YAP-Kalimat motivasi ini disampaikan pimpinan dan pengasuh pondok pesantren AL-AMIEN PRENDUAN KH. Dr. Ahmad Fauzi Tijani, MA, dalam kumpul terpadu perdana ma’ahid, dan pengokohan PO kegiatan YAP setahun ke depan, di Geserna TMI putri (13/7) Kamis sore kemarin.
Menurut beliau, kalimat ini sangat pas untuk menafsirkan permulaan sebuah hadist Nabi yang berbunyi; Laantaghdua fatata’allama baban mina al- ilmi khairun min antusholliya miata rok’atin, di hadist yang lain disebutkan alfa rok’atin.
Masih menurut beliau, hadits ini berisikan nasehat yang sangat berguna untuk mendorong kinerja guru-guru Al-Amien pada tahun ini. Sehingga tidak ada alasan bagi seorang guru Al-Amien untuk nyantai dan tidak mempersiapkan diri sebelum belajar dan mengajarkan sebuah ilmu. Seperti berkonsultasi kepada guru-guru master untuk menulis I’dadu al-tadris, ataupun kerja-kerja pendidikan lainnya, semisal menegur santri yang tidak berbahasa resmi dan tidak disiplin. Yang intinya adalah seorang guru harus menjadi rahmat bagi santri-santri di lingkungan sekitarnya.
Dalam hubungannya dengan motivasi kerja ini, wakil pimpinan dan pengasuh KH. Dr. Ghozi Mubarok Idris, MA, juga memberikan penafsiran spesifik terhadap hadist ini, bahwa faktor manfaat al- qoshir wa al-muta’addi, begitu beliau mengistilahkan, yaitu manfaat yang bersifat pribadi dan manfaat yang bersifat sosial, yang menyebabkan kegiatan belajar dan mengajar menjadi lebih besar nilai kebaikannya, dari pada shalat seratus rakaat bahkan seribu rakaat. Maka seorang guru menurut beliau, sejatinya, ilmu yang diajarkannya harus bermanfaat untuk dirinya dan juga harus bermanfaat bagi orang lain.
Di samping itu, seorang guru menurut beliau, harus berani menghadapi berbagai macam tantangan, yang di pondok kita relative lebih ringan dan kondusif dari pada tantangan yang dihadapi oleh beberapa alumni Al-Amien yang berjuang dalam komunitas yang tidak kondusif.
Untuk menggugah mental para guru yang hadir pada pertemuan ini, beliau sengaja memberi contoh pengabdian seorang alumni Al-Amien di daerah Nusa Tenggara barat yang sukses dalam berdakwah. Yang pada tahun belakangan ini, berhasil mengislamkan berpuluh-puluh orang dan seorang pendeta.
Dan prinsip-prinsip perjuangan semacam ini, menurut pengasuh TMI, KH. Moh. Zainullah Rois, Lc sebenarnya sudah diteladankan oleh para pendahulu pondok ini. Dengan sangat indah beliau menyitir sebuah ungkapan dalam bahasa Arab “mina al-tobi’ie an taro al-safinata fi al-ma’, lakin mina al-khotor an taro al-ma a fi al-safinati, fa kun anta fi qolbi al-dunya wa la taj’ali al-dunya fi qolbika”. Merupakan hal yang biasa jika perahu berada di atas air, dan yang berbahaya jika air berada di dalam perahu, Maka letakkanlah hatimu di jantung dunia, tapi jangan letakkan dunia di dalam hatimu.
Untuk menegaskan ungkapan ini, beliau mencontohkan dengan sosok al-marhum kyai Tijani Jauhari, kyai Idris Jauhari dan kyai Maktum Jauhari. Beliau bertiga merupakan sosok guru teladan yang telah sukses meletakkan hatinya di jantung dunia, beliau di dalam pondok, tapi beliau dikenal oleh banyak kalangan, terutama oleh para alumni yang selalu menunggu-nunggu kehadiran beliau di tengah-tengah mereka, di manapun mereka berada. Tapi beliau, lanjut kyai zainullah, tidak meletakkan dunia dalam hatinya.
Kemudian KH. Khairi Husni, S.Pd.I sebagai pengasuh Ma’had Tahfidzil Qur’an mengakhiri dengan sebuah ungkapan dari amirul mukminin Umar bin Khattab “ma halaka man arofa qodrahu” Tidak akan celaka orang yang tahu kapasitas dirinya. Lantas beliau menutup dengan iringan doa, dengan harapan semoga guru-guru pondok pesantren Al-Amien Prenduan lebih istiqomah lagi dalam mengemban amanah suci ini.