Yayasan Al-mien Prenduan – Sore ini (Kamis, 21/01) Rapat Guru Lengkap (RGL) antar ma’ahid kembali digelar. Rapat yang berlangsung khidmat itu dipimpin langsung oleh K. Moh. Bakri Sholihin, selaku ketua Yayasan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.
Dalam rapat yang dihadiri langsung oleh Pimpinan dan Pengasuh Pondok beserta Pengasuh Ma’had Tahfidhil Qur’an itu, telah diumumkan secara resmi terkait penetapan dan pengokohan Dr. KH. Ghozi Mubarok sebagai Pengasuh Ma’had TMI Al-Amien Prenduan yang sekaligus menjadi wakil dari pengasuh pondok, dan Dr. KH. Muhtadi Abdul Mun’im sebagai rektor baru IDIA, menggantikan formalitas Dr. KH. Ghozi Mubarok yang notabene menjabat pada periode sebelumnya.
Terkait penetapan dan pengokohan ini, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan menegaskan bahwa siapapun berhak memimpin TMI, selama yang bersangkutan benar-benar mumpuni dan paham benar dengan sistem-sistem dan sunnah yang sudah berjalan sejak dirintisnya Ma’had TMI ini. Terutama bagi yang sudah menyandang predikat sebagai alumni TMI itu sendiri.
“Siapapun pemimpin TMI, dia harus alumni. Karena mereka bagian dari keluarga TMI. Karena bagaimanapun, siapapun yang mau memimpin TMI ini, yang bersangkutan harus paham betul dengan TMI. Mulai dari ke-khasan-nya, sunnah-sunnahnya, hingga tahu betul bagaimana (cara) menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pondok ini, khususnya Ma’had TMI.” Tegas beliau disambut antusias hadirin.
Sambutan Perdana Dr. KH. Ghozi Mubarok Idris, MA., sebagai Pengasuh Ma’had TMI Al-Amien Prenduan
Pada kesempatan yang cukup singkat itu pula selaku Pengasuh baru Ma’had TMI, Dr. KH. Ghozi Mubarok diberi kesempatan untuk menyampaikan beberapa kata sambutan di hadapan hadirin rapat terpadu tersebut. Dalam sambutannya beliau menyampaikan, bahwa para mudir, asatidz, beserta seluruh jajaran fungsionaris Pondok khususnya TMI, agar selalu memprioritaskan cita-cita TMI di atas cita-cita pribadi, demi tercapainya tujuan-tujuan utama berdirinya pondok pesantren Al-Amien Prenduan ini, khususnya bagi Ma’had TMI itu sendiri.
“Maka dari itu, jika ada dari para guru, asatidz, atau dosen-dosen di IDIA misalnya, mempunyai cita-cita yang bertentangan dengan cita-cita pondok kita, maka (yang bersangkutan) sesungguhnya adalah penumpang gelap di pondok ini. Di mana-mana, bagaimanapun dia (penumpang gelap) harus segera keluar dari pondok ini. Karena kehadirannya hanya akan membuat kita (terasa) gelap saja.” Tegas beliau.
Acara pun berakhir dengan doa bersama yang dipimpin langsung oleh Pengasuh Ma’had Tahfidhil Qur’an, usai sesi jabat tangan antar mudir dan dewan riasah sebagai tanda syukur dan selamat atas keputusan yang telah ditetapkan oleh para dewan majlis kiyai dalam musyawarah yang cukup singkat itu. (AZ)