernah mondok), banyak hal yang perlu dipahami dan dimengerti bahwa medan latihan menjadi sosok yang bisa berkemandirian butuh kebiasaan atau keistiqomahan yang tertanam terhadap dirinya. Empat tahun lamanya melewati fase santri yang luar biasa merupakan anugerah yang diberkahi oleh Allah SWT. Kami dididik dan dilatih dengan metode falsafah pondok yaitu beriman sempurna, berilmu luas, dan beramal sejati. Falsafah ini menjadi sebuah tata kelola yang berimplikasi kepada santri agar semua perbuatan yang dilakukannya melahirkan nilai-nilai yang positif.
Ada pepatah yang selalu disampaikan oleh KH. Ghozi Mubarok Idris pada setiap pertemuan kegiatan mana pun. “Kunci awal menuju kesuksesan Antum melalui fase santri ini ialah bagaimana cara Antum bisa menyikapi berbagai hal dengan cara pengamatan yang luar biasa terhadap sunah-sunah pondok kita”.
KH. Moh. Khoiri Husni membahasakan arti kesuksesan merupakan bagian kehidupan yang dilalui dengan sebuah ujian untuk mengukur kesungguhan yang kuat agar tidak rapuh atau jatuh ke dalam jurang kegagalan.
Waktu menjadi santri TMI telah selesai ditempuh selama empat tahun dengan diakhiri acara wisuda TMI pada tanggal 27 Juli 2020, bertepatan pada malam hari karena tahun selesainya kami diwisuda sesuai pada masa pandemi Covid-19. Momen ini adalah acara yang ditunggu-tunggu oleh semua calon wisudawan beserta keluarga, akan tetapi disebabkan masa pandemi ini kami diwisuda tanpa disertai oleh keluarga. Ucapan Alhamdulilah atas rasa syukur kami yang telah berjuang selama menuntut ilmu di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan khususnya di lembaga TMI maka kami resmi sebagai alumni.
Kemudian memasuki tingkatan mengabdi sambil kuliah, tingkatan ini dikhususkan kepada alumni baru yang dipilih oleh pihak pondok sebagai pendidik atau pengajar. Banyak pengalaman yang didapatkan selama mengabdi dari sisi fungsionaris pernah menduduki wali kelas I Int F (Tahun Pertama), wali kelas VI DIA D (Tahun Kedua), wali kelas VI DIA C (Tahun Ketiga), dan wali kelas V DIA A (Tahun Keempat). Dari sisi lain juga struktural pernah menjabat di tahun pertama sebagai Staf Akademik MTs dan Staf Kesantrian MTs selama masing-masing enam bulan dari dua jabatan, pada tahun kedua sebagai sekretaris Niha’ie, di tahun ketiga memposisikan sebagai bag. Kedisiplinan Niha’ie dan staf akademik MA dalam kurun masing-masing enam bulan, dan tahun keempat menjabat staf LPM (Lembaga Penjaminan Mutu) sekaligus merangkap sebagai Wakil Wali Shof V. Adapun pengalaman yang lain yaitu, staf TPS (Tim Penggadaan Soal), pengentri nilai shof VI dan V, dan ketua pelaksana acara Reuni Akbar tahun 2022.
Kuliah sambil mengabdi memang jalan yang berat karena peran menjadi ustadz (guru bujang) yang dilakukan masih mempunyai pertanggungjawaban kepada pengabdian dan di sisi lain juga punya tugas untuk menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana. Demikian itu, merupakan pengorbanan yang tidak terhingga lantaran bisa mengubah karakter seseorang menjadi sosok yang gigih dan giat terhadap dirinya dan orang lain. KH. Moh. Fikri Husein mengatakan bahwa; “Kehidupan sebagai pengabdi pondok melambangkan sebuah alur yang berat atas tanggung jawab dari amanah yang diemban, sehingga butuh persiapan ekstra yang tidak dikira yang dijalankan.
Ketika kami ingin pamitan atau sowan kepada guru-guru kami, semua guru selalu mengatakan suatu kalimat di akhir pertemuan dengan seraya “Antum semua Jangan jadi anak yang hilang dan selalu kaitkan hati Antum dengan pondok beserta almamater Antum.” Ini ialah wasiat dari para almarhumin yang menjadi suatu simbolis yang kuat antara guru dan murid secara turun menurun. Guru yang ada di pondok telah menunjukkan upaya yang terbaik kepada murid-muridnya agar nanti di masa kelak melahirkan orang-orang bermanfaat kepada orang lain (masyarakat).
KH. Moh. Fauzi Rasul mengatakan; “Hari ini lebih baik daripada kemarin dan besok lebih baik daripada hari ini.” Maksud pesan yang disampaikan oleh beliau adalah berusahalah dengan semaksimal mungkin serta diiringi doa dan ridho dari orang tua, guru, dan kiai. Karena ridho Allah bergantung kepada ridho orang tua.
KH. Ahmad Fauzi Tidjani mengungkapkan sebuah nasihat dengan kalimat; “Ilmu diperoleh dengan ta’lim (belajar), barokahnya ilmu itu dengan khidmah, manfaatnya ilmu itu dengan ridho guru.”
Semua pepatah yang penulis dapatkan dari seluruh majelis kiai, menjadi motivasi tinggi kepada alumni berbasis santri yang akan melanjutkan ke dunia kemasyarakatan, sebab itulah renungan yang akan selalu diingat agar tidak melupakan jasa para guru-guru di pondok.
Tempo akhir kini berjalan delapan tahun lamanya. Tidak terasa waktu sering bergantian tanpa henti, siang dan malam rotasi selalu berputar dari porosnya, udara yang kami hirup di pondok akan menjadi kenangan, teguran dan pujian yang Antum berikan melahirkan Attitude yang bijak kepada kami.
Maka kami mengucapkan banyak terima kasih atas semua pemberian Antum wahai guruku, engkau tidak kenal kata lelah dalam menyisihkan waktu yang berharga untuk mendidik murid-muridmu, engkau selalu menjadi teladan bagi kami semua, engkau telah mengisi jiwa raga kami dengan segenap hati yang Ikhlas, engkau mengajarkan kami untuk menjadi munzirul qaum, dan engkaulah juru kunci kami yang melahirkan kesuksesan dunia dan akhirat. Kami juga mohon maaf sebesar-besarnya jika ada kata, perbuatan, tingkah laku kami yang kurang berkenaan di hati Antum karena kami pasti tidak pernah luput dari kesalahan.